Home » » Da`i Galau

Da`i Galau

Written By Amoe Hirata on Senin, 15 Desember 2014 | 13.16

   Baru saja dalam majlis ilmu yang diisi oleh Ust. Bachtiar Nasir di UNIDA Gontor terkait tema tentang, ‘Strategi dan Retorika Dakwah’, ada pernyataan menarik dari pengalaman beliau dalam dunia dakwah: “Dai yang takut menampilkan identitas kemuslimannya adalah dai galau”. Pernyataan ini terdengar sederhana tapi langsung menukik ke jantung pertahanan setiap da`i. Bagaimana mungkin da`i bisa benar-benar sukses dalam dakwahnya, jika sama identitasnya saja malu. Padahal dalam sejarah kita tentu pernah membaca betapa para sahabat dan penerusnya, merasa bangga dengan identitasnya sebagai da`i meskipun pada realitanya di antara mereka ada yang miskin.
Sebut saja misalnya Rib`i bin Abi `Amir, dengan pakaian sederhana dia tak merasa minder ketika manjadi utusan khilafah untuk menemui Rustum, Panglima Militer Persia. Ia percaya diri, ber-`izzah tinggi, merasa mulia dengan agama yang dibawa, bahkan kata-katanya yang dahsyat mampu mengguncang batin Rustum. Rustum membantin bagaimana mungkin orang Arab yang dulunya dianggap sebelah mata, dan acapkali menjadi subordinasi dari kedua imperium besar sekarang dengan sangat terhormat mampu berbicara dengan tegas, berisi dan menggetarkan hati.

Begitulah seharusnya da`i. Dakwah dipandang sebagai tugas mulia, bukan untuk mencari dunia. Di mana saja ia berada, semangat dakwah tetap membara dalam hatinya. Walau pada akhirnya dakwahnya ditolak, maka dengan bangga ia akan mengatakan: “Fasyhadu bianni muslimun(saksikanlah bahwasannya saya adalah seorang muslim)”. Ketika dakwah bukan untuk mencari dunia, maka jangan heran jika dunia yang mengejarnya. Namun jika dakwah untuk mengejar dunia, dunia belum tentu dapat, di akhirat akan menjadi orang yang sengsara.

         
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan