Di suatu majlis ilmu seorang ustadz
menyampaikan kata-kata menarik: “Kalau pun harus membunuh orang kafir maka
bunuhlah dengan cinta”. Seisi majlis jelas merasa heran dengan kata-kata
tersebut. Ada yang memahaminya secara dzahir, ada juga yang memahaminya secara
majazi. Yang paham dzahir mempersoalkan kata ‘membunuh’, bagaimanapun membunuh
`kan salah satu bentuk kekerasan, bukankah antara cinta dengan kekerasan
bertentangan?. Yang paham majazi masih sekadar menebak tapi belum bisa
menjelaskannya. Akhirnya ustadz pun menjawab:
“Kalimat tersebut bisa dimaknai secara dzahir sekaligus majazi. Secara
dzahir berarti ketika kita terdesak perang dengan orang kafir, maka ketika harus
membunuh maka bunuhlah dengan cinta. Maksudnya bunuh dengan cepat tanpa
menyiksa atau memutilasinya. Apa yang kita lakukan itu sebagai wujud rasa cinta
kita padanya agar siksanya di akhirat diringankan. Antara kekerasan dan cinta
terkadang tidak bertentangan. Contohnya kadang-kadang `kan perlu seorang ayah
bertindak keras pada anaknya yang nakal sebagai wujud kecintaannya agar tidak
terjerumus pada jalan yang salah. Adapun yang dimaksud dengan makna majazi
ialah persis seperti yang dilakukan Rasulullah s.a.w. Ketika ada orang-orang
kafir Qurays mau membunuh citranya dengan mengejek, menyakiti, bahkan membunuh,
beliau sama sekali tak membalas dan membenci. Beliau malah memperlakukan dan
membalas mereka dengan cinta. Salah satu contoh menarik ialah ketika ada orang
kafir yang kerjaannya suka membuang kotoran di depan rumah Nabi. Suatu saat
orang ini sakit, Nabi bukan mensyukurkannya tapi malah menjenguknya. Akhlak
Nabi yang mulia diliputi cinta ini pada akhirnya membunuh kebencian orang kafir
ini sehingga mengantarkannya pada Islam. Kebencian dan kekerasan hatinya luluh
dengan samudera cinta Nabi”.
Oase:
Asas dakwah ialah cinta. Kalaupun dalam perjalanan dakwah kita dihadapkan dalam
posisi harus membunuh, maka membunuh pun –baik dalam pengertian dzahir maupun
batin-tidak boleh dengan kebencian. Bunuhlah ia dengan cinta agar meringankan
siksanya(jika bermakna dzahir). Bunuhlah ia dengan cinta agar kebenciannya mati
dan berubah menjadi cinta(jika bermakna majazi). Intinya, keduanya tak bisa
dilepaskan dari CINTA.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !