Salah
satu musuh besar yang bisa menghambat seorang pahlawan dalam meraih
kepahlawanannya ialah ketika terakumulasi kesuksesan-kesuksesan kecil yang
kemudian menumbuhkan virus yang berbahaya, yaitu `ujub(teramat kagum
dengan potensi diri) dan ghurur(terlena dengan potensi diri). `Ujub
dan ghurur adalah ujian terakhir di ambang pintu kesuksesan. Keduanya
sangat tidak kentara, karena itulah banyak yang gagal melampauinya. Ini bisa
menimpa orang pintar, ketika mereka terlalu kagum dan terlena kepada kepintarannya.
Ini juga berlaku kepada setiap manusia yang sedang menghadapi ‘Ujian Akhir
Kesuksesan’ sementaranya. Begitu halus dan lekatnya virus ini, maka setiap orang
yang menginginkan kesuksesan harus mempunyai kesadaran berlipat untuk
mengatasinya. Bila tidak maka mimpi dan cita-cita yang dibangun selama ini akan
sirna begitu saja.
Banyak
orang tertipu bahwa setelah berhasil menghadapi tantangan-tantangan dari luar
dirinya, lalu dia merasa ‘pensiun dini’ menikmati jerih payah yang selama ini
dikerahkan, tanpa sadar bahwa yang namanya ujian internal berupa hawa nafsu
secara konstan akan menjadi musuh tercanggih. Rupanya tanpa gangguan setan pun
manusia diberi potensi yang namanya nafsu ammârotun bi al-sû`(yang
secara intensif banyak menyuruh kepada kejelekan), itulah tadi yang disebut `ujub
dan ghurur salah satu penyakit hati kronis yang perlu segera diatasi
sebelum merusak hati seseorang. Karena itulah prestasi apapun yang didapat
manusia, jangan sampai membuat dirinya kagum dan terlena karena keduanya –sepanjang
sejarah kehidupan manusia- merupakan faktor yang membinasakan atau menghambat
kesuksesan orang.
Kenyataan
itu memngantarkan kita pada pernyataan penting: “musuh terbesar –meskipun itu
dahsyat- sebenarnya bukanlah yang berada di luar dirimu, tapi musuh terbesar
adalah diri sendiri, karena itulah kalahkan dirimu sebelum menjemput
kemenanganmu!”. Mungkin anda bisa menghadapi beratus rintangan yang sifatnya
fisik di depan anda, namun rintangan hati sungguh tak kentara dan sangat licin,
sehingga tak jarang dapat menggelincirkan seseorang. Bagaimana kita menghadapi
musuh yang ada pada diri sendiri? Sebagaimana penyakit atau racun yang ada dalam
badan manusia, maka perlu ada upaya detosifikasi(penawaran atau penetralan
toksin di dalam tubuh). Toksin(racun) berupa ghurur dan `ujub
yang melekat pada diri seseorang harus segera didetoksifikasi dengan akhlak
tawadhlu`. Tawadhlu` merupakan merupakan penawar toksin ghurur dan `ujub
yang mujarab.
Kita
tentu tahu ‘makhluk antagonis’ seperti iblis. Sebelum ia dilaknat oleh Allah ta`ala,
ia adalah termasuk makhluk yang dimuliakan dan tinggal di surga. Faktor penting
yang membuat mereka terusir disamping sombong ialah ia merasa kagum dengan
potensi diri sehingga meremehkan Adam. Ketika disuru ‘sujud penghormatan’
mereka malah berkilah: “Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api,
sedangkan ia engkau ciptakan dari tanah”. Pembangkangan Iblis lantaran sifat `ujub
ini membuatnya terusir dan terlaknat. Kita juga tentu tahu kisah pasukan dari
kaum muslimin yang sempat kalah dari musuh dalam pertempuran Hunain lantaran `ujub
dengan jumlah pasukannya. Demikian juga dalam pertempuran lain seperti Las
Navas de Tolosa(mauqi`ah iqôb) yang dipimpin oleh Nashir Li Dinillah.
Mereka kalah karena dihinggapi virus `ujub.
Demikian
juga pertempuran Tours (balâth syuhadâ) yang dipimpin oleh Abdurrahman
al-Ghôfiqi, para prajurit merasa bangga dengan jumlah, akhirnya mereka kalah.
Menariknya, ini juga berlaku pada non-muslim. Ketika para prajurit sekutu kafir
Qurays hendak melancarkan pertempuran Ahzab (khandaq), mereka merasa berbangga
diri karena jumlah mereka sangat banyak dibandingkan dengan jumlah kaum muslimin
sewaktu terjadi pengepungan di Madinah. Ternyata jumlah pasukan yang banyak tak
otomatis membuat mereka memenangkan pertempuran. Mereka sudah kalah dan terlena
terlebih dahulu dengan kehebatan diri, akhirnya mereka harus rela menelan hasil
pahit berupa kekalahan. Beberapa kisah tersebut semakin mengukuhkan sebuah
kenyataan penting: “musuh terbesar adalah terletak pada diri sendiri, kalahkan
dirimu –dengan selalu tawadhlu` terhadap segenap potensi yang dimiliki-,
kemudian jemputlah kesuksesanmu!”
Siman, Kamis 11 September 2014/16:41
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !