Home » » Nenek Penjual Rengginang

Nenek Penjual Rengginang

Written By Amoe Hirata on Rabu, 26 November 2014 | 00.17

            Di saat asyik menikmati sedukan kopi bersama teman, datanglah nenek yang sedang menjual beberapa makanan termasuk di dalamnya ada rengginang. Ia menawarkan beberapa dagangannya kepada kami. Hati ini tak tega jika membiarkannya pergi. Akhirnya kami membeli satu sampai dua dari dagangannya itu. Yang tidak habis pikir ialah: nenek setua itu berjual malam-malam sendirian dengan bawaan yang lumayan berat. Di mana suaminya, di mana anak-anaknya?. Betapa teganya keluarganya yang membiarkannya berjualan di tengah malam. Beberapa saat kami sempat diliputi rasa iba dan kasihan. Tapi aku tidak mau hanya berhenti sampai di situ. Aku teringat kata-kata Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya yang berjudul ‘Bumi Manusia’ bahwa kasihan adalah tanda kelemahan. Karena itulah aku mencoba memaknainya. Barangkali ini adalah satu pelajaran dari Allah untuk diambil pelajaran. Sederhananya: “Nenek yang begitu tua itu begitu semangat dalam menjalani kehidupan, lalu bagaimana dengan kamu yang sering bermalas-malasan. Jadikanlah nenek itu sebagai cermin dalam mengarungi kehidupan. Hidup itu bukan seberapa panjang, tapi seberapa berjuang. Hidup itu bukan seberapa lama, tapi seberapa bermakna. Tidak ada lagi alasan untuk berleha-leha, karena semu akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya”.
Share this article :

2 komentar:

  1. Masya Allah, walaupun tubuh sudah renta, tapi semangat dalam mencari nafkah masih membara....! mudah-mudahan semangat nenek itu menjadi pelajaran berharga untuk terus semangat, terutama semangat dalam menuntuk ilmu.

    BalasHapus
  2. benar sekali ucapan saudara, apa tidak malu kita dengan semangatnya yang begitu luar biasa, padahal usia sudah senja ....

    BalasHapus

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan