“Kenapa kalian males belajar sejarah?”, Ada yang menjawab: “Begini, di samping sangat menjemukan, selama ini pelajaran yang disampaikan hanya sebatas doktrinal formal, yang ada hanya pengungkapan peristiwa masa lalu, sejarah malah menjadi momok menakutakan, setiap kali mendengar kata “sejarah” yang terlintas pada pikiran hanya kumpulan nama-nama orang dan sederetan tanggal yang berjejer panjang”.
Pernyataan di atas barangkali sudah tidak asing di telinga kita. Namun, benarkah sejarah itu sedemikian menakutkan sehingga tak relevan lagi untuk dipelajari; sebegitu mengerikan sehingga tak layak lagi untuk dikaji. Apa ada pihak tertentu yang sengaja mencitrakan sejarah sedemikian rupa sehingga kesan yang ada hanya negatif melulu; bahkan mungkin mengeksploitir nilai-nilai positifnya untuk kepentingan pihak/individu tertentu.
Pernyataan di atas ada benarnya jika selama ini sejarah hanya dijadikan rekaman peristiwa masa silam; hanya di jadikan barang keramat yang tidak ada relevansinya dengan kehidupan kontemporer. Karena itu, tidaklah mengherankan jika mendengar saja orang akan malas dan tidak tertarik sama sekali. Padahal subtansi belajar sejarah ialah mengambil pelajaran di dalamnya; memprediksi masa depan; mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan buruk dari peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau. Lalu apa signifikansi pernyataan "sejarah kembali terulang", "kejadian semalam sama persis dengan kejadian hari ini" kalau sejarah tidak begitu penting dan sangat remeh. Jangan-jangan ada yang salah dalam metodologi pengajaranya, atau sebaliknya pihak yang diajari sudah antipati dan men-talak bain sejarah sehingga tak bisa kembali lagi.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !