Home » » ‘Perjodohan Surga & Neraka’

‘Perjodohan Surga & Neraka’

Written By Amoe Hirata on Jumat, 21 November 2014 | 06.10

            Shubuh-shubuh Sarikhuluk sudah diberondong beberapa pertanyaan oleh warga Sembodo. Ada yang bertanya tentang masalah politik, sosial, agama, ekonomi, sastra, dan urusan lainnya. Tapi yang paling menjadi sorotan sekaligus akan di-share dalam tulisan ini ialah khusus pertanyaan terkait masalah surga dan neraka. Ada warga yang mengaku bernama Paidin bertanya: “Cak, Surga `kan bahasa Arabnya ‘al-Jannah’, sedangkan neraka adalah ‘al-nār’, yang membuatku bingung, kenapa ‘jannah’ dipasangkan dengan ‘nār’?, padahal ‘jannah’ `kan artinya kebun, seharusnya kalau menurut penalaranku pasnya sih lawannya gurun pasir, atau tanah yang tandus. Sedangkan ‘nār’ yang berarti neraka, menurutku lebih lawan dari ‘mā`(air)”.
            Sebelum menjawab pertanyaan Paidin, dalam hati Sarikhuluk sedikit bergumam, ‘lho, lumayan kritis dan unik pemuda ini. Usia masih muda tapi jangkauan analisis pertanyaannya sudah sampai pada taraf yang kebanyakan tidak terpikirkan kebanyakan orang’. “Begini le(nak), sebagaimana kata ‘dunya wa akhirah’ yang dulu pernah aku bahas, kata ‘jannah wa nār’ juga memiliki keunikan tersendiri. Pertama, yang harus dicermati, al-Qur`an adalah bahasa wahyu, maka jangan sekali-kali mengukurnya dengan bandingan bahasa manusia yang sangat terbatas dan sempit. Kedua, kita analisa maknanya. ‘jannah’ kalau dalam bahasa Arab, bisa berarti kebun, taman, atau tempat yang dipenuhi pepohonan rindang sehingga yang berada di dalamnya tidak bisa dilihat sebelum kita memasukinya. Sedangkan ‘nār’ berarti, api”.
            “Adanya ‘jannah wa nār’ menurutku merupakan ‘perjodohan kata’ yang luar biasa. ‘Jannah’ kalau kita baca dalam al-Qur`an menggambarkan sesuatu yang diluar nalar dan pengalaman manusia, namun dibahasakan dengan bahasa yang mungkin dicerna manusia. ‘Jannah’ salah satu artinya ialah ‘satru(menutupi)’, dinamakan demikian karena tidak ada satu pun yang bisa melihatnya kecuali yang membuka dan datang langsung ke dalamnya. Dengan demikian, terlalu dangkal jika kata ‘jannah’ diartikan sebagai, kebun kemudian disandingkan dengan kata gurun atau tanah yang tandus. Gurun atau tanah yang tandus, masih memungkinkan didekati orang dengan beberapa perlengkapan yang ia miliki. Lain halnya dengan ‘nār(api)’, tidak ada yang berani masuk ke dalamnya. Siapa coba yang berani masuk dalam api? `Kan sama saja bunuh diri namanya. Kata kuncinya, ‘jannah’ membuat orang tertarik dan penasaran, sedangkan ‘nār’ membuat orang panik dan ketakutan”.
            “Ketiga,jannah’ merupakan gambaran puncak keindahan yang tidak bisa diwakili oleh kata-kata lain. Arti surga saja sama sekali tidak mewakilinya. Coba kamu perhatikan ayat-ayat yang membicarakan ‘jannah’ dalam al-Qur`an. Surga hanya diibaratkan. Yang namanya ibarat, berarti bukan aslinya, yang asli tidak bisa dijangkau oleh nalar manusia, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi, tidak pernah dilihat, didengar, bahkan terlintas dalam benak manusia. Dalam al-Qur`an –sebagai contoh-, ‘jannah’ digambarkan dengan imaginasi yang luar biasa, diantaranya: ‘surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai’. Kata ‘mengalir di bawahnya sungai-sungai’ adalah kata yang luar biasa. Yang namanya sungai, itu di samping kebun, atau di pinggirnya. Lha kalau sungai dibawahnya, bagaimana manusia bisa menggambarkannya, apalagi pada ayat lain yang menggambarkan ada sungai susu, air jernih, madu, dan arak, malah semakin tidak terjangkau dalam akal manusia”.
            “Begitu juga ‘nār’ adalah gambaran puncak dari sesuatu yang mengerikan. Jangankan untuk dirasakan langsung, dibayangkan saja sudah sangat mengerikan. Sebagai contoh, ‘syajarah zaqqum(pohon Zaqqum)’, yang terdapat penjelasannya dalam surah As-Shaffat: 62-68. Zaqqum diibaratkan seperti kepala setan. Siapa yang pernah melihat wujud setan sebenarnya, padahal di setiap daerah gambaran setan itu berbeda-beda. Apalagi tumbuhnya dari dasar neraka Jahim, semakin misterius saja. Tapi ada satu kesepakatan bahwa, yang namany setan, ialah gambaran yang menakutkan dan mengerikan. Ketika al-Qur`an menggambarkan sesuatu yang mengerikan dengan sesuatu mengerikan yang tidak pernah dijumpai wujudnya, maka ini merupakan puncak dari suatu yang mengerikan. Kengerian yang di luar batas nalar kemanusiaan. Jadi, sangat tepat sekali bila kata ‘jannah’ dipasangkan dengan ‘nār’. Sebagai gambaran sesuatu yang sangat indah dan sangat mengerikan. ‘Jannah’ membuat orang sangat tertari, sedangkan ‘nār’ membuat orang sangat menjauhinya. Oke sementara itu dulu kamu nalar, karena aku masih harus ke sawah, nanti kalau belum jelas, kita diskusi lagi.” Pungkas Sarikhuluk. 
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan