Home » » Menggali Ide dengan “Menggila”

Menggali Ide dengan “Menggila”

Written By Amoe Hirata on Kamis, 20 November 2014 | 16.02


            Suatu ketika Sarikhuluk ditanya oleh salah satu sahabatnya yang bernama Paijo: “Luk, gimana caranya menggali ide? Aku beberapa bulan ini latihan nulis dan lumaya bisa. Tapi setiap kali aku mulai menulis, selalu tersendat dan terasa kehabisan ide. Jadi bagaimana menurut kamu. Kamu `kan jago menulis, bahkan dulu sempat menjadi editor?”. Dengan santainya Sarikhuluk menjawab: “Kalau kamu mau menggali, maka kamu harus menggila”. “Lho kok begitu? Aku ini serius bertanya, malah disuruh jadi gila. Piye toh kamu itu Luk?” tanya Paijo keheranan. “Maksudku, ‘menggila’ itu bukan gila dalam artian negatif Jo. ‘Gila’ di sini bermakna mencari sesuatu dengan cara yang tidak seperti kebanyakan orang”.
            “Sebenarnya, yang namanya ide itu selalu mengalir dalam otak kita. Selama kita mau membuka mata, melihat fenomena, mengaktifkan hati dan akal pikiran. Kamu harus memandang realitas dengan angle yang berbeda dari orang lain. Kalau kebanyakan orang melihat sesuatu itu dengan cara linier, kamu harus dengan cara sklikal. Aku kasih contoh sederhana, misalkan kamu sedang buang air ke WC, dalam proses pembuangan itu kamu `kan bisa melihat berbagai barang di dalam WC. Ambil saja misalkan model WC-nya. Dari model WC saja, kamu bisa mendapatkan ide yang beraneka ragam. Kamu bisa membandingkannya dengan model WC ala Barat.  Bisa terkait dengan efisiensi, kenyamanan, ketuntasan, kebersihan dan lain sebagainya”.
            “Berarti menggali ide itu ga harus mencari sesuatu yang istimewa ya Luk?”. “Lho iya Jo, yang membuat sesuatu istimewa itu bukan sekadar terletak pada objek sesuatunya. Meski sederhana, kalau kita mampu mengupasnya dengan cara luar biasa dan proporsional, maka sesuatu yang sederhana itu akan menjadi luar biasa. Makanya, untuk menggali ide, kamu harus memperbaiki persepsimu terlebih dahulu apa yang dimaksud, ‘ide’. Ingat! Ide itu segala hal yang kamu lihat, rasa, cium, sentuh, dan pikirkan. Yang menjadi prioritas utama ialah cara mengolah ide, ini terkait dengan –meminjam istilah Kiai Mbeling- sudut pandang, cara pandang dan jarak pandang. Semakin kaya sudut pandangmu, maka semakin lihai kamu dalam mengolah ide. Kalau kamu sudah terbiasa seperti itu, kamu akan mempunyai cara pandang yang kaya. Tapi ingat dalam memandang setiap ide, kamu harus menemukan jarak pandang yang tepat, biar mampu mengolah ide dengan setepat-tepatnya”.
            “Aku kok tambah bingung ya dengan penjelasanmu?”. “Lho, kalau kamu bingung, berarti bagus. Kebingungan adalah langkah pertama dalam menggali ide. Orang yang hidupnya ga pernah merasa bingung, maka hidupnya akan statis. Dengan kamu merasa bingung, berarti kamu nanti akan mencari penjelasannya. Nah, dalam rangka mencari penjelasan itu kamu akan menemukan banyak ide. Ingat Jo, yang menjadikan penulis itu menarik, yang utama bukan sekadar dia bisa menulis dengan berbagai kaidahnya. Yang menjadikannya menarik ialah cara penulis memandang dan menyajikan ide. Ibarat orang masak, meskipun bahannya sama, kan rasanya bisa beda. Cara mengolah ide inilah, yang membuat penulis menjadi istimewa. Ingat sekali lagi pesanku, ‘kalau kamu mau menggali ide, kamu harus menggila’” pungkas Sarikhuluk sambil nyengir.
Share this article :

6 komentar:

  1. tulisan ini pun tercipta dari ide sederhana, tapi efeknya sangat luar biasa bagi org yg kebingungan seperti saya. Matur suwun Amoe... :)

    BalasHapus
  2. sama-sama ustadz Kali Akbar, antum sangat tawadlu sekali

    BalasHapus
  3. masya Allah tulisan ini Luar biasa,,! penuh dengan inspirasi, ternyata dari kebingungan itu ide muncull,,ya ya ya saya baru ngerti.

    BalasHapus
  4. sebelumnya gimana mas bro LB?

    BalasHapus

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan