Home » » Jangan “Berhitung” dengan Allah

Jangan “Berhitung” dengan Allah

Written By Amoe Hirata on Selasa, 23 Desember 2014 | 18.45

            Tarmudzi Syathir dengan semangat tinggi -atas nama iman-, setelah mendengar wejangan dari Kh. Syukran, ia bertekad untuk tidak meninggalkan shalat berjama`ah berikut sunah-sunahnya. Pria yang akrab disapa Setir itu, begitu terkesima dengan pahala-pahala yang akan diperoleh jika melaksanankan shalat berikut sunahnya. Dalam hati ia bergumam: “Lha kalau shalat sunnah shubuh saja ganjarannya seperti dunia dan isinya, lalu bagaimana dengan shalat lainnya”. Ia pun mulai berhitung, dan segera membuat planning matang untuk amalan-amalannya ke depan.
            Orang seisi rumah pun menjadi kaget bukan main. Ga biasanya Setir rajin ibadah seperti itu. Apalagi pria yang dikenal sebagai penjual bakso itu berubah secara drastis. Bukan hanya seisi rumah, orang-orang di kampung pun geleng-geleng kepala. Seisi kampung bergemuruh. Ia menjadi buah bibir masyarakat. Setir cuek saja menghadapi kehebohan tersebut. Yang jelas sekarang dia merasa di atas jalan yang benar. Iman serasa meningkat, hati begitu mantap dan kuat. Dalam hati ia berseloroh: “para pedagang yang shalatnya ga rajin, bahkan ada yang ga shalat saja rejekinya banyak, apalagi aku yang rajin ibadah”.
            Mulailah ia menjalankan aktivitas sebagaimana biasa. Di luar perkiraan, pendapatannya ternyata semakin menurun. Para pelanggannya banyak yang kabur. Bahkan kalau saja hari ini tidak ada teman-teman lamanya yang mampir, praktis dagangannya tidak laku. Sedikit demi sedikit dengan sangat halusnya, keraguan mulai menyusupi jiwanya. Ia mulai mempertanyakan, memberontak dan marah-marah dalam munajatnya. “Ya Allah, katanya melakukan ibadah itu pahalanya besar. Lalu kenapa rejekiku semakin ambyar(hancur lebur)?” begitulah ia bergumam pada sepertiga malam. Waktu itu ia bertekad untuk menemui yai Syukran esok hari.
            Berkunjunglah ia ke kediaman Pengasuh Pondok Pesantran Al-Ghuroba itu. Diceritakanlah semua yang ia alami selama beberapa bulan. Dengan sangat serius beliau menyimak sampai Setir selesai. Ketika sudah tuntas, akhirnya –dengan kepala dingin- Yai Syukran menjelaskan: “Tir –maaf sebelumnya-, sebenarnya penjelasanku tentang pahala, sama sekali tidak ada yang salah. Hanya saja, kamu kurang tepat memahaminya. Padahal waktu itu `kan sudah aku buka kesempatan bertanya selebar-lebarnya, namun di antara yang nanya tidak ada nama kamu”.
“Jadi begini Tir, yang namanya pahala, itu hanya sebagai stimulus untuk menggiatkan ibadah. Memang setiap orang akan mendapat pahala, jika ikhlas dan sesuai petunjuknya. Namun perlu kamu ingat, dalam beribadah jangan main perhitungan dengan Allah. Lha kenapa kita ga usah itung-itungan? Sederhana saja sebenarnya, apa yang dianugerahkan Allah pada kita, tak ada putus-putusnya, dan kalau pun kita mau menghitung-hitungnya, maka tidak akan mampu. Allah sendiri ketika memberi tak pernah menghitung. Di samping itu Tir, yang namanya orang ngitung `kan barang yang dihitung jelas. Lha kalau pahala, emang kamu bisa memastikan dapat pahala?”
“Perlu kamu ketahui juga bahwa rejeki Allah itu tak terbatas pada penghasilan, uang. Kesehatan, keimanan, kesempatan, dan umurmu adalah bagian dari rezeki-Nya. Mentang-mentang ibadah banyak, jangan lantas dikaitkan dengan penghasilanmu. Kalau kamu beribadah masih pamrih, kenapa kamu menuntut Allah memberi? Daganganmu ga laku, jangan langsung dikaitkan dengan ibadahmu. Pastikan selalu husnudzan pada-Nya.” Tukas Yai Yusran menasihati. “Lalu aku haru bagaimana yai, biar pemahaman benar, tapi usahaku lancar?” tanya Setir. “Dalam menjalani hidup berbekallah taqwa, karena ia adalah sebaik-baik bekal. Dengan takwa –sebagaimana yang terdapat dalam surat At-Talaq: 2, 3, 4, dan 5- kamu akan mendapat beberapa hal: diberi jalan keluar, dianugerahi rezeki yang tiada disangka-sangka, dipermudah urusannya, dosa-dosanya dihapus dan ganjaran dibesarkan. Ingat! Justru dengan taqwa, Allah akan memberi sesuatu yang tidak pernah diperhitungkan”.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan