Home » » PENGHORMATAN SYEKH BIN BAZ TERHADAP BUYA NATSIR

PENGHORMATAN SYEKH BIN BAZ TERHADAP BUYA NATSIR

Written By Amoe Hirata on Rabu, 12 Oktober 2022 | 19.00


Sudah maklum bahwa Buya Natsir sangat tenar namanya di luar negeri; utamanya di Timur Tengah.

Dalam buku "Mohammad Natsir Pemandu Ummat: Pesan dan Kesan Tasyakkur 80 Tahun Mohammad Natsir" (1989: 56), Buya Hamka sendiri mengakui bahwa ketika bertemu ulama di luar negeri, yang ditanya bukan Hamka, tapi Natsir.
Afif Amrullah waktu mewakili Panjimas dalam acara seminar internasional di Colombo, Sri Lanka, yang ditanya Menteri Wakaf dan Agama Kuwait, Syekh Yusuf Rifa'ie dan para wartawan adalah Natsir. Mereka bertanya, "Aina duktur Natsir?" (Di mana doktor Natsir?).
Hal senada juga diceritakan oleh Dr. Ir. Imaduddin Abdurrahim. Ketika beliau bekerja di Cornell 1966, saat dijamu di rumah Echols. Dalam acara makan-makan itu ia berkata, "Kalian punya tokoh antara lain yang saya kagumi Mohammad Natsir. Coba mulai sekarang tulis tentang dia itu." Kemudian, setalah itu Bung Imad mencoba lebih dalam lagi mempelajari sosok Natsir yang dikagumi hingga oleh orang Amerika.

Tahun 1971 Imad diorbitkan Natsir. Ia disuruh mewakili Natsir dalam acara IIFSO Conference mewakili PERSAMI.
Tak hanya itu, ia juga diamanahi bertemu sahabat-sahabat Natsir seperti Amin Al-Husaini, Abul A'la Al-Maududi dan lain-lain.
Kesan yang ia rasakan saat di luar negeri adalah betapa besar penghargaan orang terhadap Buya Natsir ; sementara sering kali di negeri sendiri kurang dihargai bahkan termarjinalkan.
Satu contoh pengalaman yang akan dijelaskan secara singkat mengenai penghormatan orang di luar negeri kepada Natsir adalah saat Imaduddin berada di Riyadh tahun 1967.
Waktu itu, saat Syekh Bin Baz tahu bahwa Imad adalah orang dekat Natsir, maka segeralah ia diundang. Ia mendapatkan perlakuan istimewa, hampir saja beliau memeluk Bung Imad karena begitu gembiranya.
Kata Syekh, "Saya merasa berdosa kalau Anda tidak makan dengan saya." Bahkan, ketika Imad mengabarkan bahwa akan pulang malam, maka Syekh minta agar Imad mengudurkannya.
Syekh Bin Baz berkomentar, "Bagaimana malunya saya dengan Natsir kalau tidak makan dengan Anda." Akhirnya, Bung Imad nambah satu malam di sana. (Baca: Pemikiran dan Perjuangan Mohammad Natsir, 1996: 147-150)
*****
Ini adalah gambaran kecil betapa Dr. Mohammad Natsir begitu dihormati di luar negeri. Maka sudah keawajiban generasi muda untuk menapaktilasi jejak beliau dan menghargai beliau dengan membaca karya-karyanya, melanjutkan cita-cita luhurnya dan tetap berkontribusi untuk agama, bangsa dan negara.
(Mahmud Budi Setiawan, 29 September 2021)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan