Home » » Bukan ‘Titik’, Tapi ‘Koma’

Bukan ‘Titik’, Tapi ‘Koma’

Written By Amoe Hirata on Kamis, 09 April 2015 | 14.00



           Sudah beberapa tahun ini istana KJM(Kerajaan Jasad Manusia) mengalami gonjang-ganjing psikologis. Maksud ‘gonjang-ganjing psikologis’ ialah suatu kondisi di mana secara psikis setiap individu mengalami semacam kegalauan jiwa yang menyebabkan ketidakpassan dan ketidakakuratan dalam memutuskan sesuatu. Rentan terjadi pada keputusan-keputusan RH(Raja Hati) kekeliruan dan kekhilafan sehingga sering terjadi pencabutan keputusan. Bila keputusan sudah final, beberapa saat setelah itu tiba-tiba dibatalkan secara sepihak. Dengan kata lain, tak ada kata ‘titik’ yang ada ialah selalu ‘koma’. Apa yang dikatakan ‘titik’ ternyata menyimpan berjuta-juta koma di depannya yang siap menghancurleburkan kata ‘titik’. Apa yang terjadi ini juga sangat meresahkan PA(Prabu Akal) dan staf-staf yang lain. Padahal mereka merasa sudah menjalankan pekerjaan sesuai dengan prosedur undang-undang kerajaan, namun apa yang terjadi benar-benar membingungkan mereka. Contoh saja misalkan; ketika sudah diputuskan bahwa RH mau mengadakan blusukan menemui ‘rakyat jelata’ beberapa jam setelah itu tiba-tiba dibatalkan, padahal beritanya sudah sampai di telinga rakyat. Sontak saja, keputusan yang berubab drastis ini membuat rakyat kecewa. Contoh lagi misalnya, ketika sudah memutuskan untuk meng-eksekusi penjahat PK(Penyangkit Kanker), tiba-tiba juga RH membatalkan keputusannya, sehingga membuat kecewa hakim kerajaan dan rakyat secara umum.
            PA(Prabu Akal) beserta Prabu-prabu yang lain tak mau tinggal diam melihat kondisi ini. Dengan mengumpulkan tim yang konon kabarnya lebih hebat dari ‘densus 88’ PA yakin akan cepat bisa mengidentifikasi dan mencari solusi untuk masalah yang lagi menyerang RH(Raja Hati). Pada tahap pertama, tim gabungan yang dipilih menganalisa sebab-sebab terjadinya kegalauan pada diri RH. Setelah dilakukan penelitian yang mendalam didapatkan hasil yang cukup mengagetkan bahwa penyebab kegalauan RH ialah karena hatinya dipenuhi oleh ambisi-ambisi yang tak pernah padam. Ambisi pada dasarnya kalau ditakar dan diposisikan secara tepat dan akurat sebenarnya sangat positif, namun apa yang menimpa RH ini tergolong virus yang sangat membahayakan, bahkan mematikan. Apa yang dibadapi RH sekarang gambarannya seperti orang haus yang mengobati dahaganya dengan air laut, bukannya malah terobati malah jadi semakin kehausan. Penyakit ini sungguh sangat mematikan, bila dibiarkan terus akan mengarah pada penyakit wahn sebagaimana keterangan Nabi yang berarti: “Cinta dunia dan takut mati”. Yang semakin menambah akut ialah orang yang ditimpa penyakit ini sama sekali tak sadar kalau sedang terserang atau terjangkit penyakit ini. Sehingga apa yang diangap roti sejatinya tai, ketika diingatkan bahwa apa yang dimakan adalah tai, ia malah ngotot membela bahwa yang dimakan adalah roti.
            Tahap kedua setelah diketahui penyebab kegalauan, Tim Gabungan yang  dikomando PA(Prabu Akal) langsung melakukan pengobatan terapis. Tentu saja pengobatan ini tanpa sepengetahuan RH. Sebab kalau sampai RH tahu pasti ia akan marah besar dan berang karena RH merasa sehat dan tak perlu diobati. Dicobalah usaha pengobatan untuk menyembuhkan RH dengan berbagai macam metode terapi psikis, baik dari humor segar sampai kritik-kritik pedas yang secara langsung diarahkan pada RH supaya lekas sembuh. Usaha penyembuhan ini berlangsung berbulan-bulan. Semua pihak merasa punya kepentingan untuk menyembuhkan RH. Segingga tanpa sepengetahuan tim yang dikomandoi PA, ternyata ada banyak tim yang berusaha ikut partisipasi menyembuhkannya juga. Semua pihak dengan berbagai cara merasa PD untuk menyembuhkan RH tanpa dites terlebih dahulu apakah kondisi masing-masing sudah terjamin dari penyakit yang menyerang RH. Lambat laun memang terlihat ada kemajuan. Raja Hati(RH) sudah sedikit demi sedikit pulih untuk bisa memutuskan sesuatu putusan dengan tegas tanpa dicabut. Namun akhirnya tim kebingungan juga akhirnya, karena yang seharusnya ‘dikoma’ malah ‘dititik’ semua sehingga kehilangan parameter kapan harus men-titik dan kapan harus meng-koma. Semua pada bingung. Baru mereka agak sadar, sembari berujar pada hati masing-masing: “jangan-jangan kita sudah terjangkit penyekit RH, sehingga usaha kita yang dikira ampuh ternyata justru mempersubur penyakit, sampai-sampai kitapun terjangkit tanpa sadar”.  Melihat kondisi ini PA mau kontemplasi  sejenak menjauh dari keramaian agar memperoleh inspirasa dari Tuhan untuk menemukan solusi terbaik bagi penyakit yang lagi menyerang RH.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan