Home » » Negeri Kaya Sarat Nestapa

Negeri Kaya Sarat Nestapa

Written By Amoe Hirata on Senin, 18 Agustus 2014 | 08.40


Ayat Kajian   : Qs. Saba`: 15-19

لَقَدْ كَانَ لِسَبَأٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ(15) فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ(16) ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ(17) وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرىً ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّاماً آمِنِينَ(18) فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآياتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ(19).

v  Arti Lengkap Ayat           :
Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun"(15). tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr(16). Demikianlah Kami memberi Balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir(17). dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman(18). Maka mereka berkata: "Ya Tuhan Kami jauhkanlah jarak perjalanan kami", dan mereka Menganiaya diri mereka sendiri; Maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi Setiap orang yang sabar lagi bersyukur(19). [Qs. Saba`: 15-19].

v  Sababun Nuzûl                 :

أَخْرَجَ ابْنُ أَبِيْ حَاتِم أَنَّ فَرْوَةَ بْنِ مُسَيْكٍ الْغَطْفَانِيِّ رضي اللّه عنه قَدَمَ عَلَى رَسُوْلِ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم، فَقَالَ: يَا نَبِيَّ اللّه، إنَّ سَبَأَ قَوْمٌ كَانَ لَهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ عِزٌّ، وَإِنِّي أَخْشَى أَنْ يَرْتَدُّوْا عَنِ الْإِسْلَامِ، أَفَأُقَاتِلُهُمْ؟ فَقَالَ: مَا أُمِرْتُ فِيْهِمْ بِشَيْءٍ بَعْدُ، فأنزلت هذه الآية: لَقَدْ كانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ الآيات.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwasanya Farwah bin Musaik al-Ghothfâni radiyallahu `anhu mendatangi Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam lalu berkata: “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya Saba` (adalah) kaum yang memiliki kehormatan (kemuliaan) pada masa jahiliyah, sedangkan aku khawatir mereka murtad dari agama Islam, apakah aku perangi mereka?” (Rasulullah) menjawab: “Aku belum diperintah dengan sesuatupun mengenai mereka”. Lalu turunlah ayat: لَقَدْ كانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ الآيات..

v  Tafsir Ayat                        :
Setelah pada ayat sebelumnya (10-14) Allah ta`ala memberikan contoh riil sejarah tentang Nabi Daud dan Sulaiman sebagai gambaran bagi orang yang dianugerahi keberlimpahan karunia lalu dengan karunia itu keduanya mampu mensyukurinya –meski sangat sedikit hamba yang bisa mensyukuri karunia-Nya(sebagaimana ayat 13)-, lalu pada aya 15-19 dari surat Saba`, Allah ta`ala memberi contoh sebaliknya, yaitu gambaran sebuah negeri yang dikarunia keberlimpahan karunia namun tidak mensyukurinya. Tentu saja hasil akhirnya jelas, sebagaimana firman Allah ta`ala dalam surah Ibrahim ayat 7: “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Kesyukuran bisa menjaga kebersinambungan nikmat, sedangkan kekufuran bisa menghancurkan nikmat. Kisah dari Nabi Daud dan Sulaiman serta kaum Saba` adalah contoh nyata diantara sekian banyak contoh yang dibuat Allah dalam al-Qur`an mengenai akibat dari syukur dan kufur nikmat.
Pada ayat 15 Allah Berfirman: “Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun". Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa pada kisah kaum Saba` (penduduk yang tinggal di Yaman yang terkenal dengan bendungan Ma`rib) benar-benar ada tanda-tanda kekuasaan Allah. Mereka dianugerahi dua kebun dari sisi kanan dan kiri. Perintah Allah ada dua kepada mereka: Pertama: Memakan dari sebagian rizki Allah (Tentu saja harus didapatkan dengan cara yang hak dan tidak menzalimi orang lain) Kedua: Mensyukuri nikmat yang telah diberikan. Pada ayat ini juga Allah mengingatkan anugerahnya kepada  kaum Saba` bahwa negeri mereka adalah negeri yang baik, nyaman, dan enak, di samping itu Allah sebagai Rabb yang siap mengampuni dosa-dosa mereka ketika mereka mau bertaubat.
Bagaimana sikap kaum Saba` terhadap nikmat yang dianugerahkan Allah kepada mereka? Ternyata sikap mereka sangat buruk sebagaimana firman Allah ta`ala: “tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr”. Mereka berpaling dari peringatan Allah melalui Rasul yang diutus kepada mereka. Nikmat yang sedemikian besar itu sama sekali tidak disyukuri sehingga melahirkan petaka bagi mereka. Dua kebun yang sebelumnya sangat nyaman, nikmat dan lezat  ludes diterjang banjir besar. Bendungan Ma`rib yang mereka banggakan tan mampu menahan murka Allah ta`ala. Tak hanya itu kedua kebun itu kemudian diganti dengan pohon-pohon yang berbuah pahit dan mempunyai sedikit faidah yaitu sejenis pohon cemara dan sedikit dari sejenis pohon bidara. Pembangkangan suatu kaum terhadap peringatan Allah ta`ala di sepanjang sejarah pada akhirnya akan menyengsarakan diri mereka sendiri.
Demikianlah Kami memberi Balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir”. Di sini secara tegas dijelaskan bahwa sebab yang membuat Allah ta`ala murka hingga menyiksa kaum Saba` ialah karena mereka mengingkari nikmat yang diberikan oleh Allah ta`ala. Mereka tidak mau mensyukuri nikmat yang telah dianugerahkan Allah ta`ala baik dengan hati, lisan maupun perbuatan. Nikmat yang melimpah justru membuat mereka tergiur dan lupa terhadap peringatan Allah ta`ala. Sikap mereka persis dengan sikap Qorun ketika diberi rizki yang sedemikian besar ia malah berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku"(Qs. Al-Qoshos: 78). Qorun lupa diri. Ia mengaku bahwa harta yang dimiliinya berasal dari ilmu dan jerih payahnya sendiri. Ia mengingkari anunegerah Allah ta`ala sehingga pada akhirnya harta-harta yang dibanggakan itu menjadi bencana bagi diri sendiri. Pada akhirnya ia ditenggelamkan bersama hartanya. Demikianlah kesudahan orang-orang yang ingkar.
Nikmat yang dianugerahkan kepada kaum Saba` tak hanya itu. Allah berfirman: “dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman”. Ketika mereka melakukan safar baik untuk berdagang ataupun yang lainnya, segala sarananya dipermudah oleh Allah ta`ala. Misalkan mereka mau bepergi ke negeri Syam yang sangat jauh, mereka tidak akan kesulitan karena di sepanjang perjalanan ada banyak kampung yang berdekatan sehingga membuat mereka bisa menambah bekal perjalanan dan bisa beristirahat baik malam maupun siang ketika mereka lelah. Allah memerintahkan mereka berpergian baik pada waktu malam dan siang hari dalam keadaan aman sentausa. Segala waktu dijamin keamanannya. Luar biasa. Nikmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada kaum Saba` dari berbagai sisi. Dari sisi kanan dan kiri mereka diberi dua kebun yang subur mamur, dari aran depan dan belakang mereka diberi rasa aman dan diberi kemudahan lantaran dekatnya jarak antara satu desa dengan desa lain selama perjalan ke Syam. Mereka hanya diminta oleh Allah ta`ala hanya dua arah yaitu bawah dan atas sebagai lambang syukur. Ke bawah sebagai tempat untuk sujud kepada-Nya, sedangkan ke atas sebaga tempat untuk mengadu dan memohon hanya kepada-Nya. Namun, tetap saja mereka mengingkarinya.
Nikmat yang terakhir ini pun disikapi mereka dengan kekufuran (keingkaran) sembari berkata: "Ya Tuhan Kami jauhkanlah jarak perjalanan kami". Perjalanan yang sangat mudah dan aman yang dijamin Allah dengan banyaknya desa yang berjarak dekat selama perjalanan menuju Syam malah membuat mereka tidak nyaman. Kedengkian merasuki hati mereka. Mereka mau jarak antara desa yang berdekatan dijauhkan agar perjalanan menuju Syam hanya bisa ditempuh oleh mereka yang kaya. Mereka terganggu dengan kemudahan perjalanan yang juga bisa dirasakan oleh orang miskin.  dan mereka Menganiaya diri mereka sendiri”. Ya, do`a yang mereka lantunkan menggambarkan dengan jelas kalau mereka menzalimi diri sendiri.  Mereka mau kebaikan hanya dimonopoli pada orang kaya saja. Sikap mereka ini tentu saja merugikan orang lain. Sikap yang merugikan orang lain ini pada akhirnya akan berdampak buruk bagi diri sendiri. Kerena itulah mereka disebut sebagai orang yang menzalimi diri sendiri. Permohonan mereka pun dikabulkan. Jarak akhirnya dijauhkan. Pada akhir ayat Allah berfirman: “Maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Inilah akibat bagi mereka yang ingkar dan membangkang dari nikmat Allah ta`ala serta memonopoli kenikmatan bagi diri sendiri. Mereka akhirnya dihancurkan oleh Allah ta`ala dan menjadi buah bibir manusia.
Siapakah yang bisa mengambil pelajaran dari ayat-ayat tadi? Allah ta`ala berfirman di penghujung ayat: “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi Setiap orang yang sabar lagi bersyukur”. Hanya orang yang banyak bersyukur dan bersabar yang mampu mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah ta`ala. Mereka adalah orang-orang yang beriman. Orang-orang yang dikatakan Nabi Muhammad  shallallahu `alaihi wasallam sebagai orang yang mengagumkan:
« عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ».
Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (Hr. Muslim dan Ibnu Hibbân).
Negara Indonesia adalah negara yang dianugerahi oleh Allah kekayaan alam yang begitu melimpah. Tidak ada satupun yang menyangkal kenyataan itu. Pertanyaannya kemudian ialah mengapa kekayaan alam yang begitu melimpah ini tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan rakyat?; mengapa kekayaan alam yang begitu besar tidak sebangun dengan kemakmuran rakyat? Jangan-jangan kita adalah termasuk dari hamba-hambanya yang rajin mengingkari atau mengufuri nikmat dari berbagai aspeknya: kejahatan terjadi begitu luas, korupsi bertambah subur, Tuhan diingat ketika dalam kondisi sempit saja, dan lain sebagainya. Melalui ‘mata pandang keimanan’ kita sebagai bangsa didesak untuk segera melakukan perubahan. Nikmat yang ada harus disyukuri dengan baik. Mensyukurinya dengan menunaikan nikmat sesuai haknya serta tidak menzalimi diri dan orang lain. Kita sangat mengharapkan negeri ‘Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur’(Negeri yang baik serta Tuhan yang Maha Mengampuni). Namun itu tidak akan terjadi jika kita sebagai bangsa masih rajin kufur nikmat dan berpaling dari peringatan-peringatan Allah ta`ala. Ketika negeri kaya menjadi sengsara, berarti sebagai bangsa kita masih belum pandai mensyukuri dan mengindahkan peringatan-peringatan-Nya.

v  Pelajaran-pelajaran Ayat:
1.      Berpaling dari peringatan Allah ta`ala membuat hidup manusia sengsara
2.      Anjuran untuk mensyukuri nikmat Allah ta`ala
3.      Kufur nikmat adalah perbuatan tercela dan Syukur ni`mat adalah perbuatan terpuji
4.      Allah hanya menjatuhkan siksa-Nya pada orang yang sangat kufur
5.      Syukur dapat memelihara keberlangsungan nikmat
6.      Kufur dapat merusak nikmat
7.      Bahaya dengki bagi umat
8.      Keutamaan sabar dan syukur
9.      Kezaliman membuat celaka
10.  Hanya orang yang sabar dan Syukur yang mampu mengambil pelajaran darinya

v  Sumber Bacaan:
1.      Tafsîr al-Qur`an al-Adzîm, Ibnu Katsir.
2.      Tafsîr al-Munîr, Wahbah Zuhaili
3.      Tafsir al-Sya`rôwi,  Mutawalli Sya`rawi
4.      Fathu al-Bâri, Ibnu Hajar al-Asqolâni
5.      Tafsîr Fî Dhilâli al-Qur`ân, Sayyid Quthb
6.      Aisar al-Tafâsîr, Abu Bakar Jâbir al-Jazâiri
7.      Tafsîrun wa Bayân Mufrodâti al-Qur`an `ala Mushafi al-Tajwîd, Muhammad Hasan al-Himshi.
8.      Shohîh Muslim, Muslim
9.      Shohîh Ibnu Hibbân, Ibnu Hibbân
10.  Lubâbu al-Nuqûl Fi Asbâbi al-Nuzûl

Wallahu a`lam bi al-showâb
Sumengko, Senin 18 Agustus 2014/08:10
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan