Di malam yang sunyi, beriring terang cahaya
purnama, Salma Hourin `Ien melamun di kamar sendiri, disertai teman santriwati
yang sudah tidur pulas berkelana di alam mimpi. Jiwa dan raganya seolah tak
meyakini, terhadap apa yang baru saja Ia alami. Raut wajah begitu sumringah,
jiwanya begitu senang membuncah. Rasa suka dan senang menyelimuti hati yang
lagi riang. Amboi, rupanya Ia sedang jatuh cinta. Dara yang belum pernah
merasakan cinta, baru saja hatinya ditaut -ditembak- oleh teman seangkatannya
sendiri sesama santri, namanya Shalih Azka Rijâl. Siapa yang menyangka kalau bakal
menjadi seperti ini. Lamunannya menjelajah kemana-mana. Kepalanya dipenuhi
tanda tanya. Baru saja, Shalih mengucapkan sesuatu di hadapannya: “Bolehkah aku
berharap lebih padamu?”. Antara kaget, tercengang, dan gugup Salma pun
mengiyakan permintaan Shalih. Jadilah kedua insan yang lagi dirundung asmara
ini sebagai ‘sepasang kekasih’, meskipun kalau ditelisik lebih dalam sebenarnya
dalam dunia kesantrian yang notabene memegang nila-nilai islami tidak ada
istilah kekasih-kekasihan atau pacaran yang bukan mahram, tetapi keduanya
seakan larut oleh cinta yang sama-sama sedang dirasakan.
Salma pun tak kuat untuk
menyimpan kebahagiaan yang sedang Ia rasakan. Ia pun bercerita panjang-lebar kepada
teman sesama santriwatinya yang sedang ada di rumahnya, namanya Syafa Zaskia.
“Syafa...Syafa...bangun dong aku mau curhat(curah hati) nih”. “Ada apa Salma?
Kamu kok senyam-senyum gitu? Lagi ulang tahun ya?” tanya Syafa keheranan.
Akhirnya, diceritakanlah semua apa yang sedang terjadi. Ketika mendengar cerita
Salma, Syafa pun juga merasa kaget sekaligus senang, rupanya temannya sedang
jatuh cinta. Tapi tetap saja Syafa mengingatkan agar jangan sampai melampaui
batas kewajaran, kalau memang serius ya harus benar-benar dijaga nilai-nilai
agama, sebab bagaimanapun juga keduanya adalah pernah menjadi santri. Santri
yang baik adalah santri yang benar-benar menjaga kesantrian bukan saja ketika
menjadi santri, tapi juga ketika sudah berada di luar harus tetap menjaga
nilai-nilai yang diajarkan selama ini. “Wow, surprise banget ya Salma,
aku ga nyangka lho kalau Shalih berani menembak kamu langsung. Di rumah kamu
sendiri lagi. Wuih hebat. Aku salut dengan keberanian Shalih, hehehe. Menurutku
sih kamu sudah tepat menerimanya. Ia orangnya baik, cerdas, pintar dan
insyaallah calon imam yang shalih seperti namanya” komentar Syafa. “Ah kamu
Syafa, bisa aja kamu menghibur aku, pokoknya tak aminin deh semoga Ia
akan menjadi imam shalihku, âmîn ya Rabb” sahut Salma dengan mantap.
Syafa wajar kalau kaget
mendengar penuturan Salma mengenai Shalih. Pasalnya, Shalih, Aditiya, dan Syafa
pergi ke Jakarta sebenarnya untuk mengikuti tes ujian kelulusan ke Universitas Islam
Madinah. Nah sesudah tes, ketiganya ditawarin main kerumah Salma yang kebetulan
rumahnya dekat dengan lokasi tes. Ketiganya pun mau menginap di rumah Salma.
Nah ketika di rumah Salma itu lah, Shalih mengungkapkan perasaannya di depan
Salma, tanpa sepengetahuan orang tuanya. Teman cowok Shalih pun kaget ketika
mendengar bahwa Shalih ‘menembak’ Salma, sebab selama ini yang Aditiya tahu
berkaitan dengan temannya ini, biasanya sukanya diskusi dan sangat minim
membicarakan cewek, rupanya selama ini benih-benih kekaguman Shalih terhadap
Salma, sudah tumbuh berkembang semenjak menjadi santri di ma`had Al-Barakah. Sebagai
teman, Aditiya pun tetap memberi support atau dukungan kepada Shalih.
“Insyaallah kamu tak salah pilih Leh, Salma adalah anak yang baik, dewasa dan
pintar. Semoga Ia menjadi istri terbaikmu” komentar Aditiya kepada Shalih
ketika Ia tahu tentang hubungan yang baru saja terjalin.
Beberapa bulan kemudian,
hubungan tetap terjalin mulus. Bahkan, kedua orang tua dari Shalih dan Salma
pun sudah sama-sama tahu mengenai hubungan kedua anak mereka. Hanya saja karena
Shalih masih mau melanjutkan studinya ke Universitas Islam Madinah, maka untuk
sementara keduabelahpihak tidak merasa perlu untuk lebih serius membicarakan
pernikahan. Keduanya bermodalkan rasa saling percaya saja. Akhirnya keduanya
sama-sama kuliah. Menjalin hubungan cinta jarak jauh atau istilah gaulnya love
distance. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, tahun berganti tahun,
keduanya masih tetap menjalin komunikasi yang baik melalui chatting via Yahoo
Massenger, facebook, atau telefon. Setelah lima tahun kemudian,
akhirnya Shalih pulang ke Indonesia. Ia berusaha melanjutkan progam S-2nya. Di
sisi lain, Ia juga berusaha untuk segera menemui keluarga Salma, untuk segera
membicarakan secara serius mengenai pernikahan keduanya.
Karena ada beberapa
kendala yang dihadapi oleh Shalih berkaitan dengan pertemuan antara kedua
keluarga, sampai pada akhirnya Shalih mengajak ketemuan di daerah yang lebih
dekat dengan rumahnya atau di rumah yang dekat dengan saudaranya tapi juga tak
terlalu jauh dari rumah Salma. Hal ini dilakukan Shalih mengingat kedua orang
tuanya yang sudah tua, sehingga Ia merasa kasihan kalau harus menempuh
perjalanan jauh, dari Jawa Timur ke Jawa Barat(keluarga Shalih ingin tahu
langsung tentang Salma). Namun sangat disayangkan, keputusan pun buntu.
Keduanya sama-sama bersikeras pada keinginan dan caranya masing-masing. Salma
beserta keluarga menolak kalau pihak perempuan yang harus datang ke laki-laki.
Mestinya, menurut mereka: cowoklah yang harus datang ke pihak cewek. Karena
tidak ada upaya untuk saling mengalah maka hubungan antara keduanya kandas di
tengah jalan. Si Shalih terlihat seolah tak begitu memperjuangkan cinta, karena
pertimbangan keluarga, Si Salma pun merasa sudah tidak bisa diteruskan karena
merasa dipermainkan. Dengan sangat berat hubungan yang terjalin antara keduanya
bertahun-tahun akhirnya sirna.
Mimpi-mimpi yang selama
ini dibangun Salma di hati dan pikirannya sudah buyar. Ia sedih, kecewa,
mangkel, marah, kesal dan jengkel. Betapa tidak, demi cinta, Ia rela
bertahun-tahun untuk menunggu calon Imamnya, bahkan dia berusaha diam dan tak
menerima laki-laki lain hanya untuk menunggu Shalih, tapi rupanya Si Shalih tak
mau memperjuangkan cinta - hanya karena masalah yang seharusnya bisa
diselesaikan tanpa harus memutuskan hubungan - lenyaplah impian Salma. Ternyata
–baginya-, calon suami yang Ia anggap Shalih selama ini, ternyata salah pilih. Pada
buku diary-nya ia menulis sesuatu:
Kukira
daun yang hijau
Membuat
kalbu
Selalu
sejuk memandang
Ternyata
kering melayu
Membuatku
Sedih
tak terbayang
Kukira
cinta Shalih
Mengantarku
Pada
cinta sejati
Ternyata
aku salah pilih
Membuatku
Terjerembab
pada cinta ilusi
Berhari-hari Ia menangis
sejadi-jadinya. Ia merenung, mengevaluasi, melihat kembali ke belakang mengenai
hubungan yang selama ini dijalin bersama Shalih. Akhirnya dalam perenungannya
yang panjang, Ia menemukan beberapa pelajaran yang berharga di dalam hidupnya.
Di antara pelajaran-pelajaran itu ialah sebagai berikut:
- Cinta yang dibangun berdasarkan
maksiat, hasilnya akan membuat cinta tersesat.
- Cinta itu bukan banyak janji,
tapi segera komitmen menjadi suami-istri.
- Kalau benar cinta, jangan
menunggu lama, semakin lama menunggu, maka akan semakin berliku.
- Cinta bukan untuk diumbar dengan
kata-kata, tapi perlu dibuktikan dengan komitmen pada orang tua.
- Jangan gampang percaya dengan
penampilan dan kelebihan, tanpa komitmen yang jelas maka keduanya hanyalah
bualan.
- Bagi para cewek, perhatikan
benar-benar sajak berikut ini:
Kalau aku diam
Bukan berarti
Cinta ini padam
Aku hanya berbagi
Ketika kau halal jadi imam
Itulah cinta sejati
Jadi jangan gampang
terbujuk oleh rayuan cowok. Kalau pun si cowok serius, jangan gampang mengumbar
sesuatu yang belum halal padanya, tunggulah sampai halal, dan nanti itu akan
menjadi lebih indah insyallah.
- Kalau kamu jatuh pada cinta yang
salah, bersyukurlah pada Allah subhânahu wata`âla yang telah menyelamatkanmu dari
cinta yang salah, yakinlah bahwa Allah akan membibingmu pada cinta yang
sejati yang tak kan membuatmu susah.
- Untuk para cowok, kalau memang
cinta dan gentleman jangan pernah menyuruh cewek datang ke cowok,
seharusnya cowoklah yang datang ke cewek.
- Jangan sampai larut dalam
kesedihan, apalagi sedih hanya karena cinta yang salah pilih, cepatlah
bangkit karena Allah subhânahu wata`âla menyiapkan
jodoh yang lebih baik untuk kita.
- Untuk menuju ‘cinta sejati’,
terkadang Allah menguji kita dengan ‘cinta imitasi’, kalau kita tidak
terpengaruh dengan ‘cinta imitasi’, maka Allah akan menganugerahkan pada
kita ‘cinta sejati’.
Itulah beberapa pelajaran yang sempat
ditulis oleh Salma. Sekarang Ia merasa lebih tenang, bahkan bersyukur karena
tidak jadi dengan Shalih. Sewaktu Ia mendengar kalau Shalih sudah menikah
dengan perempuan lain, Ia membatin: “Semoga perempuan itu tidak salah pilih”.
Baginya, cinta Shalih adalah masa lalu, Ia yakin ada yang lebih baik darinya.
Apa yang dialaminya memberi banyak pelajaran berharga yang Ia rangkum pada
kalimat berikut:
KETIKA ‘CINTA SHALIH’ MENJADI ‘CINTA
SALAH PILIH’, MAKA JANGAN BERSEDIH!, JIKA KITA MAU BERUPAYA DAN BERDOA DENGAN
GIGIH, PASTI ALLAH SWT AKAN MEMBIMBING CINTA KITA KEPADA CINTA SEJATI DAN
JERNIH.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !