Pendahuluan
Di antara aliran filsafat yang
gaungnya masih berpengaruh hingga era kontemporer, ialah eksistensialisme.
Salah satu kata kuci untuk mengenal kata eksistensialisme adalah ‘kebebasan
pribadi’. Manusia diletakkan sebagai pusat, sedangkan Tuhan dan fenomena selain
manusia menjadi urusan sekunder. Karena kebebasan pribadi yang menjadi ukuran,
maka nilia-nilai agama pada gilirannya tidak begitu dihiraukan.
Mengingat pengaruhnya yang begitu
besar pada era kontemporer, maka penulis merasa perlu untuk membahasnya agar
bisa dipelajari secara kritis. Dengan demikian diharapkan nanti para pembaca
bisa berhati-hati dan mawas diri ketika ternyata pandangan ini berbahaya bagi
kehidupan manusia.
Isi
Definisi
Secara etimologi berasal dari kata eksistensi yang artinya
keberadaan. Sedangkan secara terminologi berarti: “Faham filsafat ateis yang
berpandangan bahwa pengetahuan yang meyakinkan ialah pengetahuan terhadap
fenomena-fenomena yang berdiri berdasarkan realita empiristik, terutama yang
disediakan oleh ilmu empiris.” Paham ini menolak pengetahuan di luar indrawi
terutama yang berkaitan dengan hal-hal meta fisik dan sebab-sebab kejadiannya.
Tokoh-tokoh aliran Eksistensialisme
Soeren Kierkegard(1813-1855)
Martin Heiddeger(1889- ?)
Jean-Paul-Sartre(1905-?)
Manusia dalam Pandangan Eksistensialisme
Aliran eksistensialisme mengarahkan dirinya kepada manusia
sebagai makhluk yang hidup nyata, serta segala situasinya yang nyata dan yang
bertalian dengan masanya, tempat dan suasanannya.
Manusia dianggap sebagai dasar dari kebenaran dan sebagai
pengalaman hidup.
Aliran eksistensialisme –semenjak Kierkergard- menolak
esensi manusia. Bahkan ada berpendapat bahwa “wujud manusia” tanpa esensi.
Sedangkan menurut yang lain, ‘wujud manusia mendahului esensinya’.
Pada awalnya manusia tidak mempunyai ‘esensi’, karena
ketika dilahirkan, tidak sempurna bentuknya.
Manusia adalah satu-satunya makhluk, di mana “wujudnya” terletak kepada
kebebasannya.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang yang dapat
menentukan esensinya.
Epistimologi pada aliran Eksistensialisme
Aliran ini menolak pendirian aliran filsafat tradisionil,
yang memisah-misahkan antara subyek dan obyek.
Tidak mengakui peranan akal pikiran sebagai sumber
pengenalan, dan mengembalikan pengenalan kepada pengalaman yang hidup dan
dialami manusia dalam kehidupannya yang nyata.
Pikiran tidak punya peran-peran apa-apa dalam soal
pengenalan.
Keputusasaan pada filsafat Eksistensialisme
Renuangan orang eksistensialisme pada umumnya ditujukan
kepada soal-soal kesusahan, keputusasaan, kegagalan dan mati. Mereka
berkesimpulan bahwa hidup ini adalah hampa dan kosong belaka.
Pemikiran dan pemahaman
Tidak mempercayai Allah, Rasul, Kitab, semua hal ghaib dan
apa saja yang dibawa agama. Bahkan aliran ini menganggap agama sebagai
penghalang menuju masa depan. Mereka menjadikan ateis sebagai prinsip yang
mengakibatkan beberapa konsekuensi yang menghancurkan.
Orang-orang eksistensialisme merasakan semacam kesempitan,
keresahan dan keputusasaan karena tidak memberikan suatu ketetapan yang
membantunya untuk berpegeng teguh dan meyakininya.
Eksistensi(keberadaan) manusia menjadi keyakinan mutlak.
Manusia dijadikan segenap titik tolak pemikirannya.
Manusia adalah wujud yang pertama kali ada, tidak ada yang
ada sebelum manusia. Keberadaan manusia mendahului subtansinya.
Mereka memandang bahwa agama-agam dan teori-teori filsafat
yang mendominasi sepanjang abad pertengahan dan modern tidak memberikan solusi
terhadap problematika manusia.
Mereka berusa menjadikan manusia diakui kembali secara
total. Pemikiran, kebebasan, perasaan, dan insting(garizah) manusia begitu
dijaga.
Meyakini kebebasan manusia secara mutlak. Manusia berhak
mengokohkan eksistensinya sekehendak hati dengan caranya sendiri tanpa ada
ikatan apapun.
Oleh menetapkan nilai atas orang lain.
Manusia harus membuang masa lalu serta mengingkari urusan
agama, sosial, atau filsafat.
Agama letaknya dalam perasaan. Adapun kehidupan
dikendalikan oleh kehendak individu secara mutlak.
Tidak percaya kepada nilai-nilai tetap yang bisa
mengarahkan perilaku manusia. Semua manusia (bebasa) melakukan yang diinginkan.
Tidak ada satupun yang boleh menetapkan nilai-nilai atas orang lain.
Kepercayaan ini mengakibatkan tersebarluasnya kekacauan,
rusaknya akhlak, postitusi(sex bebas) dan lain sebagainya.
Meskipun paham ini memberikan sesuatu pada manusia, namun
pemikiran ini mempunyai ciri introvert secara sosial dan tidak mampu mengatasi
persoalan manusia yang beranekaragam.
Eksistensialis sejati menurut mereka ialah yang tidak mau
menerima pengarahan dari luar. Ia berjalan sesuai dengan dirinya sendiri,
menuruti hawa nafsu, dan garizahnya tanpa mengenal ikatan dan batas.
Berdiri berdasarkan pandangan ateistik.
Menolak realitas sejarah, memerangi warisan besar yang
ditinggalkan manusia.
Eksistensialisme pada era kontemporer menggambarkan satu
wajah pemikiran yang diyakini oleh zionisme yang berusaha merusak akidah dan
nilai-nilai agama.
Akar pemikiran dan keyakinan
Eksistensialisme muncul sebagai respon terhadap dominasi
gereja yang menghakimi manusia -dengan
cara yang sangat memprihatinkan- atas nama agama.
Terpengaruh dengan sekularisme dan gerakan-gerakan lain
yang mengiringi kebangkitan Eropa dan menolak agama dan gereja.
Terengaruh dengan Socrates yang meletakkan kaidah: “Kenali
dirimu dengan dirimu!”.
Terpengaruh dengan Stoikisme yang mewajibkan diri sebagai
pemimpin.
Terpengaruh dengan berbagai macam gerakan yang
mempropagandakan gerakan ateisme dan
porno.
Penyebaran dan Tempat Infiltrasi
Muncul di Jerman setelah perang dunia pertama, kemudian
tersebar di Perancis, Italia dan lain sebagainya. Akibat dari dampak buruk dan
bahaya perang aliran ini menadapat pembenarannnya sehingga bisa tersebar dengan
cepat. Aliran ini memandang manusia bebas berkerja apapun terlepas dari
berbagai macam ketentuan atau aturan.
Pemikiran menyimpang mereka tersebar di kalangan para
remaja di Perancis, Jerman, Swedia, Austria, Inggris, Amerika dan lain
sebagainya karena menimbulkan dampak negati berupa rusaknya akhlak dan moral,
merambahnya pornografi, dan tidak peduli dengan tradisi sosial sekaligus agama.
Kritik terhadap aliran Eksistensialisme
Pembahasan eksistensialisme hanya mengenal manusia indrawi.
Padahal manusia –selain indra- juga terdiri dari ruh, jiwa dan perasaan.
Ada satu hal yang dilupakan oleh aliran ini: bahwa manusia
adalah anggota masyarakat keseluruhan , di mana dia hidup, tanpa mengorbankan
kebebasannya dan tanpa meleburkan kepribadiannya dalam lingkungan masyarakat.
Mereka tidak berhasil memahami persoalan wujud karena
mereka berpandangan bahwa apa yang nampak pada sesuatu adalah “hakikatnya”.
Meskipun aliran ini menjunjung tinggi kebebasan
perseorangan yang mengorbankan kepentingan masyarakat, tapi kajian-kajian
aliran tersebut tentang manusia menimbulkan suatu pandangan hidup bahwa manusia
penuh dengan kesusahan dan berakhir dengan kematian serta kehampaan.
Aliran Eksistensialisme merupakan salah satu tanda yang
jelas bagi kemerosotan aliran-aliran filsafat.
Kesimpulan
Eksistensialisme
adalah alairan filsafat yang beorientasi ateistik yang merubah bentuk manusia
dan meniadakan saham kemanusiaandari agama dan nilai-nilai akhlak.
Filsafat
eksistensialisme tidak mengakui adanya ruh(spiritualitas) dan kekuatan ghaib.
Ia berdiri berdasarkan asas ketiadaan. Menurut mereka alam ada tanpa motif dan
tujuan.
Referensi
-
Mani` bin
Hammad al-Jahni, Al-Mausu`ah
al-Muyassarah fi al-Adyani wa al-Madzahibi wa al-Ahzabi al-Mua`ashirah, Cet: V, Pen: Dar al-Nadwah al-`Alamiyah li
al-Thiba`ah wa al-Nasyri wa al-Tauzi`, 2003. (Jilid: II, hal: 818).
-
الوجودية
ووهجهتها الصهيونية(محسن عبد الحميد)
-
مباحث في
الثقافة الإسلامية(نعمان السامرائي)
-
سقوط
الحضارة(كونلن ولسن)
-
دراسات في
الفلسفة المعاصرة(زكريا إبراهيم)
-
الوجودية
المؤمنة الملحدة(محمد غلاب)
-
عقائد المفكرين
في القرن العصرين(عباس محمود العقاد)
-
المذاهب
المعاصرة وموقف الإسلام منها(عبد الرحمن عميرة)
-
Hanafi, MA, Ikhtisar
Sejarah Filsafat Barat, Pen: Pustaka ALHUSNA, Jakarta Pusat: Cet: I, 1981.
Hal: 87.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !