Sebagaimana
yang lazim diketahui oleh semua manusia, Timur adalah arah tempat terbitnya
matahari, dan Barat merupakan arah terbenamnya matahari. Timur merupakan
perlambang munculnya cahaya, ketika sebelumnya diawali dengan kegelapan malam;
pertanda perpindahan masa dari istirahat menuju kerja berat; simbol awal
manusia mengawali pekerjaannya, bahkan sebagai sinyalemen terbitnya suatu
peradaban yang menjadi cikal-bakal peradaban-peradaban setelahnya. Tak
berlebihan jika ‘timur’ dijadikan simbol kebangkitan. Adapun sebaliknya, Barat
sebagai perlambang redupnya cahaya menuju kegelapan malam, ketika sebelumnya
diawali dengan cahaya siang; pertanda perpindahan masa dari kerja berat, menuju
istirahat; simbol akhir manusia mengakhiri pekerjaannya; bahkan menjadi
sinyalemen indikasi bagi keruntuhan peradaban yang sebelumnya diawali dengan
kebangkitan peradaban. Tak aneh jika ‘barat’ dijadikan simbol kejatuhan.
Ketika
‘Timur’ dan ‘Barat’ dipakai sebagai simbol jatuh-bangunnya suatu peradaban,
maka faktor-faktor kejatuhan dan kebangunan sudah sangat jelas tandanya.
Kebangunan atau kebangkitan, ditandai oleh terbitnya cahaya. Cahaya adalah
lambang kebangkitan. Cahaya bisa berwujud kesadaran mendasar yang tumbuh dari
dalam jiwa untuk melakukan perubahan. Cahaya juga bisa berarti ilmu yang
melenyapkan kejahiliyaan yang dilambangkan sebagai kegelapan. Sedangkan
kejatuhan atau keruntuhan, ditandai oleh terbenam atau hilangnya cahaya. Gelap
adalah lambang keruntuhan. Gelap bisa berwujud rasa putus asa yang sedemikian
parah sehingga tidak memungkinkan lagi untuk berubah menjadi baik. Gelap juga
bisa berarti kejahiliyaan dan kezaliman yang melenyapkan yang dilambangkan
sebagai cahaya. Namun ada satu kenyataan penting bahwa, jatuh-bangunnya peradaban
akan selalu dipergilirkan, sebagaimana mentari yang terus berputar ‘mencipta’
siang dan malam.
Lebih
spesifik lagi, ketika ‘Timur’ dan ‘Barat’ dijadikan sebagai alam pikiran atau world
vew(pandangan hidup), maka ‘Timur’ distereotipkan sebagai pandangan hidup
yang sangat menjaga kearifan lokal dan kebijaksanaan. ‘Timur’ juga terkenal
sebagai pandangan hidup yang sangat menghormati budaya dan adat-istiadat.
‘Timur’ dikenal sebagai pandangan hidup yang sangat setia dalam memegangteguh
nilai-nilai kehidupan. Dalam hidup tek melulu mengandalkan rasionalitas, tapi
selalu diimbangi dengan kesadaran spiritual yang tinggi. Bahkan tak berlebihan
jika ada yang berkata bahwa ‘Timur’ adalah tempat lahirnya wisdom(kebijaksanaan).
Adapun ‘Barat’, distereotipkan sebagai pandangan hidup yang tidak terlalu
menghormati budaya, apalagi animisme. ‘Barat’ dikenal sebagai pandangan hidup
yang sangat rasional dan percaya hanya pada sesuatu yang empiris. ‘Barat’
dikenal sebagai pandangan hidup yang dikotomis. Prinsip dualisme selalu
menyertainya. Fisik selalu diceraikan dari metafisik. Krisis spiritualitas
acapkali menimpanya. Kebenaran dianggap nisbi, yang benar adalah kenisbian itu
sendiri.
Pada
realitanya, ‘Barat’ dan ‘Timur’ bila dilihat sebagai wilayah tempat dimana
manusia tinggal, ternyata tidak otomatis akan menggambarkan atau
merepresentasikan ‘Timur’ dan ‘Barat’ sebagai pandangan hidup. Ada orang yang
secara wilayah tinggal di daerah yang disebut ‘Timur’, namun secara karakter,
watak dan pandangan hidup sebagaimana orang ‘Barat’. Begitu juga sebaliknya,
ada orang yang secara letak geografis berada di kawasan ‘Barat’, namun
pandangan hidupnya itu sangat sesuai dengan pandangan hidup ‘Timur. Ini artinya
‘Timur’ dan ‘Barat’ bukuanlah urusan wilayah, arah dan daerah, tapi lebih
terfokus kepada pandangan hidup atau alam pikiran tertentu. Makanya tidak
mengherankan jika ada orang ‘Timur’ yang tinggal di ‘Barat’, tapi masih disebut
orang ‘Timur’ lantaran pandangan hidupnya masih orisinil layaknya orang
‘Timur’.
Benang
merah yang bisa ditarik dari korelasi antara ‘Barat dan Timur’ sebagai wilayah,
arah dan ‘Barat dan Timur’ sebagai pandangan hidup ialah, Timur adalah arah
awal terbitnya cahaya, peradaban-peradaban besar selalu dimulai dari ‘Timur’,
maksudnya peradaban besar selalu dibangun berdasarkan cahaya(ilmu[yang
bermanfaat], kebijaksanaan, kearifan dll), ketika peradaban dibangun
berdasarkan kegelapan(jahiliyah, dikotomisasi, mengenyampingkan peranan
metafisika, spiritualitas dll) maka nasib dari peradaban itu –meskipun secara
geografis terletak di Timur- pasti akan terbenam (jatuh). Di sisi lain, yang
menjadi pelajaran penting bagi istilah Barat dan Timur ialah, kebangkitan dan
kejatuhan suatu peradaban itu terjadi secara bergilir. Matahari selalu berputar
dari arah ‘Timur’, namun di situ –karena matahari berputar- Barat dan Timur
menjadi relatif. Setiap wilayah akan merasakan Timur dan Barat. Yang akan
sukses ialah siapa saja yang mempunyai kesadaran untuk ‘terbit cahaya’ artinya
yang mengusung ilmu, kearifan dan kebijaksanaan. Bagi yang mengenyampingkannya,
pasti akan terbenam bersama waktu. Kemudian hanya pada-Nya Robbu
al-Masyriqoini wa Robbu al-Maghribaini diserahkan mana yang sebenarnya
Timur dan mana yang sebenarnya Barat. Pada akhirnya manusia hanya bisa
berusaha.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !