Home » » Pengalaman Mengantar Istri untuk USG Fetomaternal

Pengalaman Mengantar Istri untuk USG Fetomaternal

Written By Amoe Hirata on Kamis, 13 Oktober 2022 | 08.39

Kisah ini berangkat dari pengalaman mengantar istri ke RS. Soetomo, Instalasi Rawat Jalan, Gedung E, bagian Poli Obsgyn (Obgyn). 

Tidak ada gambaran sama sekali sebelumnya untuk dirujuk ke RS. Kelas A ini. Hanya saja, saat periksa kehamilan ke RS. Anwar Medika, Sidoarjo, tampaknya --setelah pemeriksaan USG-- ada masalah di kandungan istri. Katanya, ari-ari menutup jalan lahir untuk oprasi. Katanya, ada potensi menempel ke pembuluh darah. 

Akhirnya, disarankan oleh dokter Wisnu --salah satu dokter kandungan di RS. Anwar Medika--  untuk periksa lebih lanjut ke RS. Dr. Soetomo, Surabaya. 

"Wah, bakal ribet nih. Jauh dari rumah, harus antri BPJS, perlu cari tahu alamat, dan bla-bla. Apalagi kalau nanti harus bolak-balik, " gumamku dalam batin. 

Bismillah. Suka atau tidak suka harus dijalani, mending dilakukan dengan suka cita. 

Aku awali dengan pencarian alamat. Bapak maubantuku. Dicarikan jalan yang jarang macet dan minim operasi zebra polisi. Al-hamdulillah satu masalah sudah kelar, walau awalnya untuk mencari gedung termaksud (khusus kandungan) harus muter-muter, tanya sana sini. 

Tiba di hari H, kami masi newbie. Meraba-raba, awalnya dr. Wisnu membuat rujukan tanpa menggunakan jasa BPJS, karena menurutnya USG khusus ini, tidak dijamin BPJS. 

Rupanya salah besar. Saat tiba di RS, ternyata USG (namanya USG Fetomaternal) ditanggung BPJS. Bahkan mereka menyarankan untuk memakainya saat nanti kontrol atau periksa kembali. 

Pengalaman pertama, karena bayar, tidak terlalu antri. Hanya saja, yang lama saat USG. Syaratnya harus minum air banyak, dan nahan kencing. Untuk hal ini, aku kasihan melihat istri, yang berulang-ulang gagal periksa gara-gara kurang minum, padahal sudah beberapa botol air diminumnya. 

Periksa pertama ini cukup memakan waktu lama. Selain registrasi pasien baru, juga menunggu USG baru usai sampai jam 14.30, padahal masih belum periksa darah. 

Setelah itu, dua minggu kemudian baru periksa lagi. Kali ini pakai BPJS. Rupanya antriannya bejibun. Istri dapat nomer 300-san lebih. Katanya, untuk antri ada yg datang sebelum subuh. Sementara kami baru sampai jam 07.00 pagi. Untungnya, ada yang menawarkan menjual nomer antrian, sehingga istri dapat antrian yang lumayan lebih cepat dark seharus ya. 

Dua minggu selanjutnya, seorang dengan pengalaman, proses antrian lebih cepat. Bahkan, ada yang memberikan nomer antrian secara cuma-cuma karena tak jadi periksa. Kali ini, bisa menyempatkan periksa darah. Semua berjalan lancar meski pulangnya masih menjelang Ashar, karena ada banyak yg harus diperiksa termasuk gizi. 

Sedangkan periksa untuk hari ini (Kamis, 3/10/2022) semakin lebih mudah. Antrian BPJS yang seharusnya nomer 200-lebih, akhirnya tak harus menunggu lama sebab ada yg memberi nomer antrian nomer 40-an, karena tidak jadi periksa. Istri juga semakin tahu pola antri dan segenap prosesnya.  Kamipun bisa menjalaninya dengan cukup lega, tidak seperti yang dikhawatirkan sebelumnya. Namun, untuk urusan USG, sama saja. Berulang-ulang dan lama. Antrian dapat nomer dua pun, akhirnya pulang sampai Ashar baru selesai. Wallaahul-Musta'aan.

Kuncinya memang jalani saja dulu. Harus berani mencoba. Masalah hasil, biar urusan Allah. Yang jelas perlu mencoba. Sebab experience is the best teacher. Kalau takut mencoba, akhirnya kita berkutat pada rasa takut yang berlebihan, sehingga merugikan diri sendiri. Intinya berani mencoba saja, mungkin ada kegagalan, namun berbuah pengalaman. Pengalaman inilah --atas izin Allah-- membuat harapan semakin menjadi kenyataan. 

(MB. Setiawan, Surabaya, 13 Oktober 2022) 

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan