Ide
kesetaraan gender yang diimpor dari Barat, semakin hari mengalami perkembangan
pesat, khususnya di negara Islam. Ide ini bisa sedemikian cepat berkembang
karena didukung oleh media massa yang begitu canggih, kajian-kajian seputarnya
yang begitu intensif, hingga pembentukan-pembentukan instansi yang secara
khusus sebagai wadah gerakan.
Gerakan
ini sudah masuk pada ranah perkulian, bahkan secara politis diperjuangkan dalam
undang-undang negara. Yang ironis ialah ketika sampai pada ranah studi Islam.
Melalui cendekiawan Muslim yang sudah terkontaminasi dengan pemikiran
kesetaraan gender, akhirnya ide ini tidak bisa dibendung lagi penyebarannya.
Banyak buku bermunculan untuk menguatkan ide ini.
Kajian-kajian
keislaman mengenai hubungan pria wanita, dikaji berdasarkan basis teori
kesetaraan gender. Padahal Islam telah memiliki konstruk bangunan keilmuan
tersendiri. Islam tidak mengenal kesetaraan wanita dan pria dalam segala
bidang, Islam mengenal konsep keserasian. Masing-masing dari pria dan wanita,
memiliki peranannya tersendiri. Sehingga usaha untuk mewujudkan kesetaraan
gender pada segenap sisi adalah usaha yang sangat destruktif.
Paling
tidak ada beberapa alasan yang perlu dikritisi dari ide kesetaraan gender.
Pertama, secara historis, ide ini lahir dari feminis Barat yang berusaha
mengatasi problem hubungan wanita-pria dan agama. Namun sampai sekarang, masih gagal mewujudkan
kesetaraan. Kedua, anehnya, sudah tahu gagal, ide ini dikembangbiakkan
di negara-negara yang notabene berkembang, termasuk Islam. Ketiga,
produk gagal ini jelas akan merusak tatanan sosial masyarakat terkait hubungan
pria-wanita, bahkan ajaran agama.
Coba
kita buktikan dalam kehidupan nyata. Dari segi fisik, wanita dan pria sudah
berbeda, jadi usaha untuk menyetarakannya adalah tindakan yang absurd
dan konyol. Dalam dunia hewan saja, yang tidak memiliki akal, mereka tahu
persis peran dan fungsinya, mana yang jantan dan mana yang betina. Karena
mereka diciptakan memiliki peran masing-masing. Belum lagi kenyataan secara
psikologis, yang menunjukkan bahwa wanita terlalu menitikberatkan perasaan
daripada akal budi dalam menghadapi masalah, itu semua semakin membuktikan
bahwa penyetaraan sejatinya penyengsaraan.
Islam
datang sebagai agama yang menghargai hak-hak wanita. Bukan berarti, menyamakan
fungsi antara pria dan wanita. Mereka diperlakukan sama di hadapan Allah,
karena yang paling mulia adalah yang paling takwa, tapi keduanya memiliki peran
dan tugas masing-masing yang saling melengkapi. Nabi sendiri –dalam sejarahnya-
telah memberikan contoh terbaik terkait hubungan pria-wanita. Mereka diberi hak
waris, pendidikan, berpendapat, berdagang dan lain sebagainya namun mereka
tidak pernah melupakan peran mulianya, yaitu sebagai seorang ibu. Jika
kesetaraan gender tetap diperjuangkan, maka akan berujung pada kesengsaraan.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !