Home » » Hak Asasi Hewan

Hak Asasi Hewan

Written By Amoe Hirata on Rabu, 08 April 2015 | 09.26


Tadi malam Sarikhuluk telah menginisiasi berdirinya forum diskusi yang melibatkan anggota berlatarbelakang berbeda: ada karyawan pabrik, pengangguran, anak sekolah dan lain sebagainya. Ide perkumpulan ini bermula dari obrolan sederhana Sarikhuluk dengan sahabatnya yang dipanggil: Ian. Ian sendiri sebelumnya dikenal dengan pemuda nakal yang taubat setelah mengalami kecelakaan parah yang hampir merenggut nyawanya. Peristiwa yang menimpanya, benar-benar membuat dirinya insaf. Aura-aura kenakalan yang dulu begitu terlihat dari wajahnya, kini berbinar cahaya petunjuk. Wajahnya sudah cerah. Orang-orang di sekitarnya mulai dibuatnya sumringah. Memang benar, Allah akan memberikan petunjuk pada manusia dengan jalan yang tiada pernah terkira.
Ian sendiri, sebelum menjadi pemuda nakal, ia adalah teman mengaji Sarikhuluk sejak kecil. Ia dikenal sebagai anak yang cerdas dan penyuka sepak bola, sebagaimana Sarikhuluk. Singkat cerita, ketika Sarikhuluk bertamu ke rumah Ian, lahir sebuah ide untuk mengumpulkan para pemuda agar potensi mereka tidak sia-sia. Keduanya menyadari betul bahwa di kampung Ian, kemerosotan akhlak begitu nampak. Dekadensi moral sudah semakin menggejala.  Anak-anak yang mengaji semakin tidak ada. Keduanya membayangkan saat-saat indah ketika mengaji pada waktu dulu. Bagaimana mayoritas pemuda bisa terhimpun di masjid melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat: mengaji, berdiskusi, shilaturrahim, dan lain sebagainya. Suasana begitu guyub dan menentramkan jiwa. Keduanya menghendaki masa-masa itu terulang kembali.
Nah, tadi malam rencana kumpul pun bisa terselenggara dengan baik. Acara dimulai pukul 19:30, di kediaman Moel(saudara sepupu Sarikhuluk yang sudah menikah dan sekarang menjadi karyawan pabrik). Acara dibuka oleh Markoden dengan bacaan basmalah. Kemudian, yang membaca al-Qur`an adalah Ian. Waktu itu, secara spontan ia membaca al-Fatihah dan surat al-`Ashr. Acara pun semakin hangat ketika Sarikhuluk berusaha mengurai maksud dari surat al-`Ashr: “Apa yang dibaca oleh Ian, sungguh luar biasa dan sangat tepat dengan kondisi kita sekarang. Menurut komentar Imam Syafi`i, ‘jika Allah tidak menurunkan surat, melainkan hanya surat al-Ashr, maka sudah cukup’. Ungkapan beliau tidak berlebihan, karena jika manusia benar-benar mampu menggunakan aset berharga(waktu), maka dia tidak akan menjadi manusia yang rugi baik di dunia maupun di akhirat”.
Setelah nyruput(menyeduk) kopi yang disediakan istri Moel, Sarikhuluk melanjutkan: “Ada empat kualifikasi penting –sebagaimana yang terkandung dalam surat al-Ashr ayat satu sampai tiga- yang harus dimiliki oleh setiap Muslim jika tidak ingin menjadi manusia rugi: Pertama, keimanan. Keimanan yang berbasis ilmu yang bisa menimbulkan efek positif baik secara individu maupun sosial. Dari berbagaimacam derivasinya, ada beberapa kata yang berakar sama yaitu, aman, dan amanah. Yang namanya orang beriman, ia belum dikatakan sempurna jika dirinya tak mampu memegang amanah. Di samping itu, ia harus menciptakan sebuah kondisi di mana dirinya sendiri bisa menjadi aman. Lingkungannya pun merasa aman dari gangguan dirinya. Sehingga, keimanan benar-benar termanivestasi dengan baik dalam pribadi maupun masyarakat.”
Kedua, amal shalih. Keimana sejati akan melahirkan amal shalih. Kalau keimanan tidak melahirkan amal shalih, maka perlu diragukan keimanannya. Amal shalih lahir dari akidah yang benar. Sebaik apapun orang non-Muslim berbuat, tapi tidak memiliki ‘tiket keislaman’, maka amalannya bagaikan fatamorgana(baca: An-Nur, 39). Kelihatan baik dan indah pada pandangan manusia, namun sejatinya di akhirat adalah hampa. Yang dimaksud dengan kata ‘shalih’ ialah amalan baik yang sudah dihitung sedemikian rupa dampak positif dan negatifnya. Sebagai contoh sederhana: membaca al-Qur`an di masjid itu baik, namun jika dilakukan di waktu orang-orang sedang membutuhkan bantuan kerja bakti, maka menjadi amal yang tidak shalih. Demikian juga misalnya membaca al-Qur`an di tengah jalan raya. Amalan ini menjadi tidak shalih karena tidak ditempatkan dalam situasi dan kondisi yang tepat sehingga tidak mengandung bahaya. Kalau diperhatikan, dalam al-Qur`an iman dan amal shalih itu selalu digabung. Ini mengindikasikan bahwa yang namanya iman harus melahirkan amal shalih.”
Ketiga, saling berwasiat dengan atau pada al-Haq(kebenaran pasti yang tidak bisa diragukan lagi kebenarannya). Kata ‘saling’ menunjukkan adanya kerjasama. Keimanan dan amal shalih, tidak akan mungkin bisa berjalan dengan baik jika tidak ada sinergi sosial untuk menjaganya. Keimanan dan amal shalih adalah kebenaran yang perlu dipelihara dalam bingkai jama`ah. Jadi, perlu adanya kerjasama sosial untuk menjaga dan menebarkan kebenaran dengan media tutur maupun tulis yaitu berwasiat pada kebenaran pasti(al-Haq). Perlu diingatpula, wasiat pada kebenaran, perlu diringi dengan cara yang benar. Jangan sampai kita mengajak orang pada kebenaran tapi dengan cara yang salah sehingg malah membuat orang lain jauh dari kebenaran. Dalam al-Qur`an, kata ‘wasiat’ –sebagaimana yang termaktub dalam surat al-Baqarah ayat 180- digunakan oleh orang yang sudah mau meninggal. Kalian bisa membayangkan bagaimana kira-kira perasaan orang yang sudah mau meninggal? Pasti dia benar-benar menasihati dengan tulus tanpa adanya kepentingan duniawai. Ia merasa ajal sudah dekat, hanya kemungkinan baik yang bisa diekspresikannya. Gampangnya, dalam rangka saling menasihati pada kebenaran, kita harus antusias dan tulus seolah-olah kita hendak meninggal. Kalau kualitas ruhaniah kita bisa sampai pada taraf seperti itu, maka besar kemungkinan nasihat-nasihat itu sampai ke dasar hati.”
Keempat, saling berwasiat pada atau dengan kesabaran. Sinergi dan kerjasama berikutnya yang harus dibangun ialah wasiat pada kesabaran. Jalan perjuangan menuju akhirat, diiringi dengan cobaan-cobaan berat, maka kesabaran adalah kunci menuju kesuksesan. Ibarat kereta api, kesabaran adalah rilnya. Namun perlu diingat, cara terbaik menasihati orang lain agar sabar dalam menjaga kebenaran, ialah dengan kesabaran yang telah dibuktikan oleh diri sendiri. Bagaimana mungkin anda mengajak orang lain sabar, tapi pada kenyataannya kita sendiri tempramen misalnya. Karena itulah, sebaik-baik nasihat ialah nasihat yang lahir dari amal nyata kita. Bukan sekadar retorika.” Demikian penjelasan sederhana Sarikhuluk terkait dengan kandungan surat al-`Ashr: 1-3. Diskusi pun akhirnya semakin ganyeng  dan hangat dengan munculnya berbagai macam pertanyaan terkait: hukum tahlilan dan menghadirinya, hukum orang bertato shalat, cara menjaga kekhusyu`an, serta curhatan-curhatan pribadi yang berusaha dipecahkan bersama.
Di sela-sela sharing, ada cerita menarik yang dibawakan oleh Markoden, ia menceritakan bahwa ketidaktegaannya pada hewan yang sedang susah. Ada beberapa kejadian unik yang ia bagikan pada teman-teman diskusi: Pertama, pada waktu ia menimba air di sumur, tiba-tiba ia dapati ada sekawanan semut yang berada di atas timba. Nuraninya mengatakan bahwa hewan ini harus ditolong. “Kalau manusia saja takut mati, lalu kenapa tidak membantu semut tetap hidup”.  Akhirnya, semut-semut itu diambil satu per satu hingga selesai. Kedua, ketika sedang bekerja menjadi kuli bangungan, ada sekawanan semut dan ulat yang terbawa arus selokan. Melihat itu hatinya tidak tenang, ia kejar aliran selokan yang membawa semut dan ulat, dan ia bantu mengeluarkannya dari arus air selokan. Ketiga, ketika sedang minum kopi, semut pun mengerubungi hingga jatuh. Ia tak tega, dibantulah semut keluar satu persatu agar tidak mati. Beberapa peristiwa yang diceritakan Markoden ini benar-benar menyentak Sarikhuluk. Dari orang yang hanya lulus SMP, lahir sebuah kebijaksanaan yang belum tentu lahir dari orang kuliahan. Ia benar-benar menegakkan ‘Hak Asasi Hewan’. Tentunya kita tahu betul betapa banyak orang yang masuk neraka gara-gara menyiksa hewan. Dengan nuraninya dan akalnya yang masih jernih, kesadaran itu terpatri dalam lubuk hatinya. Kepada hewan saja seperti itu, apalagi kepada manusia dan makhluk lainnya. Sarikhuluk benar-benar mengapresiasi apa yang dilakukan Markoden: “Kita sebagai orang Islam `kan misinya rahmatan lil `alamin(rahmat bagi seantero alam), maka hewan pun adalah bagian dari realisasi rahmat kita sebagai orang Islam”.
Diskusi yang tidak diformat secara formal itu tidak terasa sudah berlangsung tiga setengah jam. Semua diberi kesempatan berbicara dan mencurahkan segenap unek-uneknya. Temanya pun sangat luas dan tak berbatas. Semua terlihat tetap semangat dan tidak ada raut muka lesuh dan loyo dari aura wajah mereka. Bahkan mereka semua menyepakati diadakan kajian seminggu sekali pada setiap hari Rabu, agar kebaikan dan kebenaran ini bisa tetap berjalan syukur-syukur dapat dinikmati oleh masyarakat secara umumnya. Intinya, perkumpulan ini dimaksudkan untuk tandhur(menanam) kebaikan. Zaman sudah semakin edan, maka kita ga usah ikut-ikut edan. Kiamat sudah semakin dekat. Maka filosofi ‘tandhur’ kebaikan harus tertanam dalam jiwa kita bersama. Suatu saat Rasulullah bersabda: “Apabila waktu kiamat hampir tiba, di tangan salah seorang diantara kamu ada bibit pohon kurma, dia berkesempatan menanamnya sebelum kiamat tiba. Maka hendaklah dia tanam sehingga memperoleh pahala.”(Hr. Ahmad). Intinya, kita berusaha menanam kebaikan, selama nyawa masih bersemayam dalam jiwa. Adapun panen tidaknya, kita serahkan pada Allah. Ada pepatah Arab yang berbunyi: “Barangsiapa menanam, dia akan mengetam”. Mudah-mudahan ini akan dicatat sebagai investasi akhirat. Acara pun ditutup pada jam 22:50 dan akan dilanjutkan pada Rabu depan.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan