Home » » Sedalam Ilmu Seluas Qalbu

Sedalam Ilmu Seluas Qalbu

Written By Amoe Hirata on Jumat, 12 Desember 2014 | 19.36

              Malam hari ba`da Isya`, Sarikhuluk mencoba mengetes secara verbal calon peserta kajian di Pendopo Al-Ikhlas: "Bapak dan ibu, bagaimana menurut anda sekalian jika melihat orang muslim yang ga mengakui Muhammad, kadang shalat ga pakai wudhu, ga pakai ruku` dan sujud, [artinnya cuma takbir dan salam saja] kadang tahiyatnya tiga kali, ga zakat padahal hartanya sudah sampai nisab, siang hari Ramadhan ga berpuasa, ga haji padahal mampu?". Jawaban mereka sangat variatif. Ada yang membid`ahkan, ada yang mengkafirkan, ada yang menyesatkan, ada yang tak menjawab, dan ada yang bilang tidak tahu. Hanya ada satu yang menjawab lain daripada yang lain, yang kemudian membuat Sarikhuluk berdecak kagum.
                Orangnya tidak terlihat meyakinkan, tapi coba baca jawabannya: "Orang muslim yang ga mengakui Muhammad tidak apa-apa asalkan hidup pada zaman sebelum Nabi Muhammad, karena pada dasarnya semua agama dari Allah adalah Islam. Shalat ga pakai wudhu tidak apa-apa asal masih suci. Shalat ga pakai ruku` dan sujud hanya takbir saja juga sangat disyariatkan dalam shalat shalat Mayyit. Tahiyyat sampai 3 kali memang harus dilakukan kalau dia jadi masbuq dirakaat terakhir shalat yang rakaatnya empat. Ga puasa di bulan Ramadhan wajib bagi wanita haidh, orang sakit parah, dan mubah bagi anak-anak. Ga zakat dan haji bagi yang mampu tidak apa-apa, asal sudah ditunaikan sebelumnya".
                  Orang di sekelilingnya tertegun dengan jawaban yang disampaikan orang tersebut. Mereka tidak menyangka mendapat jawaban tersebut. Akhirnya Sarikhuluk angkat bicara: "Bapak dan ibu sekalian, jawaban dari bapak Ngaiman tadi sungguh luar biasa. Ia menjawabnya dengan pendekatan ilmu syariah yang mantap. Ia tidak gampang menghukumi, mengklaim seseorang hanya sekadar melihat perbuatan lahiriah. Ia tidak terjebak dengan pertanyaan yang memojokkan. Dengan kedalaman ilmu dan ketenangan, ia mampu menjawab permasalahan dengan baik. Saya sangat berharap peserta kajian di Pendopo Al-Ikhlas ini tidak gegabah dalam menghukumi sesuatu. Hukum perlu beriring ilmu yang dalam, hati yang lapang, serta kemampuan untuk memecahkan solusi. Kalau warga di desa Jumeneng ini bersikap seperti dia, Insyaallah akan terjadi perubahan yang luar biasa, baik bagi individu, keluarga, masyarakat, dan bangsa" pungkas Sarikhuluk.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan