Sebagai
wahana untuk mencetak kader ulama yang ‘melek media tulis’, pagi ini (Sabtu, 20
Desember 2014) di UNIDA(Universitas Darussalam) Gontor, dari pukul 08.00 hingga
10.00, diadakan sebuah pelatihan bertajuk, ‘Mengenal Karakteristik Media’.
Acara ini dibawakan oleh Dr. Damanhuri Zuhri, Redaktur Umum Harian Republika.
Acara ini dihadiri oleh peserta PKU(Program Kaderisasi Ulama) Gontor serta
beberapa mahasiswa S1 dari UNIDA. Dari data yang ada, peserta yang hadir
diperkirakan mencapai lima puluhan. Tepat pukul 08.00 acara dibuka oleh Rudi
Candra yang didapuk sebagai moderator acara. Setelah pembukaan singkat dan
padat, kemudian acara diserahkan langsung kepada nara sumber.
Acara
pun dibuka dengan bahasa yang cair, sederhana,
dan bersahabat. Pria yang dulunya merupakan alumnus Pondok Pesantren Gontor
tahun 1982 ini, mampu menarik minat peserta dengan menceritakan pengalaman
hidupnya dalam dunia tulis-menulis. Beliau menceritakan awal kegemarannya dalam
bidang tersebut sudah dimulai sejak berada
di kelas tiga KMI(Kulliah Mu`allimīn)
Gontor. Rupanya, hobinya dalam bidang tersebut bukan saja membuat hasratnya
tersalurkan, tapi juga menghasilkan uang sebagai efek dari suatu keseriusan.
Tulisan pertamanya tentang teater(yang ditulis ketika masih di pondok Darus
Salam Gontor), dimuat di majalah Panji Masyarakat.
Jurnalis
senior Republika ini dalam pemaparan
selanjutnya menyampaikan pentingnya kepenulisan. Menurutnya menulis sangat urgen,
terutama kaitannya dengan dunia dakwah. “Dakwah dengan lisan –sebanyak apapun audiennya- yang mendengarkan hanya orang dalam ruangan
saja, namun dengan tulisan, dakwah bisa dinikmati oleh berjuta-juta orang”
tuturnya. Mengingat urgensi kepenulisan yang begitu tinggi, beliau mengharapkan
agar para peserta berdakwah melalui
tulisan. Apalagi sekarang adalah zaman informasi. Turut berpartisipasi dalam
dunia kepenulisan, membuat dakwah Islam semakin mudah disebarkan.
Pada
pembahasan selanjutnya, beliau menunjukkan sampel penulis sukses. Tokoh
sekaliber Hamka misalnya, meskipun secara akademis ia tidak mengenyam
pendidikan yang tinggi, namun dengan tulisan, namanya kemudian menjadi harum
dan abadi. Ustadz yusuf Mansur pun tak luput dari pembicaraan. Da`i muda ini
rupanya juga merupakan penulis produktif(ia menulis kolom Hikmah tiap hari
Senin di Republika). Pernah dalam satu kunjungan ke kantor Republika, ia
diminta untuk menulis. Dalam waktu setengah jam tulisan pun sudah rampung. Dari
kedua contoh tersebut, nara sumber ingin menunjukkan bahwa menulis itu mudah,
dan bisa mengangkat derajat seseorang.
Mengingat
waktu yang begitu terbatas, pada paparan berikutnya, pria kelahiran Betawi 1964
itu memberikan secara singkat materi kepenulisan. Materi tersebut di antaranya:
Pertama, mengenai unsur berita. Beliau menuturkan bahwa berita memiliki
beberapa unsur yaitu, aktual(terbaru), faktual(sesuai fakta), penting, dan
menarik. Tak lupa pula, ia menjelaskan tentang prinsip-prinsip dasar penulisan
yang meliputi 5W+1H(who, what, when, where, why, dan how).
Kemudian dengan bahasa yang renyah dan mudah dipahami, beliau memberikan
contoh-contoh sederhana terkait dengan tema bahasan tersebut.
Secara
garis besar, training yang diadakan dalam Hall Wisma UNIDA ini begitu mencerahkan.
Sudah saatnya para kader dakwah mulai berdakwah melalui jalur tulisan. Kalau
pada waktu dulu dengan alat sekadarnya saja, ulama sekelas Buya Hamka, mampu
mewarnai dunia dengan dakwah melalui media tulis, lalu bagaimana dengan para
da`i di zaman informasi seperti sekarang ini? Tentunya, tidak ada alasan lagi
untuk tidak berkarya. Para da`i sudah seyogyanya melanjutkan tradisi dakwah
ulama dalam bidang kepenulisan. Kita tentu ingat firman Allah: “Nūn, Demi qalam(pena) dan apa yang
ditulis(nya)”(Qs. Al-Qalam: 1). Melalui media tulisan, saatnya da`i
mewarnai dunia dengan kebaikan.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !