Home » » Langkah Nabi Menghadapi Orang Salah

Langkah Nabi Menghadapi Orang Salah

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 20 Desember 2014 | 02.00

            “Setiap anak Adam, pasti banyak salah. Sebaik-baik orang yang punya salah, ialah yang banyak bertaubat”(Hr. Turmudzi). Adalah pernyataan Nabi Muhammad shallallāhu `alaihi wasallam yang sudah jama` diketahui oleh kebanyakan orang Muslim. Namun, sangat sedikit sekali yang mengetahui bagaimana teladan beliau dalam menghadapi orang-orang yang berbuat salah? Tulisan ini akan mencoba memaparkan beberapa langkah Nabi dalam menghadapi orang yang salah.
            Dr. Muhammad Munjid dalam salah satu ceramahnya menyebutkan ada beberapa langkah Nabi dalam menghadapi orang yang berbuat salah. Pertama, menunjukkan  sikap penuh kasih sayang terhadap orang yang salah. Ketika ada orang yang berkonsultasi pada Nabi tentang kesalahannya menggauli istri di siang hari pada bulan Ramadhan, dengan sangat lemah lembut Rasulullah mengajaknya dialog, sampai pada akhirnya beliau menyuruhnya membayar kafarah(tebusan), lantaran tidak bisa menebus, lalu dibantu Rasulullah. Melihat kondisinya seperti itu, beliau tersenyum karena ternyata yang paling pantas disedekahi adalah orang yang salah tersebut.
Kedua, meminta secara baik-baik agar segera meninggalkan kesalahan Seperti Umar yang pernah bersumpah atas nama ayahnya, kemudian langsung ditegur Nabi. Ketiga, tidak memarahinya, tapi mengingatkan dengan cara sebaik-baiknya. Seperti yang terjadi pada orang Arab badui yang kencing di masjid. Keempat, kalau pun harus marah, beliau tidak marah untuk dirinya sendiri, tapi karena kehormatan Allah dilanggar, sebagaimana penuturan Aisyah Ra. Kelima, mengingatkan kesalahan dengan cara yang tidak menyakitkan, seperti menegur di depan umum. Biasanya beliau memakai cara sindiran. Ketika Ka`ab bin Malik jelas-jelas melakukan kesalahan lantaran tidak turut serta dalam perang Tabuk, Rasulullah tidak memarahinya didepan umum, menanyakan sebabnya apa kemudian menjalankan sanksi yang ditetapkan Allah padanya.
Keenam, tidak sekadar menunjukkan kesalahan dengan cara halus, tetapi menunjukkan aleternatif, solusi dan cara yang benar. Ketujuh, membuat orang yang berbuat salah mengetahui kesalahannya sendiri. Ketika ada orang yang datang pada Nabi ingin baiat dan turut serta hijrah tapi membuat orang tuanya sedih di rumah lantaran kepergiannya, lalu beliau menyuruhnya kembali ke rumah dan menyuruhnya membuat keduanya tertawa.  Kedelapan, adil dan obyektif dalam menghukumi kesalah orang. Kesembilan, menjauhkan orang salah dari pertolongan setan. Kesepuluh, menunjukkan efek buruk dari kesalahan. Sebagaimana Al-Qur`an menjelaskan dampak buruk khamer.

Beberapa langkah tersebut  adalah sebagian kecil dari langkah Rasulullah dalam menghadapi orang yang berbuat salah. Semoga kita sebagai umatnya bisa meneladaninya. Akhirnya, Orang yang salah itu bukan untuk disalah-salahkan, tapi dingatkan dengan sebaik-baiknya agar tidak mengulangi kesalahannya kembali.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan