Home » » Ide Diburu apa Ditunggu?

Ide Diburu apa Ditunggu?

Written By Amoe Hirata on Rabu, 24 Desember 2014 | 16.03

            Pernahkah anda membaca buku karangan ulama kawakan, Imam Abu Faraj Ibnu Jauzi(508 H-597 H) yang berjudul ‘Shaidu al-Khāthir’? Buku ini sangat istimewa. Paling tidak, dari judulnya saja sudah membuat pembaca tertarik dan terinspirasi. Judul tersebut memiliki arti: “Memburu Ide”. Bagi beliau –melalui judul di atas- yang namanya ide itu harus diburu. Coba sejanak anda berimajinasi, bagaimana ketika berada diposisi sebagai pemburu? Yang namanya berburu, persiapan harus matang. Barang yang diburu adalah barang yang liar dan tidak bisa didapat dengan cara mudah. Dibutuhkan kekuatan, akurasi, speed(kecepatan), dan timing(pemilihan waktu) tepat untuk mendapatkan buruan yang sesuai dengan apa yang dikehendaki.
            Demikian halnya posisi ‘ide’ bagi seorang penulis.  Ide tidak akan didapat, jika hanya menunggu. Penulis yang mau mendapatkan ide, maka ia harus mengaktifkan panca inderanya, melakukan eksplorasi, mengalami, dan berusaha sedapat mungkin dengan segenap kemampuannya. Semakin susah didapat, maka ide semakin berkualitas. Lantaran karakter ide yang cepat datang dan pergi, maka –sebagaimana analogi di atas- penulis harus menyiapkan alat untuk memburu. Salah satu alat yang paling sederhana dan efektif, ialah dengan membiasakan diri untuk selalu membawa buku catatan beserta pena. Setiap kali terlintas, maka segera ditulis. Ide bukan hanya muncul dari bacaan buku dalam pengertian literal, ia justru banyak didapat dari bacaan buku yang bersifat non-literal(alam).
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan