“Setiap
anak Adam, pasti banyak salah. Sebaik-baik orang yang punya salah, ialah yang
banyak bertaubat”(Hr. Turmudzi). Adalah pernyataan Nabi Muhammad shallallāhu `alaihi wasallam yang
sudah jama` diketahui oleh kebanyakan orang Muslim. Namun, sangat sedikit
sekali yang mengetahui bagaimana teladan beliau dalam menghadapi orang-orang
yang berbuat salah? Tulisan ini akan mencoba memaparkan beberapa langkah Nabi dalam
menghadapi orang yang salah.
Dr.
Muhammad Munjid dalam salah satu ceramahnya menyebutkan ada beberapa langkah
Nabi dalam menghadapi orang yang berbuat salah. Pertama, menunjukkan sikap penuh kasih sayang terhadap orang yang
salah. Ketika ada orang yang berkonsultasi pada Nabi tentang kesalahannya
menggauli istri di siang hari pada bulan Ramadhan, dengan sangat lemah lembut
Rasulullah mengajaknya dialog, sampai pada akhirnya beliau menyuruhnya membayar
kafarah(tebusan), lantaran tidak bisa menebus, lalu dibantu Rasulullah.
Melihat kondisinya seperti itu, beliau tersenyum karena ternyata yang paling
pantas disedekahi adalah orang yang salah tersebut.
Kedua, meminta
secara baik-baik agar segera meninggalkan kesalahan Seperti Umar yang pernah
bersumpah atas nama ayahnya, kemudian langsung ditegur Nabi. Ketiga,
tidak memarahinya, tapi mengingatkan dengan cara sebaik-baiknya. Seperti yang
terjadi pada orang Arab badui yang kencing di masjid. Keempat, kalau pun
harus marah, beliau tidak marah untuk dirinya sendiri, tapi karena kehormatan
Allah dilanggar, sebagaimana penuturan Aisyah Ra. Kelima, mengingatkan
kesalahan dengan cara yang tidak menyakitkan, seperti menegur di depan umum.
Biasanya beliau memakai cara sindiran. Ketika Ka`ab bin Malik jelas-jelas
melakukan kesalahan lantaran tidak turut serta dalam perang Tabuk, Rasulullah
tidak memarahinya didepan umum, menanyakan sebabnya apa kemudian menjalankan
sanksi yang ditetapkan Allah padanya.
Keenam,
tidak sekadar menunjukkan kesalahan dengan cara halus, tetapi menunjukkan
aleternatif, solusi dan cara yang benar. Ketujuh, membuat orang yang
berbuat salah mengetahui kesalahannya sendiri. Ketika ada orang yang datang
pada Nabi ingin baiat dan turut serta hijrah tapi membuat orang tuanya sedih di
rumah lantaran kepergiannya, lalu beliau menyuruhnya kembali ke rumah dan
menyuruhnya membuat keduanya tertawa. Kedelapan,
adil dan obyektif dalam menghukumi kesalah orang. Kesembilan, menjauhkan
orang salah dari pertolongan setan. Kesepuluh, menunjukkan efek buruk
dari kesalahan. Sebagaimana Al-Qur`an menjelaskan dampak buruk khamer.
Beberapa
langkah tersebut adalah sebagian kecil
dari langkah Rasulullah dalam menghadapi orang yang berbuat salah. Semoga kita
sebagai umatnya bisa meneladaninya. Akhirnya, Orang yang salah itu bukan untuk
disalah-salahkan, tapi dingatkan dengan sebaik-baiknya agar tidak mengulangi
kesalahannya kembali.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !