Ketika
sedang asyik membersihkan rumput di samping pendopo al-Ikhlash, Sarikhuluk
kedatangan tamu istimewa. Bapak Kepala Desa Jumeneng, Bapak. Syahid Cokro Hadikusumo
beserta rombongan perangkat desa bertamu ke rumah Sarikhuluk. Dalam hati
Sarikhuluk agak merasa heran, tumben Kepala Desa lengkap dengan perangkatnya
datang langsung ke rumah Sarikhuluk. Biasanya mereka mengirim utusan ke rumah
Sarikhuluk. Dimulailah dialog diantara mereka dengan Sarikhuluk. “Assalamu`alaikum
Cak! Sebelumnya saya mewakili perangkat desa mohon maaf jika menganggu
aktivitas njenengan. Terus terang kami kemari ada keperluan yang sangat
penting menyangkut stabilitas keamanan desa kita Cak. Bagi kami Cak Sarikhuluk
adalah tokoh desa yang bisa diandalkan untuk meredam dan mengatasi permasalahan
asyarakat. Kami butuh kerja sama njenengan” sapa Bapak Syahid Cokro
Hadikusumo selaku Kepala Desa Jumeneng. “Wa`alaikumussalam. Ah sampean
ini bisa saja. Saya ini tak lebih dan tak kurang sama saja seperti warga yang
lainnya. Saya bukan tokoh, saya bukan siapa-siapa. Ada permasalahan apa pak
yang sampai mengganggu stabilitas keamanan desa?” komentar Sarikhuluk.
“Begini
Cak. Sekarang `kan lagi santer berita tentang ISIS(Islamic State in Iraq and
al-Shām) alias
Negara Islam Irak dan Syam. Pemimpinnya ialah Abu Bakar al-Baghdadi. Ini sangat
meresahkan Cak, mengingat cara-cara yang dilakukan adalah cara-cara represif
dan cendrung menggunakan segala tindakan kekerasan. Meskipun gerakan Hizbu
Tahrir adalah gerakan yang menjunjung tinggi dan memperjuangkan sistem
khilafah, namun mereka jelas-jelas tidak setuju dengan berdirinya ISIS. Ormas-ormas
Islam di Indonesia pun secara umum setuju untuk penolakannya” lanjut Bpak.
KADES. “Lha terus masalahnya apa pak?”. “Masalahnya begini Cak, di
beberapa daerah Indonesia `kan diberitakan sudah banyak yang diindikasi telah
terpengaruh dengan ISIS, Pemerintah Indonesia pun juga banyak mengantisipasi
dan mewaspadai bahaya ISIS, nah tujuan saya kemari ingin mengajak
kerjasama dengan Cak Sarikhuluk yang sudah kami anggap sebagai tokoh masyarakat
untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan serta penyadaran” tambah Kades
menjelaskan. “Jujur saya sebenarnya kurang mengerti sebenarnya ISIS itu seperti
apa. Yang saya ngerti, ‘isis’ dalam bahasa Jawa yang berarti sejuk, segar lawan
dari kata ‘sumer’(panas, gerah)” timpal Sarikhuluk dengan senyum
khasnya.
“Saya
sama sekali tidak keberatan untuk membantu memberi pencerahan dan penyadaran
kepada penduduk desa Jumeneng. Masalahnya penduduk desa kita terlalu canggih
untuk bisa dipengaruhi oleh gerakan semacam itu. Penduduk desa kita selalu
menghargai toleransi. Penduduk kita bertahun-tahun telah mampu menciptakan
kondisi yang aman, tentram dan nyaman. Mereka tidak gampang terpengaruh, namun
mampu memberi pengaruh positif pada penduduk desa tetangganya. Kalau saya
bertemu mereka tidak pernah memberikan ceramah, nasihat, atau petuah. Bukan
berarti ceramah tidak baik, tapi mereka lebih suka diingatkan dengan cara
dialog yang santun dan mencerahkan. Justru menurut saya, kita harus waspada
terhadap isu-isu yang sedang digembor-gemborkan media mengenai ISIS dan lain
sebagainya. Ingat sekarang konflik Palestina dan Israel belum juga reda.
Sengketa suara PILPRES di Mahkamah Konstitusi juga masih berjalan. Jangan
sampai kita termakan isu sehingga kita melupakan masalah Palestina dan gugatan
sengketa suara PILPRES.” Penjelasan Sarikhuluk, kemudian ia berhenti sejenak
mempersilahkan hidangan kopi yang sudah dihidangkan.
“Ini
bukan masalah pro atau tidak pro, tapi yang kita junjung tinggi adalah nilai
keadilan dan hak manusia untuk bebas dari segala bentuk kolonial. ISIS juga
tidak bisa kita klaim pasti buruk jika informasi yang kita terima belum begitu
cukup dan akurat. Jangan sampai perhatian kita dialihkan dari perkara yang
sebenarnya sangat subtansial menuju perkara-perkara yang remeh dan tak
mendasar. Lebih baik sejenak kita ngISIS(mencari kesegaran, kesejukan:
red Jawa), hati dan pikiran di tengah keSUMERan(kepanasan, kegerahan) masalah
yang multidimensi di negara kita serta problematika internasiolal (dalam hal
ini konflik Palestina dan di negara Arab) yang tak kunjung reda meski di sana
ada PBB, serta Amerika yang katanya pembela demokrasi dan Hak Asasi Manusia.
Kalau dalam bahasa Jawa ‘ISIS’ itu bagus karena orang yang lagi ‘sumer’(gerah,
panas) butuh kesegaran. Di negara kita ini kira-kira lebih membuat kita ‘isis’
atau ‘sumer’?” pungkas Sarikhuluk. Setelah mendapat penjelasan seperti
itu akhirnya KADES beserta perangkat desa merasa cegek dan merasa tak
bisa membantah Sarikhuluk. Akhirnya mereka pamit dengan tangan kosong.
Sumengko, Rabu 13 Agustus 2014/21:34
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !