Di
saat asyik menikmati sedukan kopi bersama teman, datanglah nenek yang sedang menjual
beberapa makanan termasuk di dalamnya ada rengginang. Ia menawarkan beberapa
dagangannya kepada kami. Hati ini tak tega jika membiarkannya pergi. Akhirnya
kami membeli satu sampai dua dari dagangannya itu. Yang tidak habis pikir
ialah: nenek setua itu berjual malam-malam sendirian dengan bawaan yang lumayan
berat. Di mana suaminya, di mana anak-anaknya?. Betapa teganya keluarganya yang
membiarkannya berjualan di tengah malam. Beberapa saat kami sempat diliputi
rasa iba dan kasihan. Tapi aku tidak mau hanya berhenti sampai di situ. Aku
teringat kata-kata Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya yang berjudul ‘Bumi
Manusia’ bahwa kasihan adalah tanda kelemahan. Karena itulah aku mencoba
memaknainya. Barangkali ini adalah satu pelajaran dari Allah untuk diambil
pelajaran. Sederhananya: “Nenek yang begitu tua itu begitu semangat dalam
menjalani kehidupan, lalu bagaimana dengan kamu yang sering bermalas-malasan. Jadikanlah
nenek itu sebagai cermin dalam mengarungi kehidupan. Hidup itu bukan seberapa
panjang, tapi seberapa berjuang. Hidup itu bukan seberapa lama, tapi seberapa
bermakna. Tidak ada lagi alasan untuk berleha-leha, karena semu akan
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya”.
Masya Allah, walaupun tubuh sudah renta, tapi semangat dalam mencari nafkah masih membara....! mudah-mudahan semangat nenek itu menjadi pelajaran berharga untuk terus semangat, terutama semangat dalam menuntuk ilmu.
BalasHapusbenar sekali ucapan saudara, apa tidak malu kita dengan semangatnya yang begitu luar biasa, padahal usia sudah senja ....
BalasHapus