Home » » The Origin of Shi`ah

The Origin of Shi`ah

Written By Amoe Hirata on Selasa, 24 Februari 2015 | 19.30

           Ketika membicarakan tema tentang syi`ah, maka kita tidak bisa melepaskan dari sejarah perkembangannya. Syi`ah pertama kali lahir dilatarbelakangi oleh faktor politik. Konflik politik antara Ali dan Mu`awiyah –oleh para sejarawan- disinyalir sebagai faktor krusial, yang membidani lahirnya syi`ah. Dengan demikian, pembicaraan seputarnya pertama-tama harus dilihat melalui kaca mata politik, meskipun pada perkembangannya sampai masuk pada ranah teologis.
            Adalah Abdullah bin Saba`, seorang Yahudi asal Yaman, kerap kali dituduh sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam melahirkan aliran ini. Didasari oleh faktor kebencian yang luar biasa terhadap Islam, ia pun membuat konspirasi besar memanfaatkan situasi politik yang tidak stabil. Disebarkanlah propaganda negatif di segenap penjuru negeri Islam, sehingga konflik internal pun semakin meruncing. Syi`ah sebagai aliran baru, lahir dalam situasi politis semacam ini.
            Peristiwa tahkīm(arbritase) yang disepakati antara pihak Ali dan Mu`awiyah yang diwakili oleh Abu Musa al-`Asy`ari dan `Amru bin Ash, membuat internal kaum Muslim terbelah.  Pihak yang setuju dari golongan Ali, adalah cikal bakal gerakan syi`ah(meskipun tidak bisa digeneralisir, namun dari sinilah syi`ah lahir). Adapun pihak yang tidak setuju, disebut sebagai sekte khawārij(yang kemudian hari juga berperan besar dalam menimbulkan fitnah di kalangan umat Islam).
            Jadi, secara historis kita bisa membuat mapping (pemetaan) bahwa: Pertama, desainer atau otak di balik pembuatan syi`ah adalah seorang Yahudi yang menyamar beragama Islam. Kenyataan ini memberi pelajaran besar bagi kita, bahwa syi`ah sangat bertalian erat dengan Yahudi. Kedua, menimbulkan fitnah di antara kaum muslimin. Ketiga, menggunakan jalur politik sebagai cara jitu untuk merealisasikan gerakan. Keempat, manajemen organisasi gerakan yang sistematis dan rapi. Kelima, menjastifikasi ajaran dengan dalil-dalil normatif yang memikat.
            Dengan pemetaan tersebut, maka tidak heran jika sekarang, Israil dan Iran(sebagai negara resmi yang berideologi syi`ah) terlihat damai saja meski dicitrakan sebagai musuh. Ketika negara-negara Muslim yang lain yang berusaha memiliki proyek nuklir diintimidasi oleh Amerika dan Israel, lantaran dianggap berbahaya, namun sampai saat ini, Iran masih leluasa mengembangkan proyek nuklirnya. Di sisi lain, kita melihat bahwa kekuatan politik umat Islam, untuk saat ini –mau tidak mau harus diakui- berada di negara Iran.
            Bila kita lebih jeli membaca sejarah, rupanya ada karakter yang sangat mirip antara orang Yahudi dan syi`ah. Dalam al-Qur`an, dijelaskan di antara ciri-ciri orang Yahudi ialah sangat cinta dunia, materialistik, pengecut, pembuat makar, konspiratif, memusuhi umat Islam, suka mengadudomba, menjalankan transaksi riba, ketika kuat atau berkuasa, mereka bertindak semena-mena, namun ketika lemah mereka akan menjilat. Sifat-sifat tersebut ternyata juga dimiliki oleh syi`ah.
            Konsep ajaran dalam syi`ah seperti imāmah, taqiyyah, takfīr shahabi, dan lain sebagainya bermuara pada karakter Yahudi. Konsep imamah misalnya, ia sebagai pelindung kuat dalam ranah politik. Ketika Imam dianggap berkuasa penuh, maksum, di atas segala otoritas, maka politik menjadi kuat karena digerakkan oleh satu orang, sehingga rawan terjadi perselisihan internal. Karena itulah, dalam syi`ah masalah politik begitu kuat.
            Dalam konsep taqiyyah, mirip dengan sikap Yahudi yang pura-pura berpihak pada Islam, ketika dalam kondisi lemah. Hukum taqiyyah sendiri dalam syi`ah memang disyari`atkan ketika dalam kondisi lemah. Konsep taqiyyah ini membuat mereka memiliki kepribadian ganda yang paradoks. Kondisi ini membuat mereka sakit secara psikis, dan mental. Sikap semacam ini juga bisa disamakan dengan orang-orang munafik. Hampir susah dibedakan –secara historis- antara orang Yahudi dan munafik.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, secara original atau natural, syi`ah lahir dari orang Yahudi, jadi sangat tidak mengherankan jika sikap dan sifat mereka seperti Yahudi. Tidak aneh juga jika ada kerjasama serius di antara mereka. Bahkan, Yahudi tidak segan-segan membantu mereka. Melihat sisi natural syi`ah sebagaimana pembahasan di atas, maka tidak mungkin antara syi`ah dan sunni disatukan, karena watak dasar mereka adalah memecah belah umat, utamanya pada ranah politik.
Share this article :

2 komentar:

  1. Kira2 bagaimana ustaz cara menyikapai atau mengatasi orang syi'ah yang berwatak seperti orang yahudi ini andaikan kita menjadi pemimpin.

    BalasHapus
  2. dibina dan disadarkan dulu, baru kalau ga bisa ya dibina***n

    BalasHapus

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan