Pernahkah ada orang yang dandananya
alim, penampilannya religius, auranya agamis, tiba-tiba dengan semangat luar
biasa dia berkata: “Ini masjid, masjid bukan tempat untuk berbohong, kalau mau bohong jangan di sini!”. Di lain
kesempatan ada lagi omongan: “Mas ini masjid, bukan tempat untuk pacaran. Kalau
mau pacaran, pergi saja ke alun-alun! Jangan kotori masjid!”. Pada waktu yang
lain berkata: “Pak, jangan berpolitik di masjid! Kalau mau berpolitik, pergi
sana ke kantor atau ke parlemen!”. Ada juga omongan: “Jangan pelajari bahasa
orang-orang kafir! Jangan mempelajari ilmu-ilmu orang kafir! Kita harus
mempelajari ilmu syari`at saja! Kita harus perdalam akidah! Jangan sampai iman
kita dikotori oleh ilmu-ilmu asing!”. Mungkin juga anda tidak asing dengan
ungkapan ini: “Ilmu itu dibagi menjadi dua: Ilmu agama dan Ilmu Dunia”.
Sebaliknya apakah anda juga pernah
melihat orang yang tampilannya intelek, KTP-nya Islam, bahkan dikenal sebagai
cendikiawan muslim, kemudian ia kerap kali mengangkat, membela, menyatakan
isu-isu yang agamis atas nama kemanusiaan, toleransi, HAM dan lain sebagainya,
sehingga lahir ucapan-ucapan seperti berikut: “Sebagai penduduk yang sama-sama
beragama, kita dilarang saling merasa benar sendiri, pada dasarnya
masing-masing agama sama-sama mengandung kebaikan”. “Islam adalah agama yang
adil dan penuh toleransi. Kekerasan atas nama agama harus dihilangkan. Keadilan
agama membuat kita harus mendekonstruksi syariat dan penafsiran, agar agama
Islam sesuai dengan semangat zaman, dan bisa menjadi solusi bagi permasalahan
umat”. “Biarkanlah dia berganti kelamin. Itu urusan pribadinya sama Allah ta`ala.
Akidah seseorang ga ada yang tau kecuali Allahta`ala jadi jangan sok
menjadi Tuhan”.
Masing-masing dari kedua paragraf
yang ditulis di atas menggambarkan polarisasi sikap dan refleksi keberagamaan dari
dua tipologi umat Islam yang memiliki pandangan sekularis baik disadari maupun
tidak. Yang pertama secara penampilan terkesa agamis, padahal kerangka berpikir
dan sikapnya sangat dikotomis dan sekularis. Yang kedua secara penampilan
terlihat tak agamis, berpenampilan seperti orang-orang kebanyakan, mereka
merasa pikiran-pikiran mereka sangat religius dan agamis. Mereka merasa
berjuang atas nama Islam dengan menjungjung tinggi maqashid syari`ah(kehendak
syariah), mengangkat nilai-nilai agama yang subtantif, seperti keadilan,
toleransi, demi menjawab tantangan zaman supaya Islam benar-benar bisa
merealisasikan rahmatan li al-`âlamîn(rahmat bagi seantero alam).
Bedanya dengan yang pertama, tipelogi yang kedua merasa sangat agamis dalam
bidang nilai yang menurut mereka subtansial dalam agama.
Gaya pandang sekularis adalah gaya
pandang yang suka mendikotomikan sesuatu. Memang tidak semua sesuatu yang
dipisah mesti jelek, atau sebaliknya, akan tetapi yang menjadi masalah ketika
ada pemisahan secara ekstrim, baik disadari atau tidak. Untuk jenis yang
pertama, biasanya menimpa seorang yang terlalu terkukung pada simbolisme agama,
sehingga tidak ada ruang baginya untuk memahami agama secara komperehensif.
Agamis tidaknya penganut beragama –bagi yang pertama- dilihat dari seberapa
disiplin ketika menjaga simbolisme agama. Bukan berarti bentuk yang dhahir
tidak penting, tapi kita harus pandai memilah dan meilih mana yang kiranya
termasuk dalam syari`at dan mana kiranya yang tidak masuk.
Caranya bagaimana? Tentu saja dengan ilmu yang memadai. Intinya tidak
akan mungkin orang yang menjalankan agama dengan sebenarnya, melakukan
pendikotomian seperti itu. Yang namanya pacaran, mencuri baik di luar maupun di
dalam masjid itu haram. Tidak ada pemisahan. Politik tidak bisa dipisahkan dari
agama sebagaimana negara. Adapun jenis yang kedua terlalu liar. Tipologi kedua
ini mengarah pada aliran filsafat subtansialisme. Dalam khazanah kaum shufi ada
istilah ma`rifat, syari`at dan hakikat. Pandangan kedua titik beratnya dalam
masalah hakikat(subtansi) dan kerap kali mendekonstruksi dan mereinterpretasi
syari`at supaya sesuai dengan zaman. Dipikir agama ini belum sempurna, dan
berpotensi untuk berevolusi.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !