Home » » Gerakan Penyelamat Peradaban

Gerakan Penyelamat Peradaban

Written By Amoe Hirata on Minggu, 21 Desember 2014 | 06.00

            Salah satu ide penting, yang mengharumkan nama `Amru bin `Āsh, dalam belantika sejarah Islam ialah, ‘pembebasan negeri Kinanah, Mesir’. Paling tidak ada beberapa alasan yang menggambarkan urgensinya. Pertama, Mesir merupakan tempat strategis yang dijadikan oleh Romawi timur dalam menancapkan kuasanya. Ketika wilayah ini bisa dibebaskan, maka dakwah Islam sebagai rahmat bagi seantero alam pun tak terhalang, dan kekuatan Romawi pada akan semakin menyempit. Kedua, Mesir –sebagai peradaban besar kala itu- telah dijajah imperium Romawi selama sembilan abad. Sudah saatnya ia dibangunkan kembali dari ‘tidur panjangnya’. Ketiga, kolonialisasi yang dilakukan Romawi membuat penduduknya hidup dalam derita luar biasa. Salah satu tugas Islam ialah membebaskan manusia dari berbagai tirani. Keempat, usaha ini bisa dianalogikan sebagai upaya penyelamatan peradaban. Kebesaran peradaban Mesir, harus diselamatkan peradaban baru yang dibawa Islam. Peninggalan yang baik tetap dipertahankan, sedangkan yang jelek akan diisi dengan ruh Islam. Kelima, sebagai keterpanggilan hati terhadap pesan ilahi: “Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu,” tentu saja bukan kafir dzimmi, tapi kafir yang tirani, penindas kemanusiaan, dan penghalang penyebaran dakwah damai.
            Betapa pun penting ide `Amru bin `Āsh`Amru bin `Āsh, dalam lapangan ia menemukan beberapa kendala. Pertama, yang dihadapi adalah imperium digdaya Romawi yang berkuasa berabad-abad di Mesir. Konon, jumlah tentara romawi yang berada di Mesir lebih dari lima puluh ribu pasukan. Kedua, ia sama sekali tidak memiliki peta yang jelas terkait dengan potensi kekuatan dan peta wilayah  tersebut. Ketiga, ia hanya memiliki empat ribu pasukan. Keempat, untuk sampai ke Mesir, ia harus melewati gurun sinai yang begitu luas dan sangat panas. Kelima, ide yang brilian ini, awalnya mendapat penolakan keras dari Khalifah Umar bin Khattab. Dengan kebijaksanaan dan kecerdikan yang dimiliki, kelima dari kendala tersebut bisa diatasi dengan baik. Malah Umar bin Khattab-ketika pasukan sudah sampai daerah Farma, Bus Sa`id-  menambahkan empat ribu pasukan, yang dikomandoi oleh empat panglima besar –yang satu orang senilai dengan seribu orang- Zubair bin Awwām, Ubadah bin Shāmit, Miqdād bin `Amru, dan Muslamah bin Mukhallad. Kemenangan demi kemenangan pun dapat diraih dengan gemilang. Pada akhirnya wilayah ini bisa dibebaskan dari cengkraman kolonial peradaban, Romawi.
            Penduduk Mesir sontak merasa gembira. Kebebasan pun diberikan, meliputi agama, sosial, hak politik dan lain sebagainya. Kekuasaan tirani sudah tumbang, telah tiba saatnya mereka bangkit dari ‘tidur panjang’. Wajah peradaban Mesir yang begitu kelam, sedikit demi sedikit mulai terang berseri-seri. Tanpa paksaan, banyak orang berbondong-bondong memeluk agama Islam. Kedatangan Islam benar-benar menjadi penyelamat bagi peradaban besar yang ‘mati suri’. Uniknya dalam jangka waktu yang tidak sampai satu Abad, penduduknya dengan senang hati telah berkomunikasi dengan bahasa Arab. Lain halnya dengan Romawi, meskipun berabad-abad mereka menjajah Mesir, mereka tidak mampu mengubah bahasa penduduk Mesir.  Apa yang dilakukan `Amru bin `Āsh ini sungguh upaya yang patut diacungi jempol. Pada abad-abad selanjutnya, dengan wilayah negara Islam lainnya, Mesir mampu menjadi ‘negara berperadaban tinggi’. Mampu menjadi mercusuar peradaban dunia. Layaknya Baghdad, Samara, Damaskus, ia juga menjadi pusat pengembangan ilmu-pengetahuan. Banyak sekali ilmuan dan ulama yang lahir di sana. Demikianlah yang dilakukan oleh `Amru bin `Āsh. Ide besarnya, mengantarkannya sebagai tokoh penting dalam upaya, ‘penyelamatan peradaban’. Namanya diabadikan dalam peninggalan masjid yang diberi nama `Amru bin `Āsh.  Wallahu a`lam bi al-Shawāb.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan