Home » » ‘Syi`ah bin Husain bin Ali?’

‘Syi`ah bin Husain bin Ali?’

Written By Amoe Hirata on Minggu, 07 September 2014 | 05.18

             Perbincangan tentang Syi`ah di sepanjang sejarah –sejak pertama kali kemunculannya- tak lepas dari sosok yang bernama Husain R.a dan Ali R.a. Dari berbagaimacam variannya seperti: Itsna Asyariyah, Imâmiyah, Qorômithoh, Ismâ`iliyah, Nushoiriyah, Rôfidhah,  Zaidiyah dan lain sebagainya, pasti tak lepas dari sosok Husain dan Ali R.a. Begitu pula dengan pemahaman dan ideologi mengenai: Ahli Bait, Taqiyah, Imâmiyah, Mut`ah, Ma`shum, dan lain sebagainya, tidak lepas pula dari akar sejarah yang di masa silam yang berujung kepada nama Husain dan Ali R.a.
            Judul di atas sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengafirmasi bahwa Syi`ah –sebagai suatu kelompok aliran- memang berasal dari sahabat mulia bernama Husain dan bapaknya Ali R.a. Judul itu secara spesifik dimaksudkan sebagai muara wacana, ujung pangkal ideogi, dan pemahaman mendasar terkait masalah Syi`ah, selalu diafiliasikan kepada kedua sahabat mulia tadi. Bukan berarti Husain dan Ali adalah tokoh Syi`ah, tapi ini hanya untuk mempermudah untuk memahami nalar mereka yang tak lepas dari pemahaman mendasar tentang Husain dan Ali R.a.
            Sebut saja misalkan ideologi Ahli Bait menurut paradigma kaum Syi`ah. Pasti mereka mengaitkannya dengan Ali, Fathimah, Hasan dan Husain. Meskipun Hasan dikategorikan sebagai Ahli Bait, namun pada realitanya yang dijadikan sebagai tokoh sejarah Syi`ah justru Husain bin Ali R.a. Penelisikan sejarah menjelaskan kegamangan tersebut dengan latar belakang Husain yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang Persia, salah satu istri Husain adalah dari Persia(kalau sekarang Iran). Konsep kema`shuman imam pun kalau dirunut dari atas sampai juga kepada Husain dan Ali.
            Ideologi taqiyah pun tak lepas dari fakta historis ketika keluarga `alawiyîn ditekan sedimikian rupa baik pada masa daulah umawiyah maupun Abbasiyah. Ideologi ini sebenarnya berujung kepada konsep Ahli Bait, sebagai upaya untuk menyelamatkan diri tindakan represif dari para penguasa. Pertanyaannya kemudian mengapa Syi`ah bisa berkembang sedemikian dahsyat? Usianya pun sudah berabad-abad. Bahkan kalau kita menelaah kembali sejarah Islam, mereka sempat pula mendirikan suatu daulah yang juga sampai berkontribusi dalam peradaban.
            Adalah Abdullah bin Saba`, tokoh legendaris yang berasal dari Yahudi dijadikan sebagai pencetus kelahiran Syi`ah. Meskipun ada beberapa cendekiawan terutama dari kalangan Syi`ah yang menganggapnya sebagai tokoh fiktif yang dibuat-buat oleh kelompok sunni, namun data-data yang ada kebanyakan menguatkan bahwa Abdullah bin Saba` bukanlah tokoh fiktif. Dengan kondisi sosio-kultural dan perpolitikan di masa Ali yang tidak stabil, tokoh kawakan dari Yahudi yang melakukan infiltrasi pada Islam, mampu meracik isu yang kemudian menjadi ideologi hingga menjadi sebuah gerakan yang kuat. Melalui jalur nifâq(kemunafikan) dan didukung oleh masa yang tidak stabil akhirnya ia sukses melahirkan Syi`ah, yang kemudian mengalami evolusi yang sedemikan pesat.
            Tidaklah mengherankan jika pada perkembangannya, konflik antara sunni dan syi`ah tidak pernah akan terselesaikan. Konflik antara keduanya di sepanjang sejarah meramaikan dinamika sejarah umat Islam. Tidak mungkin kedua kelompok yang secara akidah bertentangan, akan diharapkan persatuannya. Maka tidak mengherankan upaya-upaya ulama yang berusaha melakukan taqrîb(upaya mengharmonisasikan antara Sunni dan Syi`ah) selalu berujung kegagalan. Bagaimana mungkin mereka bisa menyatukan antara air dan minyak? Padahal mereka tau bahwa minyak dan air tidak bisa menyatu. Malah upaya tersebut akan menguntungkan Syi`ah dengan ideologi taqiyah-nya.
Kalau mau jujur sebenarnya sangat bisa dilacak siapa sebenarnya yang benar dan siapa yang salah terkait dengan masalah Syi`ah dengan berbagai macam variannya. Karena ketika dirunut ujung-ujungnya adalah Husain dan Ali R.a maka sudah menjadi keniscayaan untuk meneliti biografinya. Benarkah mereka mendukung bahkan menyetujui kelompok yang mengaku-ngaku menjunjungnya. Sejarah Islam secara umum sudah dipolitisasi sedemikian rupa, maka pendekatan sejarah yang benar perlu diupayakan untuk memahami Syi`ah. Idza bathola al-ashlu, bathola al-far`u(jika konsep Syi`ah yang intinya kembali pada Husain dan Ali ini telah terpatahkan kebenarannya, maka secara otomatis Syi`ah dengan segala variannya akan batal pula). Wallôhu a`lam bi al-showâb. 
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan