Ketika media
dikuasai oleh orang kafir Qurays di Makkah, ada beberapa langkah konkrit yang
dilakukan oleh para penguasa dalam mencegah pertumbuhan dakwah Islam, di
antaranya: Pertama, meremehkan dan merendahkan Islam dengan cara merusak
citra Nabi beserta umatnya. Ada beberapa tuduhan yang disematkan pada beliau.
Dengan tanpa dasar kuat beliau dituduh sebagai orang gila(Qs. Al-Hijr: 6, Al-Qalam:
51); sebagai tukang sihir(Qs. Yunus: 2); sebagai penyair(Qs. Al-Anbiya: 5) dan
tukang tenung atau dukun(Qs. Al-Hāqqah:
42). Lucunya, mereka sendiri mendustakan tuduhan itu. Simak baik-baik ungkapan
bersejarah Walid bin al-Mughirah benggolan penyair Qurays: “Demi Allah ia bukan
tukang tenung, dia tidak gila, dia bukan penyair, dia bukan penyihir.
Sesungguhnya kata-katanya begitu manis, akarnya adalah kelapangan,
cabangnya(bagai) bunga yang tumbuh, dan tidaklah kalian mengarang sesuatu pun
yang mirip, melainkan diketahui bahwasanya itu batil.”(Lihat: Shafiyyurrahman
al-Mubarakfuri, Rahīqi
al-Makhtūm,
1/71). Akhirnya, jalan terakhir yang mereka sepakati adalah tuduhan bahwa
Muhammad sebagai tukang sihir.
Kedua,
mendistorsi ajaran-ajaran dan membuat isu-isu miring seputar Nabi Muhammad. Dihembuskanlah
berita bohong pada masyarakat sekitar bahwa apa yang diajarkan Nabi Muhammad
hanyalah dongengan orang-orang terdahulu(Qs. Al-Furqan: 5); ia juga dituduh
sebagai pendusta terhadap ajaran yang dibawa(Qs. Al-Furqan: 4); ia dituduh
telah diajari manusia(Qs. An-Nahl: 103); mereka juga tidak segan-segan mencibir
Rasul. Dengan bahasa kita sekarang bias diungkapkan dengan kalimat sindiran: “Rasul
kok masih makan dan berjalan di pasar seperti kita”(Qs. Al-Furqan: 7). Nadhar
bin Harits, gembong Qurays yang sangat memusuhi Nabi, tidak tanggung-tanggung
menyewa penyanyi wanita untuk menghalangi orang-orang mendengar cahaya Islam. Ketiga,
menggunakan cara-cara halus. Dengan menego Nabi agar tidak mencela Tuhan-Tuhan
mereka, memperhalus bahasanya, serta kerjasama dalam ibadah(Qs: al-Kafirun:
1-6). Ketiga, karena semua tidak berhasil, maka digunakanlah
pendekatan-pendekatan represif. Amar bin Yasir beserta keluarganya disiksa
dengan sadis; sahabat-sahabat yang lemah ditindas; dikucilkan bahkan diisolasi
dari pergaulan sosial.
Apakah
mereka berhasil? Nyatanya tidak. Dengan penyebaran isu negatif, membuat gaung Islam semakin tinggi.
Islam semakin terkenal di seantero Arab. Orang-orang pada penasaran terhadap
Islam. Bahkan tak jarang yang masuk
Islam. Thufail bin Amru Ad-Dusi, akhirnya jatuh hati pada Nabi. Banyak orang
yang sebelumnya benci kepada Islam berbalik menjadi cinta: anda tau Hamzah bin
Abdul Muthallib? Anda tau Umar bin Khattab? Anda tau Khalid bin Walid? Anda tau
Amru bin Ash? Anda tau Abu Sufyan? Semuanya tak kuasa menjadi pecinta Islam,
meski sebelumnya menjadi pembenci. Kejadian ini mengajarkan kita kaidah penting
bahwa: “Cahaya tidak akan bisa dibendung oleh kegelapan”. Sebesar dan secanggih
apapun media massa yang digunakan untuk menghalangi gerak lajunya, maka akan
menjadi kontraproduktif. Para pembesar Qurays seperti: Walid bin Mughirah,
Utbah, Syaibah, Abu Jahal, Abu Lahab, Nadhar bin Harits dan lain sebagainya
sebagai penguasa media massa tak mampu mempengaruhi massa. Bahkan kelak
anak-anak dan sanak famili mereka, menjadi pemeluk agama Islam yang taat. Ketika
di Madinah, saat Nabi dan para sahabat-sahabatnya mulai mempunyai kuasa, mereka
berusaha membangun media massa tandingan. Dikenallah pada masanya
penyair-penyair ulung sekaliber Ka`ab bin Malik, Abdullah bin Rawahahn dan Hassan
bin Tsabit(baca artikel terkait: http://amoehirata.blogspot.com/2014/04/media-cinta-sang-pujangga.html
). Ketika media massa di tangan penguasa pemegang teguh Islam, media massa
menjadi oase di tengah sahara kejahiliaan.
Dari peristiwa tersebut
kita mendapat beberapa pelajaran penting: Pertama, ketika media massa di
tangan penguasa yang memusuhi Islam. Segenap upaya akan dilakukan. Dari mulai
yang paling halus hingga yang paling kasar. Mereka kompak dalam memberangus media-media
Islam. Caranya sama: mendistorsi ajaran, menyebar isu-isu miring,
memecah-belah, bernegoisasi, menindas, yang pada puncaknya memaka cara-cara
kekerasan. Ini juga yang dialami Imam Ahmad, ketika disiksa sedemikian rupa di
masa pemerintahan Ma`mun. Meskipun Ma`mun berkuasa dengan media massa yang
dimiliki, ia tak kuasa merebut hatinya. Ia hanya mampu menguasai raga mereka
dengan siksaan, tapi tidak pernah menguasai hati. Kedua, media massa di
tangan penguasa tidak akan efektif kecuali jika: 1. Yang dibawa adalah kebenaran
sejati, bukan kebenaran yang dimanipulasi. Ketika yang haq datang, maka
kebatilan pasti terbuang(Qs. Al-Isra: 81). 2. Memiliki keteguhan iman. 3. Merapatkan
barisan. 4. Membangun media massa yang solid. 5. Menyiapkan kader-kader mumpuni
yang andal menguasai media massa. Dengan begitu, media Islam akan menjadi
bangkit di tengah gelombang media jahiliah yang sedang melilit. Begitulah
ketika media massa dikuasai penguasa. Masalahnya, anda mau penguasa BENAR? Atau
TENAR meski tak benar?
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !