Home » , , » PANDANGAN TUAN A. HASSAN TERKAIT HAJI ABDUL KARIM AMRULLAH (AYAH HAMKA)

PANDANGAN TUAN A. HASSAN TERKAIT HAJI ABDUL KARIM AMRULLAH (AYAH HAMKA)

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 15 Oktober 2022 | 09.58

KEDUA ulama ini, sama-sama dikenal dalam barisan kaum modernis - pembaharu dan berani menghadapi risiko dan juga siap berdebat untuk mempertahakan pendiriannya yang dianggap benar. Meski demikian, keduanya pernah berpolemik.
Pada tulisan saya pada 21 Juli 2019 berjudul "Polemik antara A. Hassan dan Abdul Karim Amrullah" dijelaskan bahwa --berdasarkan tulisan Hamka-- keduanya pernah berpolemik mengenai kewajiban wanita mengikuti shalat id.
Bagi Haji Rasul, perempuan tidak boleh turut pergi shalat id ke tanah lapang. Untuk memperkuat pendapatnya, beliau menulis risalah "Al-Mishbah". Sedangkan A. Hassan membantahnya dalam majalah Al-Lisan dengan panjang lebar.
Saat di Sukabumi, H. Abdul Karim Amrullah membantah A. Hassan dengan menulis risalah berjudul "Al-Ihsan". Gayung pun bersambut. Bantahan ilmiah dibalas dengan ilmiah juga. Sayang kata Hamka buku anggitan ayahnya itu hilang.
Dari buku "Labirin Ideologi Muslim" (2001: 136) Howard Federspiel terdapat data juga yang menunjukkan bahwa A. Hassan pernah menantang (debat) H. Abdul Karim Amrullah mengenai fatwanya tentang pakaian perempuan yang dinilai A. Hassan cacat karena kesimpulannya ditarik dari sumber-sumber yang tidak otoritatif.
*****
Meski pernah berpolemik, bukan berarti beliau berdua bermusuhan dan kehilangan obyektivitas dalam menilai seorang ulama. Setidaknya, data berikut bisa menjadi bukti.
Agus Hakim --salah satu murid H. Abdul Karim Amrullah-- pernah menulis kisah menarik dalam Panjimas No. 260 (1978) mengenai pandangan A. Hassan terkait H. Abdul Karim Amrullah. Simak kisahnya berikut:
*****
Ketika kami bersama-sama dengan sahabat tercinta Almahrum K.H. Muhammad Isa Anshary dan saudara H.M. Rusyad Nurdin pengasuh majalah "Aliran Islam" di Bandung, dalam tahun lima puluhan, pada suatu hari dalam percakapan, penulis bertanya kepada saudara Isa Anshary: "Bagaimana pandangan Tuan A. Hassan tentang Almarhum Dr. H.A. Karim Amrullah?"
Saya bertanya, karena Tuan A. Hassan juga seorang ulama dan pejuang yang tegas dalam sikapnya; saudara Isa Anshary di antara orang-orang yang dekat dengan Tuan A. Hassan.
Isa Anshary menjawab, "Tentang Inyik Dr. H.A.K. Amrullah ini Tuan A. Hassan pernah berkata, 'Jika dipandang dari segi ke'alimannya, banyak juga orang yang'alim', tetapi satu keistimewaannya, yaitu: keberaniannya dan semangat jihadnya, ia berani menyatakan yang haq walaupun dimana'." (Selesai Nukilan)
*****
CATATAN TAMBAHAN: Keberanian H. Abdul Karim Amrullah memang tidak diragukan. Agus Hakim sendiri pernah menyaksikan pada zaman Belanda, ketika membersamai beliau saat dakwah, ada seorang opsir Belanda yang menggebrak meja dan ingin pembaca Al-Qur`an turun karena membaca ayat tentang orang kafir. Rupanya, ayah Buya Hamka ini juga turut menggebrak meja dan menyuruh opsir itu menunggu sampai bacaan selesai.
Dalam buku Buya Hamka berjudul "Ayahku ; Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera" (1982: 219-221) disebutkan problem Sei Kerei yang dihadapi oleh para ulama.
Sei Kerei ini semacam rukun pembuka rapat di mana orang harus menundukkan kepala menghadap ke Istana Diraja Tenno Heika di Timur Laut. Para ulama disuruh melakukan sumpah setia dan taat kepada Dai Nippon Tenno Haika.
Umumnya para ulama jelas menentang. Hanya saja, ada yang berani melakukan terang-terangan. Namun kebanyakan tetap menuruti perintah Jepang dengan hati menggerutu tentunya, alias terpaksa, tanpa meyakini kebenarannya.
Di antara ulama yang lantang dan berani menentang praktik ini adalah ayah Buya Hamka: Syekh Abdul Karim Amrullah.
*****
Dari pandangan A. Hassan kita bisa melihat obyektivitas dan ke-inshafan beliau dalam menilai ulama. Meski pernah berpolemik, bukan berarti tidak adil dalam menilainya. Ibaratnya, emas akan tetap bernilai meski emas di atasnya ada ternoda tanah atau lumpur. Meminjam istilah Almarhum Anwar Harjono --sebagaimana ditulis oleh Bapak Lukman Hakiem dalam buku "Utang Republik pada Islam" (2021: 97)-- : "Lawan pendapat adalah kawan berpikir." Begitu para ulama kita menyikapi perbedaan pandangan.
(By: Mahmud Budi Setiawan, 25 Mei 2022)

#LawabPendapatKawanBerpikir 

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan