Home » » Pernakah Anda Berfikir?

Pernakah Anda Berfikir?

Written By Amoe Hirata on Kamis, 02 April 2015 | 12.14

            PERNAKAH ANDA BERFIKIR? Tiba-tiba kesehatan anda dicabut, kemudian mengalami sakit akut. Anda tidak bisa menikmati apa yang dinikmati orang. Orang bisa berjalan, anda lumpuh di atas dipan; orang bisa makan enak, anda hanya bisa diam  terhenyak; orang bisa tertawa, anda bermuram durja; orang bisa bekerja, anda diam dalam sengsara. Itu baru satu nikmat yang dicabut. Bagaimana jika nikmat masa muda, masa lapang, masa kaya, masa sempat juga dicabut? Bisakah anda merasakan sebagai manusia seutuhnya? Hidup dalam tanggungan orang, diri diliputi kesedihan yang panjang.
            Adalah Kasiah: seorang nenek yang diberi umur panjang hingga saat ini (89 tahun) mengalami kelumpuhan kedua kaki dan satu tangan. Kelumpuhan ini sudah berlangsung selama satu tahun lebih. Hari-harinya dipenuhi dengan duduk dan berbaring di ranjang. Berawal dari kebiasaan paginya memberi makan ayam, dengan tertatih ia terjatuh. Sejak saat itu, ia tak bisa berdiri. Bayangkan! Nenek yang memiliki semangat tinggi ini harus menjalani takdir Tuhan yang sedang menguji ketahanan mentalnya. Sebagai Muslim waktu masih sehat–selama tidak ada halangan mendesak-, ia tidak pernah luput shalat jama`ah di masjid(lebih jelasnya, baca biografinya di: http://amoehirata.blogspot.com/2014/04/kisah kasih-kasiah.html).
            Jangankan shalat wajib, shalat sunnah rawatib beserta sunnah-sunnah yang lain seperti shalat Dhuha dan Tahajjud, tidak pernah absen. Ia merasa shalat sunnah sudah seperti shalat wajib. Sehingga sangat eman sekali meninggalkannya walau satu kali. Ia juga rajin mengaji di masjid al-Mahfud, baik pada malam Rabu maupun Ahad malam. Baginya, dengan ikut mengaji –walau kadang kurang paham- ada semacam energi yang membuat hatinya tercerahkan dan bisa menjadi imun bagi ruhaniahnya. Tak hanya itu, berderma adalah salah satu kebiasaan yang tak pernah luput darinya. Tiap hari Jum`at ia sisakan beberapa uang yang dimiliki, untuk diletakkan di kotak masjid, dan yang lain diberikan pada anak-anak kecil.
            “Dermawan tak harus hartawan”. Begitulah barangkali bahasa yang tepat untuk menggambarkan filosofi hidupnya. Dengan berbagi, ia yakin –sesuai dengan pengalaman hidupnya-, manusia tidak akan rugi. Dalam ranah pendidikan, lantaran ia sadar bahwa dirinya adalah orang yang awam, ia mempunya visi kedepan yang sangat bagus. Dari sejak muda, ia menginginkan anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang layak. Ia bekerja keras dengan segenap kemampuannya. Di samping itu, ia mendambakan berdirinya sebuah masjid, sebagai tempat ibadah, wadah pendidikan dan wahana menjalin silaturrahim.           Semua mimpinya al-hamdulillah bisa tergapai. Namun di balik itu semua, beliau sedang diuji.
            Beliau sudah tidak mampu perge ke masjid seperti sedia kala. Jangankan pergi, untuk urusan mandi, makan, buang air kecil dan besar saja harus dibantu anaknya. Di satu sisi memang ini adalah kesempatan berharga bagi anak-anaknya untuk berbakti. Di sisi lain, ia begitu merindukan, saat-saat masih sehat dan kuat, sehingga bisa menjadi hamba yang taat. Sehari-hari sekarang hanya bisa duduk di kursi. Sunyi, ia berada dalam sepi. Bagi anda yang masih sehat, sempat dan kuat, apa yang akan anda kerjakan untuk mempersiapkan masa sakit, sempit, dan tua? Kalau beliau dengan amalnya saja masih menyesal, ingin lebih berbuat baik ketika sehat. Lalu bagaimana jika anda tidak punya amal apa-apa? Hidup berleha-leha, penuh foya-foya. Banyak sekali orang yang meyakini bahwa mati itu pasti, tapi perilaku mereka kebanyakan meragu-ragukannya seakan hidup abadi. Semoga kita dimasukkan ke dalam hamba-hambaNya yang sadar, sehingga nikmat kesehatan, kesempatan, kekuatan, kemudaan bisa dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya sebelum semunya terenggut, kita pun menjadi kalut. Wallahu a`lam bi al-Shawab.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan