Home » » Indahnya Ṣilaṭurrahim di Kediaman Bpk. Ainur Rahim

Indahnya Ṣilaṭurrahim di Kediaman Bpk. Ainur Rahim

Written By Amoe Hirata on Rabu, 01 April 2015 | 23.16

            Merupakan kesempatan luar biasa, karena pada hari ini (Rabu, 01 April 2015) ba`da Maghrib, bisa bersilaturrahim ke rumah Bpk. Ainur Rahim: selaku Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiya Wringinanom Gresik. Dengan kesederhanaan dan keistiqamahannya, sampai sekarang beliau mampu bertahan di jalan dakwah. Ia menjadi Ketua PCM Wringinanom Gresik, sudah sepuluh tahun. Dari pengalamannya berdakwah selama ini ada banyak pengalaman yang beliau bagikan kepadaku. Mudah-mudahan ini menjadi sebagai cambuk, untuk memacu motivasi diri agar setia dan sabar di jalan dakwah.
            Adapun pembicaraan yang berlangsung sejak jam 18:17-21:55, bisa disarikan sebagai berikut: Pertama, tantangan dakwah. Di luar sana, musuh Islam sedimikian gencar menyerang Islam dengan berbagai cara(ada kristenisasi, aliran-aliran sesat dan lain sebagainya). Sedangkan dalam internal sendiri masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi(baik terkait masalah komunikasi maupun organisasi). Kerukunan, sinergi, kerjasama harus terus ditanamkan jika mau menggapai dakwah yang sukses. Kalau kita ribut hanya dalam masalah perbedaan  furu`iyah(masalah cabang), maka energi kita akan habis sia-sia. Malah kebencian yang akan merebak. Ujung-ujungnya sesama Muslim, akan saling memusuhi dan menelikung dari belakang.
            Kedua, globalisasi, berkembangpesatnya media, dan industri, adalah beberapa problem yang cukup signifikan dalam mempengaruhi roda dakwah. Kalau dulu di mushalla masih ada anak SMA yang mengaji, sekarang yang mengaji hanya anak-anak SD. Ditambah lagi kemajuan media yang begitu pesat, turut serta mengubah orientasi belajar anak-anak. Media lebih berperan besar dalam mendidik anak. Adapun yang dewasa, pekerjaannya di pabrik, dijadikan alasan utama ketika tidak bisa datang ke pengajian. Padahal, beliau sendiri sudah membuktikan bahwa: pabrik tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak mengaji dan berdakwah. Selama ada tekad dan kemauan keras, insyaallah akan ada jalan keluar.
            Ketiga, pentingnya kaderisasi. Bagaimanapun juga tumpuan utama bagi jalannya organisasi, ialah pada kader-kader yang disiapkan sebagai pengganti di kepemimpinan ke depan. Karenanya, diperlukan kaderisasi yang bagus untuk mencetak generasi penerus yang bagus. Beliau merintis dakwah sejak tahun delapan puluhan di desa Lebani Suko. Problem utama yang dihadapi adalah masalah kaderisasi. Dari sekian banyak anak-anak yang mengaji, ternyata sangat sedikit sekali yang jadi. Yang jadi pun, kadang-kadang sibuk oleh urusan duniawi. Oleh sebab itu, ke depan kaderisasi harus digalakkan agar lahir generasi-generasi militan dalam dakwamh. Apalagi potensi anak pondok di Lebini Suko sangat banyak. Besar kemungkinan –jika semua bisa disinergikan- akan menggapai kesuksesan. Di luar sana umat sudah menunggu kiprah-liprah para da`i.
            Keempat, pentingnya menjadi perekat umat. Umat ini sudah lama centang perenang. Menurut beliau, kita harus menjadi perekat umat. Selama akidah atau masalah ushul sama, maka di situ terbuka kesempatan untuk kerjasama menyalurkan energi untuk kegiatan-kegiatan positif agar dakwah Islam semakin berkembang. Jika kita disibukkan dengan masalah internal yang berkaitan dengan khilafiah, maka sampai kapan akan bisa bersatu. Kita sudah ketinggalan jauh dengan musuh-musuh Islam. Mereka sangat canggih menggunakan media, sementara kita sibuk dengan urusan-urusan kecil yang membuat persatuan rusak. Pada prinsipnya kelompok-kelompok dalam tubuh umat Islam –menurut pengalaman beliau- lebih banyak kesamaan daripada perbedaan. Kita perlu bekerjasama dalam dan konsolidasi dalam hal yang disepakati, dan saling toleransi terhadap yang diperselisihkan.
            Kelima,  pentingnya lembaga pendidikan dan tulisan. Sejak tahun delapan puluhan beliau merintis lembaga pendidikan untuk mengaji. Pertma dimulai dari mengajar tiga sampai empat anak ngaji, sampai kemudian berkembang pesat. Karena itulah, membangun lembaga pendidikan merupakan faktor kunci untuk mencetak generasi yang baik. Di samping itu –yang tak kalah penting- ialah kepedulian dalam bidang tulisan. Sejak masa SMP beliau sudah hobi membaca dan menulis. Al-kisah, dulu beliau saking semangatnya dan terbatas uang, kalau ada sobekan koran, pasti beliau baca, karena tidak memungkinkan mendapat koran utuh. Sampai sekarang pun, beliaulah yang menulis buletin bulanan di PCM Wringinanom. Satu hal lagi yang perlu diteladani dari beliau, yaitu: semangat belajarnya yang begitu tinggi. Walaupun usia sudah mulai senja, tapi semangatnya layaknya baja.
            Semoga kedepannya dakwah Islam semakin berkembang pesat di Wringinanom(khususnya), baik secara kualitas maupun kuantitas. Kemudian lahir generasi-generasi penerus yang memiliki semangat perjuangan tinggi dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang abadi. Kalau orang-orang baik tidak mau bergerak atau berpangku tangan, maka jangan menyesal jika orang jahat menjadi dominan. Kalau orang jahat sudah dominan, maka tidak mustahil akan menjadi orang-orang yang mengikis iman. Agama menjadi asing, sedangkan dunia semakin dijinjing. Na`udzu billah min dzalik.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan