Home » » TIMUR Terbit, BARAT Terbenam

TIMUR Terbit, BARAT Terbenam

Written By Amoe Hirata on Rabu, 08 April 2015 | 10.40



            Sebagaimana yang lazim diketahui oleh semua manusia, Timur adalah arah tempat terbitnya matahari, dan Barat merupakan arah terbenamnya matahari. Timur merupakan perlambang munculnya cahaya, ketika sebelumnya diawali dengan kegelapan malam; pertanda perpindahan masa dari istirahat menuju kerja berat; simbol awal manusia mengawali pekerjaannya, bahkan sebagai sinyalemen terbitnya suatu peradaban yang menjadi cikal-bakal peradaban-peradaban setelahnya. Tak berlebihan jika ‘timur’ dijadikan simbol kebangkitan. Adapun sebaliknya, Barat sebagai perlambang redupnya cahaya menuju kegelapan malam, ketika sebelumnya diawali dengan cahaya siang; pertanda perpindahan masa dari kerja berat, menuju istirahat; simbol akhir manusia mengakhiri pekerjaannya; bahkan menjadi sinyalemen indikasi bagi keruntuhan peradaban yang sebelumnya diawali dengan kebangkitan peradaban. Tak aneh jika ‘barat’ dijadikan simbol kejatuhan.
            Ketika ‘Timur’ dan ‘Barat’ dipakai sebagai simbol jatuh-bangunnya suatu peradaban, maka faktor-faktor kejatuhan dan kebangunan sudah sangat jelas tandanya. Kebangunan atau kebangkitan, ditandai oleh terbitnya cahaya. Cahaya adalah lambang kebangkitan. Cahaya bisa berwujud kesadaran mendasar yang tumbuh dari dalam jiwa untuk melakukan perubahan. Cahaya juga bisa berarti ilmu yang melenyapkan kejahiliyaan yang dilambangkan sebagai kegelapan. Sedangkan kejatuhan atau keruntuhan, ditandai oleh terbenam atau hilangnya cahaya. Gelap adalah lambang keruntuhan. Gelap bisa berwujud rasa putus asa yang sedemikian parah sehingga tidak memungkinkan lagi untuk berubah menjadi baik. Gelap juga bisa berarti kejahiliyaan dan kezaliman yang melenyapkan yang dilambangkan sebagai cahaya. Namun ada satu kenyataan penting bahwa, jatuh-bangunnya peradaban akan selalu dipergilirkan, sebagaimana mentari yang terus berputar ‘mencipta’ siang dan malam.
            Lebih spesifik lagi, ketika ‘Timur’ dan ‘Barat’ dijadikan sebagai alam pikiran atau world vew(pandangan hidup), maka ‘Timur’ distereotipkan sebagai pandangan hidup yang sangat menjaga kearifan lokal dan kebijaksanaan. ‘Timur’ juga terkenal sebagai pandangan hidup yang sangat menghormati budaya dan adat-istiadat. ‘Timur’ dikenal sebagai pandangan hidup yang sangat setia dalam memegangteguh nilai-nilai kehidupan. Dalam hidup tek melulu mengandalkan rasionalitas, tapi selalu diimbangi dengan kesadaran spiritual yang tinggi. Bahkan tak berlebihan jika ada yang berkata bahwa ‘Timur’ adalah tempat lahirnya wisdom(kebijaksanaan). Adapun ‘Barat’, distereotipkan sebagai pandangan hidup yang tidak terlalu menghormati budaya, apalagi animisme. ‘Barat’ dikenal sebagai pandangan hidup yang sangat rasional dan percaya hanya pada sesuatu yang empiris. ‘Barat’ dikenal sebagai pandangan hidup yang dikotomis. Prinsip dualisme selalu menyertainya. Fisik selalu diceraikan dari metafisik. Krisis spiritualitas acapkali menimpanya. Kebenaran dianggap nisbi, yang benar adalah kenisbian itu sendiri.
            Pada realitanya, ‘Barat’ dan ‘Timur’ bila dilihat sebagai wilayah tempat dimana manusia tinggal, ternyata tidak otomatis akan menggambarkan atau merepresentasikan ‘Timur’ dan ‘Barat’ sebagai pandangan hidup. Ada orang yang secara wilayah tinggal di daerah yang disebut ‘Timur’, namun secara karakter, watak dan pandangan hidup sebagaimana orang ‘Barat’. Begitu juga sebaliknya, ada orang yang secara letak geografis berada di kawasan ‘Barat’, namun pandangan hidupnya itu sangat sesuai dengan pandangan hidup ‘Timur. Ini artinya ‘Timur’ dan ‘Barat’ bukuanlah urusan wilayah, arah dan daerah, tapi lebih terfokus kepada pandangan hidup atau alam pikiran tertentu. Makanya tidak mengherankan jika ada orang ‘Timur’ yang tinggal di ‘Barat’, tapi masih disebut orang ‘Timur’ lantaran pandangan hidupnya masih orisinil layaknya orang ‘Timur’.

            Benang merah yang bisa ditarik dari korelasi antara ‘Barat dan Timur’ sebagai wilayah, arah dan ‘Barat dan Timur’ sebagai pandangan hidup ialah, Timur adalah arah awal terbitnya cahaya, peradaban-peradaban besar selalu dimulai dari ‘Timur’, maksudnya peradaban besar selalu dibangun berdasarkan cahaya(ilmu[yang bermanfaat], kebijaksanaan, kearifan dll), ketika peradaban dibangun berdasarkan kegelapan(jahiliyah, dikotomisasi, mengenyampingkan peranan metafisika, spiritualitas dll) maka nasib dari peradaban itu –meskipun secara geografis terletak di Timur- pasti akan terbenam (jatuh). Di sisi lain, yang menjadi pelajaran penting bagi istilah Barat dan Timur ialah, kebangkitan dan kejatuhan suatu peradaban itu terjadi secara bergilir. Matahari selalu berputar dari arah ‘Timur’, namun di situ –karena matahari berputar- Barat dan Timur menjadi relatif. Setiap wilayah akan merasakan Timur dan Barat. Yang akan sukses ialah siapa saja yang mempunyai kesadaran untuk ‘terbit cahaya’ artinya yang mengusung ilmu, kearifan dan kebijaksanaan. Bagi yang mengenyampingkannya, pasti akan terbenam bersama waktu. Kemudian hanya pada-Nya Robbu al-Masyriqoini wa Robbu al-Maghribaini diserahkan mana yang sebenarnya Timur dan mana yang sebenarnya Barat. Pada akhirnya manusia hanya bisa berusaha.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan