Home » » Kesetaraan Gender Berujung Kesengsaraan Gender

Kesetaraan Gender Berujung Kesengsaraan Gender

Written By Amoe Hirata on Kamis, 27 November 2014 | 10.36

            Ide kesetaraan gender yang diimpor dari Barat, semakin hari mengalami perkembangan pesat, khususnya di negara Islam. Ide ini bisa sedemikian cepat berkembang karena didukung oleh media massa yang begitu canggih, kajian-kajian seputarnya yang begitu intensif, hingga pembentukan-pembentukan instansi yang secara khusus sebagai wadah gerakan.
            Gerakan ini sudah masuk pada ranah perkulian, bahkan secara politis diperjuangkan dalam undang-undang negara. Yang ironis ialah ketika sampai pada ranah studi Islam. Melalui cendekiawan Muslim yang sudah terkontaminasi dengan pemikiran kesetaraan gender, akhirnya ide ini tidak bisa dibendung lagi penyebarannya. Banyak buku bermunculan untuk menguatkan ide ini.
            Kajian-kajian keislaman mengenai hubungan pria wanita, dikaji berdasarkan basis teori kesetaraan gender. Padahal Islam telah memiliki konstruk bangunan keilmuan tersendiri. Islam tidak mengenal kesetaraan wanita dan pria dalam segala bidang, Islam mengenal konsep keserasian. Masing-masing dari pria dan wanita, memiliki peranannya tersendiri. Sehingga usaha untuk mewujudkan kesetaraan gender pada segenap sisi adalah usaha yang sangat destruktif.
            Paling tidak ada beberapa alasan yang perlu dikritisi dari ide kesetaraan gender. Pertama, secara historis, ide ini lahir dari feminis Barat yang berusaha mengatasi problem hubungan wanita-pria dan agama.  Namun sampai sekarang, masih gagal mewujudkan kesetaraan. Kedua, anehnya, sudah tahu gagal, ide ini dikembangbiakkan di negara-negara yang notabene berkembang, termasuk Islam. Ketiga, produk gagal ini jelas akan merusak tatanan sosial masyarakat terkait hubungan pria-wanita, bahkan ajaran agama.
            Coba kita buktikan dalam kehidupan nyata. Dari segi fisik, wanita dan pria sudah berbeda, jadi usaha untuk menyetarakannya adalah tindakan yang absurd dan konyol. Dalam dunia hewan saja, yang tidak memiliki akal, mereka tahu persis peran dan fungsinya, mana yang jantan dan mana yang betina. Karena mereka diciptakan memiliki peran masing-masing. Belum lagi kenyataan secara psikologis, yang menunjukkan bahwa wanita terlalu menitikberatkan perasaan daripada akal budi dalam menghadapi masalah, itu semua semakin membuktikan bahwa penyetaraan sejatinya penyengsaraan.

            Islam datang sebagai agama yang menghargai hak-hak wanita. Bukan berarti, menyamakan fungsi antara pria dan wanita. Mereka diperlakukan sama di hadapan Allah, karena yang paling mulia adalah yang paling takwa, tapi keduanya memiliki peran dan tugas masing-masing yang saling melengkapi. Nabi sendiri –dalam sejarahnya- telah memberikan contoh terbaik terkait hubungan pria-wanita. Mereka diberi hak waris, pendidikan, berpendapat, berdagang dan lain sebagainya namun mereka tidak pernah melupakan peran mulianya, yaitu sebagai seorang ibu. Jika kesetaraan gender tetap diperjuangkan, maka akan berujung pada kesengsaraan. 
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan