Home » » Bahasa Lintas Dimensi

Bahasa Lintas Dimensi

Written By Amoe Hirata on Senin, 11 Agustus 2014 | 16.24


            Salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan hewan serta makhluk lain yang ‘tak memiliki pilihan’(musokhor) ialah kemampuan bayan(mengungkapkan/melafalkan sesuatu). Kemampuan bayan ini  merupakan implikasi dari keistimewaan manusia yang mendasar dibandingkan dengan makhluk lainnya. Keistimewaan itu ialah: akal. Dengan akal manusia mampu memaknai sesuatu. Semakin banyak makna dikuasai melalui indra yang dimiliki -yang kemudian diproses oleh akal-, maka semakin pandai pula orang mengutarakan sesuatu. Dari sini kita mengerti bahwa lafal yang digunakan oleh suatu kaum untuk mengutarakan maksud yang tersimpan dalam benaknya disebut: bahasa. Dengan bahasa orang akan mampu berkomunikasi dengan baik antara satu dengan yang lainnya. Ketika terjadi komunikasi yang baik, maka kebutuhan manusia yang satu dengan yang lainnya akan terpenuhi. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa bahasa merupakan keistimewaan manusia sekaligus sebagai sarana efektif untuk mengutarakan kehendak hati.
            Di dunia ini banyak sekali bahasa. Diantara hal yang bisa dijadikan sebagai standar untuk menunjukkan keistimewaan suatu bahasa ialah: kaya. Kekayaan kosakata bahasa menunjukkan kebesaran suatu bahasa. Di sepanjang sejarah kehidupan manusia kita mengenal peradaban-peradaban besar seperti, imperium Romawi, imperium Persia, Kekaisaran China, India dan lain sebagainya. Sebagai suatu peradaban yang pernah diabadikan sejarah, tentu saja memiliki kekayaan bahasa yang tak perlu diragukan, namun pertanyaannya kemudian ialah apakah kekayaan bahasa mereka bisa bertahan lama, bisa terjaga orisinalitasnya? Romawi dan Persia sudah tumbang . China dan India masih eksis dan sangat maju dalam bidang ekonomi. Bahasa China juga termasuk bahasa yang banyak dipelajari di dunia. Namun sehebat-hebatnya bahasa yang dimiliki oleh manusia, bisakah terjaga kemurniannya dan tetap bisa terpakai di akhirat kelak? Islam sebagai agama rahmat bagi seantero alam memiliki jawabannya. Bahasa itu ialah bahasa Arab.
            Bahasa Arab sangat kaya dengan kosa kata. Di antara contohnya ialah: kata madu mempunyai lebih dari 80 kata, serigala 200 kata, singa 500 kata, unta 1000 kata, pedang 1000 kata, dan lain sebagainya. Ada satu kata seperti `ain memiliki banyak makna(yang biasa disebut musytarak), ada juga banyak kata yang memilik makna yang hampir mirip (muradif: sinonim). Susunan kaidahnya begitu akurat sehingga kesalahan harakat saja, meski sama tulisannya, bisa merubah arti. Tak hanya itu, bahasa Arab adalah satu-satunya bahasa yang dipilih oleh Allah sebagai bahasa al-Qur`an selaku kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah ta`ala. Kemurniannya dijaga langsung oleh Allah. Berabad-abad lamanya bahasa Arab menjadi bahasa induk dunia ketika peradaban Islam menjadi mercusuar peradaban dunia. Kala itu siapa saja yang menginginkan kemajuan bagi negaranya, mau tidak mau harus mempelajari bahasa Arab untuk belajar ilmu kepada ulama-ulama Islam. Pesona al-Qur`an dan al-Sunnah begitu luar biasa hingga mampu mengantar penduduk yang dulunya diremehkan dunia, menjadi katalisator peradaban yang mengangkat martabat manusia, dari kegelapan menuju cahaya.
            Bahasa Arab, di  samping kaya, terjaga, tahan lama, dan orisinil, ia juga bahasa yang lintas dimensi. Tidak ada bahasa di dunia ini yang masih terpakai hingga di akhirat kelak, melainkan bahasa Arab. Bahasa Arab adalah bahasa penduduk surga. Bahasa Arab adalah bahasa pemersatu antar negara muslim. Sungguh sangat ironis jika bahasa yang dipilih oleh Allah ta`ala sebagai bahasa kitab-Nya, sebagai bahasa Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam, tiba-tiba sekarang lambat laun begitu diremehkan. Banyak orang muslim yang lebih bangga mempelajari bahasa lain daripada bahasa Arab. Bukan berarti tak boleh belajar bahasa lain, tapi menyepelekan bahasa Arab sebagai bahasa agama, adalah tindakan yang tak bisa dibenarkan secara syari`at. Bagaimana mungkin bisa memahami ilmu agama secara kâffah(keseluruhan) jika tak mengerti bahasa Arab. Untung saja bahasa Arab adalah bahasa yang selalu dijaga oleh Allah dan tak akan lekang bersama waktu. Bahasa yang tak hanya berdimensi dunia, tapi juga berdimensi akhirat. Betapa beruntung orang bisa menguasainya, dan menjalankan ajaran agama Islam.

Sumengko, Senin 11 Agustus 2014/16:03
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan