Home » , » Benarkah A. Hassan Tak Pandai Berpidato?

Benarkah A. Hassan Tak Pandai Berpidato?

Written By Amoe Hirata on Jumat, 14 Oktober 2022 | 15.18

A. Hassan bersama tokoh dan santri Bangil

Sering dalam perjalanan mencari data-data terkait A. Hassan dan Persis dengan tokoh-tokoh seniornya, terbesit pada benak penulis pertanyaan : "Mengapa dokumentasi tertulis mereka lebih mudah didapatkan daripada dokumentasi audio visual berupa ceramah debat dan lain sebagainya?" Terkecuali misalnya Buya Natsir, yang bicaranya masih ada dalam rekaman, bahkan visualnya ada juga di Yotube.

Siapa yang tak kenal dengan A. Hassan, KH. Isa Anshary, Fakhruddin Al-Kahiri misalnya? Untuk literasi tertulis mungkin masih mudah didapatkan, tapi bagaimana dengan rekaman ceramah, pidato, atau bahkan debat mereka yang turut mewarnai sejarah Islam di Indonesia? Sampai saat ini, penulis belum pernah mendengar. Jangankan pidato, suara dan gaya bicara saja tak terjangkau. Padahal, KH. Isa Anshary dikenal sebagai Singa Podium. Namun data tentang suara beliau berupa rekaman, belum didapat setidaknya sampai sekarang.

Bagaimana dengan A. Hassan? Bukankah beliau dikenal dengan retorika dalam debat-debatnya? Apakah ada rekaman tentang perdebatan itu? Jangankan gaya debat dan pidato, rekaman suara beliau sejauh ini belum pernah terdengar. Mungkin kalau ada yang punya bisa berbagi.

Apa dengan demikian, bisa dikatakan A. Hassan tidak ahli berceramah dan pidato? Belum tentu. Ketiadaan rekaman, kaset atau semacamnya tidak lantas menunjukkan keahlian seseorang.

A. Hassan pada Usia Senja

A. Hassan memang dikenal piawai berdebat, tapi untuk menunjukkan kepiawaian beliau dalam berpidato dan beretorika, setidaknya kalau tidak ada rekaman, masih ada sumber-sumber tertulis sebagai penguatnya.

Sejauh yang penulis dapat, ada dua pendapat terkait hal ini. Pertama, yang mengatakan A. Hassan tidak pandai berpidato. Kedua, A. Hassan pandai berpidato dan beretorika.

Alasan Pihak Pertama:

Dalam buku "Zuhal 60 Tahun, Jejak Perjalanan dan Pikirannya" (2002) karya Ramdhan KH, ada data menarik yang menyinggung hal ini. Pada halaman 10, ada sedikit keterangan dari Pak Afandi Ridwan --salah seorang pengurus masjid Salman ITB dan tokoh Persis-- terkait A. Hassan. Dalam buku ini kita mendapat informasi bahwa, penampilan Pak Hassan sama seperti orang tua lainnya, tawadhu sekali cara bicaranya. Beliau tak pandai berpidato, terutama di depan umum. Lebih lanjut dikatakan, "Selama saya mengenal beliau," tutur Pak Afandi, "saya belum pernah melihatnya berpidato di depan umum atau di majelis taklim. Kekuatannya terletak pada tulisannya. Banyak orang, setelah membaca tulisannya, mengatakan bahwa tulisan itu kasar. Tapi jika bertemu dengan Pak Hassan, orang akan terkejut karena ternyata beliau tidak seperti tulisannya." (Selesai Nukilan)

Menurut data ini, jelaslah A. Hassan tidak pandai berpidato di depan umum. Ini kesaksian Pak Afandi. Meski begitu, bukan berarti A. Hassan tidak bisa pidato. Sebab, Pak Afandi hanya menyandarkan pengalaman yang dia lihat sendiri. Belum tentu, dia sepenuhnya tahu apakah A. Hassan memang benar tidak pandai pidato. 

Selain Pak Afandi, ada juga kesaksian Z.A. Ahmad dalam buku "Riwayat Hidup A. Hassan" (1980: 135), beliau mencatat, "A. Hassan adalah lautan ilmu dalam ilmu-ilmu agama. Kemasyhurannya bukanlah didapatnya dari kecakapannya berpidato di atas podium sebagai kebanyakan pemimpin dan ulama kita, tetapi namanya menjadi populer karena tulisan dan perdebatan-perdebatannya. Dia bukan seorang jago pidato." (Selesai Nukilan)


Alasan Pihak Kedua:

Pada waktu penulis berkunjung ke Bangil (30 Juli 2021), tepatnya ke Perpustakaan A. Hassan di depan Pesantren Persis Putri Bangil, dilangsungkan wawancara dengan Ustadz Zul Irfan mengenai A. Hassan dan yang terkait dengan keluarga beliau.

Penulis (tengah)  bersama cicit A. Hassan (berkopiah)

Khusus masalah yang sedang dibahas, yaitu apakah A. Hassan pandai berpidato, berkhutbah dan beretorika, ada data menarik yang Ustadz Zul Irfan dari Ustadz Luthfi Abdullah Ismail (cucu dari A. Hassan).

Barikut transkipannya, "Ketika ustadz Luthfi berumur 5 atau 6 tahun," sekitar tahun 1955-1956, "sering diemong (diasuh) A. Hassan, di letakkan di atas meja dan disuruh (dilatih) berkhutbah (muhadharah)." 

Lebih lanjut Ustadz Zul berkata, "Yang jarang diungkap, A. Hassan itu sebenarnya Singa Podium, tapi keturunannya tidak ada yang Singa podium. A. Hassan pintar berkhutbah, dia singa podium,  pinter berdebat. Kita jarang mendapat berita bahwa A. Hassan itu ahli dalam berkhutbah."

Selain mendapat cerita langsung dari Pak Luthfi, Ustadz Zul juga menunjukkan bukti dari buku karya Tamar Djaja terkait Riwayat A. Hassan. Dikisahkan bahwa, Ustadz Ma'shum itu beberapa kali datang ke Bandung untuk minta belajar diajari cara khutbah. "Ini salah satu bukti bahwa A. Hassan ahli berkhutbah," tandas Ustad Zul Irfan.

*****

Setelah penulis cek langsung di buku "Riwayat Hidup A. Hassan" (1980) karya Tamar Djaja, ditemukan dalam halaman 119. Berikut petikannya, "Kira-kira tahun 1933 Maksum (dari Muhammadiyah Yogyakarta) yang pernah belajar di Lahore dan terpengaruh ajaran Lahore, tetapi kemudian berbalik faham oleh pengaruh Hassan, ingin belajar berpidato/berkhutbah. Oleh Hassan keinginan itu tiada diluluskan, mengingat sifat Maksum yang keras dalam menyatakan pendirian dan melakukan kegiatan." (Selesai Nukilan)

Dari keterangan ini, logikanya, jika A. Hassan, tak pandai berpidato, tidak mungkin Ustadz Ma'shum mau belajar kepada A. Hassan.

*****

Penulis lanjutkan hasil wawancara dengan Ustadz Zul Irfan, "Jadi kalau di kalangan cucunya,  mereka sangat paham  bahwa A. Hassan itu adalah ahli berdebat dan ahli khutbah. Selama ini kan, anggapannya (orang) beliau hanya ahli menulis." Jadi, menurut keterangan ini, berdasarkan cerita langsung dari cucu A. Hassan dan data buku Tamar Djaja, jelaslah bahwa A. Hassan pandai berpidato dan berkhutbah.

Itulah sejauh ini yang penulis dapat terkait bisa tidaknya A. Hassan dalam berpidato. Sumber yang satu berasal dari dua orang yang tahu A. Hassan, cuma tidak intens dan dekat bersama beliau. Sumber kedua, didapat dari orang dekat A. Hassan. Ustadz Luthfi merupakan cucu A. Hassan dari putrinya yang bernama Jamilah. Sedangkan Tamar Djaja adalah murid A. Hassan. (Mahmud Budi Setiawan).

***** 
Tambahan Lampiran Catatan dari Ustadz Zul Irfan dari komentar FB:
Ustadz A. Hassan Pandai Pidato dan Seorang Ahli Orasi..
Berdasarkan :
1. Catatan Tamar Jaya, bahwa Pemuda2 belajar berpidato dari beliau, termasuk Ustadz Maksum yg dahulunya Ahmdiyyah kemudian menjadi Sekretaris Lajnah Hadits Indonesia.
2. Kesaksian Ustadz Luthfie sewaktu kecil melihat tuan Hassan berpidato di Lapangan Putera, seperti acara Tabligh Akbar.
Dan sering mangangkat Ustadz Luthfie di meja dan mengajarinya Pidato, secara Tuan Hassan sampai wafat tinggal di Rumah Ibu Jamilah (ibu dari Ustadz Luthfie).

3. A. Hassan pergi ke Bandung desember akhir 1923, awal 1924 belia sudah diminta untuk tabhligh akbar di Persis, perkenalan dengan KH. Zamzam dan M. Yunus dikenalkan oleh Sahabatnya KH. Faqih Hasyim yg juga tetangga beliau di Surabaya serta Kakak Ipar dari Bibi Wante.
____
Adapun sangkaan masalah beliau tidak pandai pidato karena ada "tulisan" Dalam buku Pak Zuhal , bahwa sewaktu A. Hassan kembali ke Bandung 1948 -1950, selama 2 tahun lebih itu ada Tokoh (Pak Efendi atau siapa? Lupa nama) yg mentaksikan beliau tidak pernah berpidato di masa itu..
Itulah catatan yg menjadi sumber dan menjadi berita besar turun temurun bahwa A. Hassan tidak pandai pidato..

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan