Marginalisasi Politik Umat Islam
(Upaya Melucuti Islam dari Dunia Politik)
Pada
hari Sabtu (11 April 2015), Bina Qolam Surabaya kembali menyelenggarakan
KII(Kajian Intensif Penulis). Kajian kali ini bertajuk: “Islam dan Politik
Agenda Tersembunyi: Menghilangkan Islam dari Dunia Politik). Sebagai
presentator pada kajian ini adalah Dr. Slamet Muliono, selaku dosen di fakultas
Ushuluddin UINSA(Universitas Islam Negeri Sunan Ampel) Surabaya, sekaligus
peneliti MIUMI(Majis Intelektual Ulama Muda Islam) Jawa Timur. Acara ini
dihadiri oleh para penulis Bina Qolam. Peserta yang hadir, diperkirakan sekitar dua puluh lima orang. Acara
dimulai pada jam 08.10, yang dimoderatori langsung oleh Ust. Syamsul –penulis buku
populer: Quantum Cinta- (selaku pengurus dan editor di Bina Qolam). Setelah
menjelaskan prolog dan profil singkat dari Dr. Slamet Muliono, akhirnya waktu
dan tempat sepenuhnya dihaturkan kepada beliau.
Ada beberapa poin penting
yang disampaikan oleh Dr. Slamet Muliono dalam kajian yang cukup hangat ini: Pertama,
peran politik umat Islam mau dilenyapkan dari panggung sejarah Indonesia. Ada
beberapa indikator yang disampaikan, di antaranya: realitas politik yang
memberikan citra negatif terhadap Islam; kekalahan politik
umat Islam; keunggulan kelompok nasionalis di pentas politik nasional;
diblokirnya situs Islam; banyaknya pemimpin non-Muslim yang menempati jabatan
strategis; penguasaan media oleh kelompok minoritas; semakin menurunnya suara
perolehan kelompok Islam politik; yang berkonsekuensi pada alerginya masyarakat
terhadap politik agama di ruang publik. Beberapa indikator tersebut menunjukkan
adanya upaya untuk menghilangkan Islam dalam panggung sejarah. Dengan kata
lain, ada usaha serius untuk memarginalisasi politik umat Islam.
Kedua, pendiskreditan Islam Politik. Melalui poin ini
beliau menjelaskan berdasarkan fakta-fakta yang ada di Indonesia, ada sikap
yang diskriminatif dari pihak-pihak berkepentingan (melalui media yang
dimiliki) ketika memandang Islam dan Umat Islam. Ketika ada Muslim yang aktif
dalam dunia politik melakukan pelanggaran –sebagai contoh: korupsi. Seperti
yang dialami Ketua PPP Surya Darma Ali-, maka dengan serta-merta Islam akan
dikambinghitamkan. Adapun ketika non-Muslim yang melakukan, maka media tidak
begitu gencar mengeksposnya. Bahkan, dianggap biasa. Tak hanya itu, fenomena yang
sedang hangat seperti ‘terorisme’ dan ‘ISIS’(yang dikenal radikal, keras, dan
berbahaya), sebagai bukti konkrit betapa Islam begitu dipojokkan, tanpa ada
upaya klarifikasi dan verifikasi matang, baik oleh media maisnstream maupun
pihak terkait.
Ketiga, Islam dan
pembentukan karakter. Melalui poin ini, beliau mencoba menganalisis solusi yang
bisa diambil terkait permasalahan pendiskreditan Islam Islam Politik, di
antaranya: memperbaiki kualitas umat Islam(diakui atau tidak, memang saat ini
kualitas umat Islam masih memprihatinkan; baik di ranah politik, pendidikan,
sosial, keagamaan, ekonomi, dan lain sebagainya), pembentukan karakter yang
merujuk pada nilai-nilai Islam(nilai-nilai yang ada tidak mungkin bisa
diejawantahkan dalam kehidupan sosial jika belum memiliki karakter yang baik),
menjadikan al-Qur`an dan Sunnah sebagai rujukan utama dalam merealisasikan visi
misinya(bukan seperti sebagian kalangan yang mengaku beragama Islam bahkan
sebagai intelektual Islam, namun pada realitanya, merobohkan Islam dari dalam).
Kempat,
Marginalisasi Islam politik. Dari gejala sosial yang disebutkan tadi, sangat
nampak bahwa usaha memarginalisasikan Islam politik semakin benar-benar
terealisir. Dengan kondisi yang sedemikian runyam, mau tidak mauh umat Islam
harus segera melakukan evaluasi internal. Paling tidak ada beberapa hal yang
harus dievaluasi, di antaranya: a. Kembali mengkaji dan menelaah sejarah,
sebagai inspirasi penting dalam memacu dinamika umat Islam yang sudah mulai
lesuh; b. Membangun spirit agama. Kemenangan yang terjadi pada peradaban apapun
–menurut beliau- mobilisatornya adalah spirit agama. Dari sejarah Rasulullah
Muhammad shallahu `alaihi wasallam hingga Turki Utsmani, kebangkitan di-
back up oleh spirit agama. Pada kalimat terakhir, beliau menyatakan: “Kembali
kepada ruh dan spirit agama yang ditanamkan kepada pribadi-pribadi dan keluarga
Muslim akan bisa meraih kembali apa yang sudah pernah diraih oleh generasi awal”.
Setelah memaparkan
makalahnya, berlangsunglah diskusi yang hangat. Kemudian, beliau menasihatkan
kembali: pentinganya berdakwah melalui media tulis. Di luar sana mereka dengan
gencar –melalui media tulis- memojokkan dan mendiskreditkan umat Islam. Maka
sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk berjuang dalam bidang tulisan. Beliau
menyebut contoh ulama sekaliber: Imam Nawawi, Imam Ibnu Taimiah, Imam Ibnu
Qayyim, Imam Ibnu Katsir, adalah di antara sekian contoh kecil dari sejarah ulama
Muslim yang memperjuangkan Islam melalui media tulis. Tetapi perlu diingat,
kita sekarang harus membangkitkan kembali spirit agama, memperbaiki kualitas
umat dari berbagai aspeknya, membangun karakter yang baik, menjadikan al-Qur`an
dan Sunnah sembagai sumber nilai yang dimanifestasikan dalam kehidupan sosial.
Pada jam 10. 30 –setelah diskusi- akhirnya acara ditutup oleh Ust. Syamsul.
Mudah-mudahan acara ini bisa menginspirasi dan menjadi tonggak perubahan menuju
yang lebih baik. Wallahu a`lam bi al-Shawab.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !