Home » » Konsep Bermasalah ‘Dekonstruksi Syari`ah’

Konsep Bermasalah ‘Dekonstruksi Syari`ah’

Written By Amoe Hirata on Rabu, 17 September 2014 | 19.41


            Tidak seperti agama-agama yang lain, Islam sebagai agama sudah sempurna. Kesempurnaan itu bisa dilihat dari sumber hukum yang sudah jelas dan pasti, dan bangunan sistem keilmuan yang begitu kuat tak tertandingi. Lain halnya dengan agama-agama lain yang ajaran-ajaran serta sumber hukumnya tidak komplit, sehingga perlu upaya untuk menyesuaikan agama dengan semangat zaman. Ketidakkomplitan ajaran-ajaran agama non-Islam berimplikasi pada pendekonstruksian ajaran agama supaya selaras dengan perkembangan masa.
            Dalam Islam, meskipun ajarannya sudah jelas dan sempurna, namun di dalamnya ada beberapa ajaran yang memberi ruang untuk perubahan. Ajaran-ajaran yang sudah permanen disebut al-tsawabit, ajaran yang sifatnya tidak tetap, disebut dengan al-mutaghoyyirat. Konsep al-mutaghoyyirat dan al-Tsawabit ini semakin mengukuhkan bahwa Islam adalah agama yang jelas dan komplit, serta akomodatif dengan semangat zaman selama tidak menabrak yang sudah tetap.
            Salah satu wacana yang santer dibicarakan dan hingga kini terus berkembang ialah upaya dekonstruksi syari`ah. Upaya dekonstruksi ini sebenarnya masih dalam batas kewajaran jika digunakan untuk mengatasi probelem keagamaan yang menghadapi agama-agama non-Islam. Upaya itu dilakukan memang untuk mensinergikan antara ajaran agama dengan realitas yang ada. Dalam Islam sendiri sebagaimana yang telah disebut ada ruang khusus yang memungkinkan untuk diijtihadi agar sesuai dengan semangat zama asala tidak bertentangan dengan syariat yang sudah tetap.
            Pada realitanya, wacana dekonstruksi yang begitu berkembang pesat ini, kemudian berjalan tanpa kendali, sehingga sampai pada ranah syari`ah Islam. Kalau yang mendekonstruksi itu berasal dari orang Barat Sekular, yang notabene memusuhi syari`at Islam, itu masih bisa dipahami, ironisnya sekarang yang mengusung dan mempropagandakan ide itu justru dari cendekiawan Muslim. Pada umumnya, mereka rata-rata menimba ilmu keislaman dari Barat, sehingga world vew(pandangan hidup) yang dipakai untuk memahami syari`at juga dengan pandangan hidup Barat.
            Sebut saja misalkan Abdullahi Ahmad al-Na`im(yang menganggap syari`at hanyalah interpretasi Muslim atas kitab suci mereka), al-Asymawi(yang mengatakan bahwa jilbab adalah produk budaya), Ali Abdul Raziq( yang menyatakan bahwa sistem pemerintahan dalam Islam itu tidak ada), ada juga nama-nama lain dari kalangan Muslim yang memiliki gaya yang sama dalam upaya mendekonstruksi syari`ah, misalkan: Muhammad Syahrur, Arkoun, Hasan Hanafi, Abid Al-Jabiri, Nashr Hamid Abu Zaid dan lain sebagainya yang sangat antusias dalam mereinterpretasi ajaran agama atau bahkan merombak nilai-nilai agama yang bertentangangan denga semangat zaman.
            Upaya dekonstruksi syari`ah dilihat dari segi tujuannya memang bagus, yaitu menyajikan Islam sesuai dengan perkembangan zaman. Pada saat yang sama konsekuensi dari upaya itu justru akan merusak ajaran-ajaran Islam. Padahal dalam agama Islam ada ranah yang memang sudah paten dan tidak bisa diganggugugat. Bila ide ini dipaksakan, maka syari`ah akan bubar dan tidak mempunyai legitimasi lagi. Orang tanpa otoritas keilmuan akhirnya bisa seenaknya sendiri untuk menafsirkan ajaran agama sesuai dengan kemauannya.
            Selama ide dekonstuksi syari`ah itu dipraktikkan dalam agama non-Islam, itu wajar dan bisa dimaklumi, lantaran ajaran-ajaran dalam agama mereka begitu pronlematik. Namun ide ini menjadi salah ketika digunakan dalam memahami dan ‘memperbarui’ ajaran-ajaran agama yang sudah tetap. Dalam tradisi keilmuan Islam, tidak sembarang orang yang mempunyai otoritas berbicara pada ranah syari`ah. Hanya ulama-ulama yang mumpuni, yang mempunyai otoritas dalam bidang itu. Ketika orang yang tidak otoritatif dibiarkan untuk mengkaji dan memperbaharui syariat, yang ada bukan kebenaran yang didapat, malah tambah sesat.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan