Home » » 'Membunuh dengan Cinta'

'Membunuh dengan Cinta'

Written By Amoe Hirata on Rabu, 26 November 2014 | 06.35

            Di suatu majlis ilmu seorang ustadz menyampaikan kata-kata menarik: “Kalau pun harus membunuh orang kafir maka bunuhlah dengan cinta”. Seisi majlis jelas merasa heran dengan kata-kata tersebut. Ada yang memahaminya secara dzahir, ada juga yang memahaminya secara majazi. Yang paham dzahir mempersoalkan kata ‘membunuh’, bagaimanapun membunuh `kan salah satu bentuk kekerasan, bukankah antara cinta dengan kekerasan bertentangan?. Yang paham majazi masih sekadar menebak tapi belum bisa menjelaskannya. Akhirnya ustadz pun menjawab:

Kalimat tersebut bisa dimaknai secara dzahir sekaligus majazi. Secara dzahir berarti ketika kita terdesak perang dengan orang kafir, maka ketika harus membunuh maka bunuhlah dengan cinta. Maksudnya bunuh dengan cepat tanpa menyiksa atau memutilasinya. Apa yang kita lakukan itu sebagai wujud rasa cinta kita padanya agar siksanya di akhirat diringankan. Antara kekerasan dan cinta terkadang tidak bertentangan. Contohnya kadang-kadang `kan perlu seorang ayah bertindak keras pada anaknya yang nakal sebagai wujud kecintaannya agar tidak terjerumus pada jalan yang salah. Adapun yang dimaksud dengan makna majazi ialah persis seperti yang dilakukan Rasulullah s.a.w. Ketika ada orang-orang kafir Qurays mau membunuh citranya dengan mengejek, menyakiti, bahkan membunuh, beliau sama sekali tak membalas dan membenci. Beliau malah memperlakukan dan membalas mereka dengan cinta. Salah satu contoh menarik ialah ketika ada orang kafir yang kerjaannya suka membuang kotoran di depan rumah Nabi. Suatu saat orang ini sakit, Nabi bukan mensyukurkannya tapi malah menjenguknya. Akhlak Nabi yang mulia diliputi cinta ini pada akhirnya membunuh kebencian orang kafir ini sehingga mengantarkannya pada Islam. Kebencian dan kekerasan hatinya luluh dengan samudera cinta Nabi”.

Oase: Asas dakwah ialah cinta. Kalaupun dalam perjalanan dakwah kita dihadapkan dalam posisi harus membunuh, maka membunuh pun –baik dalam pengertian dzahir maupun batin-tidak boleh dengan kebencian. Bunuhlah ia dengan cinta agar meringankan siksanya(jika bermakna dzahir). Bunuhlah ia dengan cinta agar kebenciannya mati dan berubah menjadi cinta(jika bermakna majazi). Intinya, keduanya tak bisa dilepaskan dari CINTA.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan