Shubuh-shubuh
Sarikhuluk sudah diberondong beberapa pertanyaan oleh warga Sembodo. Ada yang
bertanya tentang masalah politik, sosial, agama, ekonomi, sastra, dan urusan
lainnya. Tapi yang paling menjadi sorotan sekaligus akan di-share dalam
tulisan ini ialah khusus pertanyaan terkait masalah surga dan neraka. Ada warga
yang mengaku bernama Paidin bertanya: “Cak, Surga `kan bahasa Arabnya ‘al-Jannah’,
sedangkan neraka adalah ‘al-nār’,
yang membuatku bingung, kenapa ‘jannah’ dipasangkan dengan ‘nār’?, padahal ‘jannah’ `kan artinya
kebun, seharusnya kalau menurut penalaranku pasnya sih lawannya gurun
pasir, atau tanah yang tandus. Sedangkan ‘nār’ yang berarti neraka, menurutku lebih lawan
dari ‘mā`(air)”.
Sebelum
menjawab pertanyaan Paidin, dalam hati Sarikhuluk sedikit bergumam, ‘lho,
lumayan kritis dan unik pemuda ini. Usia masih muda tapi jangkauan analisis
pertanyaannya sudah sampai pada taraf yang kebanyakan tidak terpikirkan
kebanyakan orang’. “Begini le(nak), sebagaimana kata ‘dunya wa
akhirah’ yang dulu pernah aku bahas, kata ‘jannah wa nār’ juga memiliki keunikan tersendiri. Pertama,
yang harus dicermati, al-Qur`an adalah bahasa wahyu, maka jangan sekali-kali
mengukurnya dengan bandingan bahasa manusia yang sangat terbatas dan sempit. Kedua,
kita analisa maknanya. ‘jannah’ kalau dalam bahasa Arab, bisa
berarti kebun, taman, atau tempat yang dipenuhi pepohonan rindang sehingga yang
berada di dalamnya tidak bisa dilihat sebelum kita memasukinya. Sedangkan ‘nār’ berarti, api”.
“Adanya
‘jannah wa nār’
menurutku merupakan ‘perjodohan kata’ yang luar biasa. ‘Jannah’ kalau
kita baca dalam al-Qur`an menggambarkan sesuatu yang diluar nalar dan
pengalaman manusia, namun dibahasakan dengan bahasa yang mungkin dicerna
manusia. ‘Jannah’ salah satu artinya ialah ‘satru(menutupi)’,
dinamakan demikian karena tidak ada satu pun yang bisa melihatnya kecuali yang
membuka dan datang langsung ke dalamnya. Dengan demikian, terlalu dangkal jika
kata ‘jannah’ diartikan sebagai, kebun kemudian disandingkan dengan kata
gurun atau tanah yang tandus. Gurun atau tanah yang tandus, masih memungkinkan
didekati orang dengan beberapa perlengkapan yang ia miliki. Lain halnya dengan ‘nār(api)’, tidak ada yang berani masuk ke
dalamnya. Siapa coba yang berani masuk dalam api? `Kan sama saja bunuh diri
namanya. Kata kuncinya, ‘jannah’ membuat orang tertarik dan penasaran,
sedangkan ‘nār’
membuat orang panik dan ketakutan”.
“Ketiga,
‘jannah’ merupakan gambaran puncak keindahan yang tidak bisa diwakili
oleh kata-kata lain. Arti surga saja sama sekali tidak mewakilinya. Coba kamu
perhatikan ayat-ayat yang membicarakan ‘jannah’ dalam al-Qur`an. Surga
hanya diibaratkan. Yang namanya ibarat, berarti bukan aslinya, yang asli tidak
bisa dijangkau oleh nalar manusia, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi,
tidak pernah dilihat, didengar, bahkan terlintas dalam benak manusia. Dalam
al-Qur`an –sebagai contoh-, ‘jannah’ digambarkan dengan imaginasi yang
luar biasa, diantaranya: ‘surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai’.
Kata ‘mengalir di bawahnya sungai-sungai’ adalah kata yang luar biasa. Yang
namanya sungai, itu di samping kebun, atau di pinggirnya. Lha kalau
sungai dibawahnya, bagaimana manusia bisa menggambarkannya, apalagi pada ayat
lain yang menggambarkan ada sungai susu, air jernih, madu, dan arak, malah
semakin tidak terjangkau dalam akal manusia”.
“Begitu
juga ‘nār’
adalah gambaran puncak dari sesuatu yang mengerikan. Jangankan untuk dirasakan
langsung, dibayangkan saja sudah sangat mengerikan. Sebagai contoh, ‘syajarah
zaqqum(pohon Zaqqum)’, yang terdapat penjelasannya dalam surah As-Shaffat:
62-68. Zaqqum diibaratkan seperti kepala setan. Siapa yang pernah melihat wujud
setan sebenarnya, padahal di setiap daerah gambaran setan itu berbeda-beda.
Apalagi tumbuhnya dari dasar neraka Jahim, semakin misterius saja. Tapi ada
satu kesepakatan bahwa, yang namany setan, ialah gambaran yang menakutkan dan
mengerikan. Ketika al-Qur`an menggambarkan sesuatu yang mengerikan dengan
sesuatu mengerikan yang tidak pernah dijumpai wujudnya, maka ini merupakan
puncak dari suatu yang mengerikan. Kengerian yang di luar batas nalar
kemanusiaan. Jadi, sangat tepat sekali bila kata ‘jannah’ dipasangkan
dengan ‘nār’.
Sebagai gambaran sesuatu yang sangat indah dan sangat mengerikan. ‘Jannah’
membuat orang sangat tertari, sedangkan ‘nār’ membuat orang sangat menjauhinya. Oke
sementara itu dulu kamu nalar, karena aku masih harus ke sawah, nanti kalau
belum jelas, kita diskusi lagi.” Pungkas Sarikhuluk.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !