Home » » Sekilas Tentang Eksistensialisme

Sekilas Tentang Eksistensialisme

Written By Amoe Hirata on Rabu, 01 April 2015 | 19.28

Pendahuluan
            Di antara aliran filsafat yang gaungnya masih berpengaruh hingga era kontemporer, ialah eksistensialisme. Salah satu kata kuci untuk mengenal kata eksistensialisme adalah ‘kebebasan pribadi’. Manusia diletakkan sebagai pusat, sedangkan Tuhan dan fenomena selain manusia menjadi urusan sekunder. Karena kebebasan pribadi yang menjadi ukuran, maka nilia-nilai agama pada gilirannya tidak begitu dihiraukan.
            Mengingat pengaruhnya yang begitu besar pada era kontemporer, maka penulis merasa perlu untuk membahasnya agar bisa dipelajari secara kritis. Dengan demikian diharapkan nanti para pembaca bisa berhati-hati dan mawas diri ketika ternyata pandangan ini berbahaya bagi kehidupan manusia.
           
Isi
Definisi
Secara etimologi berasal dari kata eksistensi yang artinya keberadaan. Sedangkan secara terminologi berarti: “Faham filsafat ateis yang berpandangan bahwa pengetahuan yang meyakinkan ialah pengetahuan terhadap fenomena-fenomena yang berdiri berdasarkan realita empiristik, terutama yang disediakan oleh ilmu empiris.” Paham ini menolak pengetahuan di luar indrawi terutama yang berkaitan dengan hal-hal meta fisik dan sebab-sebab kejadiannya.

Tokoh-tokoh aliran Eksistensialisme

Soeren Kierkegard(1813-1855)
Martin Heiddeger(1889- ?)
Jean-Paul-Sartre(1905-?)

Manusia dalam Pandangan Eksistensialisme

Aliran eksistensialisme mengarahkan dirinya kepada manusia sebagai makhluk yang hidup nyata, serta segala situasinya yang nyata dan yang bertalian dengan masanya, tempat dan suasanannya.

Manusia dianggap sebagai dasar dari kebenaran dan sebagai pengalaman hidup.

Aliran eksistensialisme –semenjak Kierkergard- menolak esensi manusia. Bahkan ada berpendapat bahwa “wujud manusia” tanpa esensi. Sedangkan menurut yang lain, ‘wujud manusia mendahului esensinya’.

Pada awalnya manusia tidak mempunyai ‘esensi’, karena ketika dilahirkan, tidak sempurna bentuknya.  Manusia adalah satu-satunya makhluk, di mana “wujudnya” terletak kepada kebebasannya.

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang yang dapat menentukan esensinya.

Epistimologi pada aliran Eksistensialisme

Aliran ini menolak pendirian aliran filsafat tradisionil, yang memisah-misahkan antara subyek dan obyek.
Tidak mengakui peranan akal pikiran sebagai sumber pengenalan, dan mengembalikan pengenalan kepada pengalaman yang hidup dan dialami manusia dalam kehidupannya yang nyata.

Pikiran tidak punya peran-peran apa-apa dalam soal pengenalan.

Keputusasaan pada filsafat Eksistensialisme

Renuangan orang eksistensialisme pada umumnya ditujukan kepada soal-soal kesusahan, keputusasaan, kegagalan dan mati. Mereka berkesimpulan bahwa hidup ini adalah hampa dan kosong belaka.

Pemikiran dan pemahaman

Tidak mempercayai Allah, Rasul, Kitab, semua hal ghaib dan apa saja yang dibawa agama. Bahkan aliran ini menganggap agama sebagai penghalang menuju masa depan. Mereka menjadikan ateis sebagai prinsip yang mengakibatkan beberapa konsekuensi yang menghancurkan.
Orang-orang eksistensialisme merasakan semacam kesempitan, keresahan dan keputusasaan karena tidak memberikan suatu ketetapan yang membantunya untuk berpegeng teguh dan meyakininya.

Eksistensi(keberadaan) manusia menjadi keyakinan mutlak. Manusia dijadikan segenap titik tolak pemikirannya.

Manusia adalah wujud yang pertama kali ada, tidak ada yang ada sebelum manusia. Keberadaan manusia mendahului subtansinya.

Mereka memandang bahwa agama-agam dan teori-teori filsafat yang mendominasi sepanjang abad pertengahan dan modern tidak memberikan solusi terhadap problematika manusia.

Mereka berusa menjadikan manusia diakui kembali secara total. Pemikiran, kebebasan, perasaan, dan insting(garizah) manusia begitu dijaga.

Meyakini kebebasan manusia secara mutlak. Manusia berhak mengokohkan eksistensinya sekehendak hati dengan caranya sendiri tanpa ada ikatan apapun.
Oleh menetapkan nilai atas orang lain.

Manusia harus membuang masa lalu serta mengingkari urusan agama, sosial, atau filsafat.

Agama letaknya dalam perasaan. Adapun kehidupan dikendalikan oleh kehendak individu secara mutlak.

Tidak percaya kepada nilai-nilai tetap yang bisa mengarahkan perilaku manusia. Semua manusia (bebasa) melakukan yang diinginkan. Tidak ada satupun yang boleh menetapkan nilai-nilai atas orang lain.

Kepercayaan ini mengakibatkan tersebarluasnya kekacauan, rusaknya akhlak, postitusi(sex bebas) dan lain sebagainya.

Meskipun paham ini memberikan sesuatu pada manusia, namun pemikiran ini mempunyai ciri introvert secara sosial dan tidak mampu mengatasi persoalan manusia yang beranekaragam.

Eksistensialis sejati menurut mereka ialah yang tidak mau menerima pengarahan dari luar. Ia berjalan sesuai dengan dirinya sendiri, menuruti hawa nafsu, dan garizahnya tanpa mengenal ikatan dan batas.

Berdiri berdasarkan pandangan ateistik.

Menolak realitas sejarah, memerangi warisan besar yang ditinggalkan manusia.

Eksistensialisme pada era kontemporer menggambarkan satu wajah pemikiran yang diyakini oleh zionisme yang berusaha merusak akidah dan nilai-nilai agama.



Akar pemikiran dan keyakinan

Eksistensialisme muncul sebagai respon terhadap dominasi gereja yang menghakimi manusia  -dengan cara yang sangat memprihatinkan- atas nama agama.

Terpengaruh dengan sekularisme dan gerakan-gerakan lain yang mengiringi kebangkitan Eropa dan menolak agama dan gereja.

Terengaruh dengan Socrates yang meletakkan kaidah: “Kenali dirimu dengan dirimu!”.

Terpengaruh dengan Stoikisme yang mewajibkan diri sebagai pemimpin.

Terpengaruh dengan berbagai macam gerakan yang mempropagandakan gerakan  ateisme dan porno.


Penyebaran dan Tempat Infiltrasi

Muncul di Jerman setelah perang dunia pertama, kemudian tersebar di Perancis, Italia dan lain sebagainya. Akibat dari dampak buruk dan bahaya perang aliran ini menadapat pembenarannnya sehingga bisa tersebar dengan cepat. Aliran ini memandang manusia bebas berkerja apapun terlepas dari berbagai macam ketentuan atau aturan.

Pemikiran menyimpang mereka tersebar di kalangan para remaja di Perancis, Jerman, Swedia, Austria, Inggris, Amerika dan lain sebagainya karena menimbulkan dampak negati berupa rusaknya akhlak dan moral, merambahnya pornografi, dan tidak peduli dengan tradisi sosial sekaligus agama.

Kritik terhadap aliran Eksistensialisme
Pembahasan eksistensialisme hanya mengenal manusia indrawi. Padahal manusia –selain indra- juga terdiri dari ruh, jiwa dan perasaan.

Ada satu hal yang dilupakan oleh aliran ini: bahwa manusia adalah anggota masyarakat keseluruhan , di mana dia hidup, tanpa mengorbankan kebebasannya dan tanpa meleburkan kepribadiannya dalam lingkungan masyarakat.

Mereka tidak berhasil memahami persoalan wujud karena mereka berpandangan bahwa apa yang nampak pada sesuatu adalah “hakikatnya”.

Meskipun aliran ini menjunjung tinggi kebebasan perseorangan yang mengorbankan kepentingan masyarakat, tapi kajian-kajian aliran tersebut tentang manusia menimbulkan suatu pandangan hidup bahwa manusia penuh dengan kesusahan dan berakhir dengan kematian serta kehampaan.

Aliran Eksistensialisme merupakan salah satu tanda yang jelas bagi kemerosotan aliran-aliran filsafat.

Kesimpulan
Eksistensialisme adalah alairan filsafat yang beorientasi ateistik yang merubah bentuk manusia dan meniadakan saham kemanusiaandari agama dan nilai-nilai akhlak.
Filsafat eksistensialisme tidak mengakui adanya ruh(spiritualitas) dan kekuatan ghaib. Ia berdiri berdasarkan asas ketiadaan. Menurut mereka alam ada tanpa motif dan tujuan.

Referensi

-          Mani` bin Hammad  al-Jahni, Al-Mausu`ah al-Muyassarah fi al-Adyani wa al-Madzahibi wa al-Ahzabi al-Mua`ashirah,  Cet: V, Pen: Dar al-Nadwah al-`Alamiyah li al-Thiba`ah wa al-Nasyri wa al-Tauzi`, 2003. (Jilid: II, hal: 818).

-       الوجودية ووهجهتها الصهيونية(محسن عبد الحميد)

-       مباحث في الثقافة الإسلامية(نعمان السامرائي)

-       سقوط الحضارة(كونلن ولسن)

-       دراسات في الفلسفة المعاصرة(زكريا إبراهيم)

-       الوجودية المؤمنة الملحدة(محمد غلاب)

-       عقائد المفكرين في القرن العصرين(عباس محمود العقاد)

-       المذاهب المعاصرة وموقف الإسلام منها(عبد الرحمن عميرة)


-          Hanafi, MA, Ikhtisar Sejarah Filsafat Barat, Pen: Pustaka ALHUSNA, Jakarta Pusat: Cet: I, 1981. Hal: 87.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan