Home » » Arsitektur Peradaban

Arsitektur Peradaban

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 20 Desember 2014 | 11.34

            Setelah Khalid bin Walid memperoleh kemenangan gemilang dalam pembebasan Persia, ia mendapatkan mandat lagi dari Khalifah Abu Bakar untuk membantu sahabat Abu Ubaidah, Yazid bin Abi Sufyan, Surahbil bin Hasanah, dan Amru bin Al-Ash yang sedang ditugasi membebaskan negeri Syam. Sebagai catatan: empat tim yang dikirim ke Syam ternyata hanya memenangkan dua peperangan kecil. Karena itulah Abu Bakar meminta Khalid untuk membantu mereka di sana. Yang menjadi masalah kemudian ialah ia harus datang secepat mungkin ke Syam, padahal jalur tercepat ialah melalui padang pasir Samawa. Kesulitan yang dihadapi di antaranya: Pertama, tempatnya sangat berbahaya dan membinasakan. Kedua, harus sampai tujuan kurang dari lima malam, karena kalau lebih bisa membinasakan pasukan. Ketiga, pasukan yang dibawa Khalid berjumlah sembilan ribu orang. Hal ini menuntut kesiapan logistik yang matang. Tapi, kalau Khalid sukses, maka ia akan menjadi orang pertama kali yang mampu menaklukkan gurun pasir Samawa, sekaligus menyerang Syam dari arah yang tidak diperhitungkan sebelumnya.
            Ia bermusyawarah dengan Rufai` bin Umair Atha`i  yang mempunyai pengalaman melewatinya sewaktu masih kecil bersama ayahnya. Mulailah ia membuat langkah-langkah strategis. Pertama, menghauskan dua puluh ekor onta, kemudian diberi minum sebanyak-banyaknya, sebagai perbekalan selama perjalanan. Kedua, menbawa kesiapan logistik semaksimal mungkin. Ketiga, berdoa dan tawakkal kepada Allah ta`ala. Berangkatlah mereka atas nama Allah. Menjelang hari kelima, ternyata perbekalan akan habis. Bila tidak ditemukan sumber air, maka mereka akan binasa di tempat itu. Ketika itulah Rufai` bin Umair Atha`i  ingat bahwa di daerah itu ada sumber air. Katanya, sumber itu ditandai dengan adanya pohon. Karena matanya agak kabur, maka disuruhlah para pasukan untuk mencarinya. Pada akhirnya, setelah mereka bermunajat pada Allah, ditemukanlah pohon tersebut, lantas dipotong kemudian digali. Apa yang dikatakan Rufai` benar-benar terbukti. Pada akhirnya mereka mendapatkan air dan tidak jadi tunduk pada keganasan sahara. Khalid pun sampai tepat pada waktunya dari sebelah utara Syam. Dengan bekal hanya sembilan ribu orang, ia bisa memenangkan lima pertempuran berturut-turut.

            Apa yang dilakukan Khalid sungguh mencengangkan. Prestasi ini harus ditiru oleh para pemimpin yang menjadi arsitektur peradaban. Paling tidak keistimewaan Khalid –yang patut diteladani bagi setiap pemimpin- pada peristiwa tersebut ialah sebagai berikut: Pertama, langkahnya yang cepat dalam mengambil keputusan. Kedua, membuat keputusan yang tidak pernah dipikirkan oleh musuh(artinya kemampuan imaginernya begitu luar biasa). Ketiga, perencanaan matang dan kedisiplinan tinggi. Keempat, belajar dari pengalaman historis. Kelima, yang terpenting dari semua itu ialah membangun hubungan intensif dengan Allah ta`ala. Peradaban yang dibangun dengan keputusan yang cepat,  unik(mengimajinasikan sesuatu dengan cara tak biasa), perencanaan matang, berbasis pengalaman historis serta menjadikan Tuhan sebagai tumpuan utama pada setiap gerak dan langkahnya, maka tak ayal lagi akan melahirkan peradaban tinggi. Pencapaian Khalid di atas adalah salah satu bukti bagaimana seharusnya pemimpin menjadi arsitektur peradaban. Dengan sangat cantik ia membuktikan bahwa paduan antara spirit keimanan, ilmu mapan, pengalaman, persiapan yang matang akan membawa umat Islam menuju kejayaan. Kalau ini benar-benar dipegang, maka bukan hanya kemenangan yang akan didapatkan, tapi juga akan sangat mampu mengarsiteki peradaban dan menjadi soko guru bagi peradaban dunia.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan