Bila kata nabi, ‘sebaik-baik kalian adalah yang
paling baik dengan keluarganya. Dan aku adalah yang paling baik
terhadap keluargaku.’(Hr. Turmudzi), maka berikut ini ada beberapa poin penting yang
perlu diteladani bagi para suami, bagaimana cara Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam
berinteraksi dengan istrinya.
Pertama, memahami dengan betul perasaannya. Suatu saat Rasulullah shalallahu
`alaihi wasallam berkata kepada Aisyah: “Sungguh aku tahu saat kamu ridha,
atau marah padaku. Jika kamu ridha padaku, kau mengatakan, ‘Tidak, demi
Tuhannya Muhammad.’ Sedangkan ketika marah, kau mengatakan, ‘Tidak. Demi
Tuhannya Ibrahim.’”(Hr. Muslim).
Kedua, menghargai cinta dan rasa cemburunya. Suatu
saat Ummu Salamah bercerita: “Aku membawa makanan dengan piring kepunyanku
kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dan para sahabatnya. Rasulullah bertanya, ‘Siapa yang membawa
makanan ini?’. Mereka menjawab, ‘Ummu Salamah.’. Lalu datanglah Aisyah sembari
membawa batu dan memecahkan piringnya. Lalu beliau mengumpulkan pecahan piring,
kemudian berkata pada para sahabatnya: ‘Makanlah! Ibu kalian sedang cemburu.’ Kemudian
rasulullah mengambil piring Aisyah kemudian dikirim ke Ummu Salamah, dan
memberikan piring Ummu Salamah kepada Aisyah.(Hr. Bukhari, Abu Daud).
Ketiga, memahami psikis dan karakternya. Nabi
bersabdah: “Pergauilah istri dengan baik. Sesungguhnya mereka diciptakan
dari tulang rusuk. Tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.
Jika kamu hendak meluruskannya, maka akan pecah. Jika kamu biarkan, maka akan
tetap bengkok. Maka pergauilah istri dengan baik.”(Hr. Bukhari).
Keempat, mengadu(curhat) dan mengajaknya
bermusyawarah. Nabi Muhammad bermusyawarah dengan istri-istrinya dalam
permasalahan yang penting. Sebagai contoh, Rasulullah pernah bermusyawarah
dengan Ummu Salamah pada perjanjian Hudaibiah, ketika para sahabatnya tak
mengindahkan perintah rasul untuk menyembelih dan mencukur rambut. Akhirnya
Ummu Salamah mempunyai ide bagus: ga usah pakai omongan, tapi langsung saja
dipraktikkan di hadapan mereka. Akhirnya mereka pun mengikuti(Ibnu
Katsir, Sirah Nabawiah, 335).
Kelima, menampakkan cinta dan kesetiaan.
Rasulullah pernah berkata pada Aisyah pada hadits yang panjang mengenai Ummu
Zar`: “Aku dan dirimu bagaikan Abu Zar` dan Ummu Zar`.” Maksudnya: Aku dan kamu
seperti mereka berdua dalam hal cinta dan kesetiaan. Lalu Aisyah berkomentar, “Sungguh
Engkau lebih baik bagiku dari Abu Zar` dan Ummu Zar`.”(Hr. Bukhari,
Muslim).
Keenam, memilih nama kesayangan untuknya.
Rasulullah memiliki panggilan sayang kepada Aisyah, yaitu: `Aaisy(Hr.
Bukhari, Muslim) dan Humaira`(Hr. Baihaqi, Thabrani).
Ketujuh, makan dan minum bareng. Dalam hadits yang diriwayakan Muslim, rasulullah
dan Aisyah minum dengan gelas dan di tempat yang sama. Bahkan makan sisi daging di tulang, di posisi yang telah
dijilat Aisyah(Hr. Nasai).[Bersambung]
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !