Home » » Ketika Media Massa di Tangan Penguasa

Ketika Media Massa di Tangan Penguasa

Written By Amoe Hirata on Jumat, 10 April 2015 | 07.14



            Ketika media dikuasai oleh orang kafir Qurays di Makkah, ada beberapa langkah konkrit yang dilakukan oleh para penguasa dalam mencegah pertumbuhan dakwah Islam, di antaranya: Pertama, meremehkan dan merendahkan Islam dengan cara merusak citra Nabi beserta umatnya. Ada beberapa tuduhan yang disematkan pada beliau. Dengan tanpa dasar kuat beliau dituduh sebagai orang gila(Qs. Al-Hijr: 6, Al-Qalam: 51); sebagai tukang sihir(Qs. Yunus: 2); sebagai penyair(Qs. Al-Anbiya: 5) dan tukang tenung atau dukun(Qs. Al-Hāqqah: 42). Lucunya, mereka sendiri mendustakan tuduhan itu. Simak baik-baik ungkapan bersejarah Walid bin al-Mughirah benggolan penyair Qurays: “Demi Allah ia bukan tukang tenung, dia tidak gila, dia bukan penyair, dia bukan penyihir. Sesungguhnya kata-katanya begitu manis, akarnya adalah kelapangan, cabangnya(bagai) bunga yang tumbuh, dan tidaklah kalian mengarang sesuatu pun yang mirip, melainkan diketahui bahwasanya itu batil.”(Lihat: Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Rahīqi al-Makhtūm, 1/71). Akhirnya, jalan terakhir yang mereka sepakati adalah tuduhan bahwa Muhammad sebagai tukang sihir.
                          Kedua, mendistorsi ajaran-ajaran dan membuat isu-isu miring seputar Nabi Muhammad. Dihembuskanlah berita bohong pada masyarakat sekitar bahwa apa yang diajarkan Nabi Muhammad hanyalah dongengan orang-orang terdahulu(Qs. Al-Furqan: 5); ia juga dituduh sebagai pendusta terhadap ajaran yang dibawa(Qs. Al-Furqan: 4); ia dituduh telah diajari manusia(Qs. An-Nahl: 103); mereka juga tidak segan-segan mencibir Rasul. Dengan bahasa kita sekarang bias diungkapkan dengan kalimat sindiran: “Rasul kok masih makan dan berjalan di pasar seperti kita”(Qs. Al-Furqan: 7). Nadhar bin Harits, gembong Qurays yang sangat memusuhi Nabi, tidak tanggung-tanggung menyewa penyanyi wanita untuk menghalangi orang-orang mendengar cahaya Islam. Ketiga, menggunakan cara-cara halus. Dengan menego Nabi agar tidak mencela Tuhan-Tuhan mereka, memperhalus bahasanya, serta kerjasama dalam ibadah(Qs: al-Kafirun: 1-6). Ketiga, karena semua tidak berhasil, maka digunakanlah pendekatan-pendekatan represif. Amar bin Yasir beserta keluarganya disiksa dengan sadis; sahabat-sahabat yang lemah ditindas; dikucilkan bahkan diisolasi dari pergaulan sosial.
            Apakah mereka berhasil? Nyatanya tidak. Dengan penyebaran isu negatif, membuat gaung Islam semakin tinggi. Islam semakin terkenal di seantero Arab. Orang-orang pada penasaran terhadap Islam. Bahkan tak jarang yang masuk Islam. Thufail bin Amru Ad-Dusi, akhirnya jatuh hati pada Nabi. Banyak orang yang sebelumnya benci kepada Islam berbalik menjadi cinta: anda tau Hamzah bin Abdul Muthallib? Anda tau Umar bin Khattab? Anda tau Khalid bin Walid? Anda tau Amru bin Ash? Anda tau Abu Sufyan? Semuanya tak kuasa menjadi pecinta Islam, meski sebelumnya menjadi pembenci. Kejadian ini mengajarkan kita kaidah penting bahwa: “Cahaya tidak akan bisa dibendung oleh kegelapan”. Sebesar dan secanggih apapun media massa yang digunakan untuk menghalangi gerak lajunya, maka akan menjadi kontraproduktif. Para pembesar Qurays seperti: Walid bin Mughirah, Utbah, Syaibah, Abu Jahal, Abu Lahab, Nadhar bin Harits dan lain sebagainya sebagai penguasa media massa tak mampu mempengaruhi massa. Bahkan kelak anak-anak dan sanak famili mereka, menjadi pemeluk agama Islam yang taat. Ketika di Madinah, saat Nabi dan para sahabat-sahabatnya mulai mempunyai kuasa, mereka berusaha membangun media massa tandingan. Dikenallah pada masanya penyair-penyair ulung sekaliber Ka`ab bin Malik, Abdullah bin Rawahahn dan Hassan bin Tsabit(baca artikel terkait: http://amoehirata.blogspot.com/2014/04/media-cinta-sang-pujangga.html ). Ketika media massa di tangan penguasa pemegang teguh Islam, media massa menjadi oase di tengah sahara kejahiliaan.
            Dari peristiwa tersebut kita mendapat beberapa pelajaran penting: Pertama, ketika media massa di tangan penguasa yang memusuhi Islam. Segenap upaya akan dilakukan. Dari mulai yang paling halus hingga yang paling kasar. Mereka kompak dalam memberangus media-media Islam. Caranya sama: mendistorsi ajaran, menyebar isu-isu miring, memecah-belah, bernegoisasi, menindas, yang pada puncaknya memaka cara-cara kekerasan. Ini juga yang dialami Imam Ahmad, ketika disiksa sedemikian rupa di masa pemerintahan Ma`mun. Meskipun Ma`mun berkuasa dengan media massa yang dimiliki, ia tak kuasa merebut hatinya. Ia hanya mampu menguasai raga mereka dengan siksaan, tapi tidak pernah menguasai hati. Kedua, media massa di tangan penguasa tidak akan efektif kecuali jika: 1. Yang dibawa adalah kebenaran sejati, bukan kebenaran yang dimanipulasi. Ketika yang haq datang, maka kebatilan pasti terbuang(Qs. Al-Isra: 81). 2. Memiliki keteguhan iman. 3. Merapatkan barisan. 4. Membangun media massa yang solid. 5. Menyiapkan kader-kader mumpuni yang andal menguasai media massa. Dengan begitu, media Islam akan menjadi bangkit di tengah gelombang media jahiliah yang sedang melilit. Begitulah ketika media massa dikuasai penguasa. Masalahnya, anda mau penguasa BENAR? Atau TENAR meski tak benar?
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan