Home » » Sudut Pandang Unik Pahlawan Karismatik

Sudut Pandang Unik Pahlawan Karismatik

Written By Amoe Hirata on Kamis, 23 April 2015 | 05.56

Negeri Syam sebagai benteng Romawi Timur, tidak mudah ditaklukkan. Beberapa sahabat nabi (Abu Ubaidah bin Jarrah, Yazid bin Abi Sufyan, Syurahbil bin Hasanah, dan Amru bin Ash) yang diutus dengan misi pembebasan, tak kunjung mampu merealisasikan cita-cita ini.
Melihat kondisi demikian, pada tahun 13 H, ada mandat penting yang diamanahkan Khalifah Abu Bakar Ra. pada Khalid bin Walid Ra. Ia diperintah membantu misi pembebasan Syam dari cengkraman Imperium Romawi Timur(Musthafa Murad, al-Khulafā alRasyidūn, 116).
Untuk menyukseskan misi agung ini, sahabat yang berjuluk ‘Pedang Allah’ ini, bermusyawarah dengan para sahabatnya. Ia bertanya: “Bagaimana caranya agar bisa sampai Syam melalui jalur belakang(bagian utara) pasukan Romawi?” Semuanya menjawab: “Tidak tahu”(al-Iktifā, 3/143).
Hanya ada satu jalan yang bisa ditempuh, yaitu: melalu padang pasir Syam(Syiria, Samawa) yang luasnya 518. 000 Km. Semua tidak mau menempuh jalur yang dikenal mematikan itu. Melihat situasi demikian, perasaan mustahil pun mulai muncul dalam benak mereka.
Anehnya, justru ‘Pahlawan Agung’ ini, memilih jalur yang mereka khawatirkan. Ia tidak mau menyerah pada kondisi sulit yang dianggap mustahil.  Di antara pertimbangannya ialah: Pertama, bisa sampai lebih cepat dibanding jalur biasa. Kedua, bisa menyerang dari jalur yang tak diduga musuh. Ketiga, menyerang adalah strategi terbaik dibanding mempertahankan diri.
Meski demikian, ada beberapa kendala serius yang dihadapi anak Walid bin Mughirah ini: Pertama, harus sampai Syam dalam waktu kurang dari lima hari. Kedua, jumlah pasukan yang dibawanya mencapai sembilan ribu orang. Ketiga, harus memiliki perbekalan yang cukup memadai, serta penunjuk jalan yang berpengalaman.
Ketika semua terdiam, ada satu pasukan yang mendukung keputusan Khalid Ra. Namanya, Rafi` bin Umairah At-Tha`i. Prajurit berpengalaman yang menguasai seluk-beluk padang pasir Samawa.
Keputusan Khalid Ra. semakin bulat. Langkah selanjutnya ialah: menyiapkan strategi jitu untuk menaklukkan jalur ganas padang pasir.
Ada beberapa langkah konkrit –setelah musyawarah- yang ditempuh Khalid Ra. agar bisa sampai tepat pada waktunya: Pertama, membawa bekal logistik memadai. Kedua, menyiapkan dua puluh ekor unta besar dan gemuk yang diberi minum puas, sebagai antisipasi ketika air habis, maka unta tersebut disembelih untuk dimakan dan diambil air dari punuknya. Ketiga, berdo`a dan bertawakkal kepada Allah ta`ala.
Dengan hati mantap, akhirnya mereka setuju berangkat. Belum sampai lima hari, perbekalan pun habis. Kondisi begitu mencekam. Mulai timbul kekhawatiran dari benak pasukan.
Melihat keadaan demikian, Khalid Ra. tetap tenang dan yakin pada Tuhan. Dengan sigap Ia panggil Rafi` bin Umair. Saat itu, Rafi` mulai mengingat-ingat perjalanannya sewaktu kecil bersama ayahnya. Ia ingat dalam jalur perjalanan, ada sumber air di bawah pohon berduri. Kabar gembira ini segera ditindaklanjuti Khalid Ra. Ia memerintahkan pasukan mencari letak pohon berduri.
Pucuk dicinta, ulam tiba. Mereka akhirnya bisa menemukannya dan bisa minum dengan sepuasnya. Mereka sukses menaklukkan gurun pasir Syam yang awalnya dianggap mustahil. Dalam sejarah, Khalid dan pasukannya tercatat sebagai tim yang pertama kali bisa menundukkan jalur paling berbahaya ini.
Setelah sukses menempuh perjalanan sangat berbahaya, akhirnya agenda Khalid Ra. bisa terlaksana dengan baik. Kedatangan mereka yang begitu cepat serta tidak diperhitungkan, menjadi pukulan telak yang meluluhlantakkan barisan musuh. Selanjutnya, kemanangan-kemenangan gemilang pun bisa diraih.
             Peristiwa ini memberikan pelajaran dan pembelajaran luar biasa bagi kita. Pertama, jangan menyerah dengan rintangan meskipun oleh kebanyakan orang dianggap mustahil. Kedua, berfikir yang tidak difikirkan orang. Ketiga, menyiapkan perencanaan matang. Keempat, pengetahuan dan pengalaman yang mumpuni. Kelima, menyertakan doa dan tawakkal pada Allah. Dengan begitu, apa yang dianggap ‘mustahil’ oleh kebanyakan orang, mampu kita ‘sulap’ menjadi sesuatu yang riil(nyata). Wallahu a`lam bi al-Shawāb.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan