Home » » Membangun Basis Maritim Kuat

Membangun Basis Maritim Kuat

Written By Amoe Hirata on Senin, 05 Januari 2015 | 07.28

Peradaban –sebagaimana yang dinyatakan oleh Pemikir Besar Muslim berkebangsaan Al-Jazair, Malik bin Nabi- memiliki tiga unsur penting yaitu: Tanah, waktu, dan manusia. Karena itulah untuk membangun peradaban gemilang, ketiga unsur itu harus dipenuhi. Tanah (bumi) adalah tempat untuk membangun peradaban, waktu adalah bagian penting yang merupakan masa terbentangnya proses pembentukan peradaban, sedangkan manusia adalah sebagai ‘aktor peradaban’ atau ‘subyek peradaban’. Dalam sejarah Islam misalnya, ketiga unsur itu terpenuhi ketika peradabannya berada pada puncak kejayaan. Dari ketiga unsur itu, pada tulisan ini akan dipaparkan lebih khusus mengenai unsur tanah(bumi) bagi terciptanya peradaban. Kalau kita berbicara unsur tersebut, maka bukan berarti wilayah peradaban hanya di daratan, namun juga laut sebagai bagian dari unsurnya. Dalam sejarah Islam basis kekuatan darat sejak zaman Rasul sudah dibina dengan sangat baik, namun kekuatan maritim baru bisa dibangun sejak masa Utsman bin Affan. Siapakah tokoh yang mencetuskan ide pembangunan kekuatan maritim?
            Tokoh tersebut bernama Mu`awiyah bin Sufyan, yang membuat keputusan fenomenal untuk perang melalui jalur laut. Ialah pertama kali yang mengusulkan untuk mendirikan armada angkatan laut. Ia berencana untuk bertempur dengan tentara Romawi yang telah berabad-abad menguasai Laut Tengah (Mediterania). Karena selama ini dengan sangat leluasa orang Bizantium Romawi melakukan kejahatan di laut, namun tidak ada yang bisa mengatasinya. Pada zaman Umar –meskipun telah melibatkan Amru bin Ash untuk membujuknya- ide ini ditolak mentah-mentah selama kepemimpinannya . Pada zaman Utsman, ide ini juga disampaikan padanya. Akhirnya diterima, namun beliau memerintahkan agar tidak memaksa siapapun untuk mengikuti angkatan ini, kecuali yang mau saja. Dimulailah pembangunan kekuatan maritim oleh Mu`awiyah. Kapal diperbanyak, tentara disiapkan sedemikian rupa untuk siap-siap melakukan ekspedisi militer perdana menuju Cyprus yang mengikut Bizantium Romawi.
            Diangkatlah Abdullah bin Qais sebagai panglima perang yang dilengkapi dengan pasukan yang diiringi sahabat seperti Abu Dardā`, Abu Dzar al-Ghifāri, Ubādah bin Shāmit, dan masuk dalam rombongan juga, Ummu Harām binti Milhān (istri Ubādah bin Shāmit). Mulailah mereka bergerak menuju Cyprus, dan terwujudlah apa yang sudah lama diprediksi oleh Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam yang disampaikan pada Ummu Harām yang intinya akan ada dari umatku yang berperang di jalan Allah ta`āla melalui jalur laut. Kemudian Ummu Harām, memohon agar dijadikan bagian dari rombongan tersebut. Terjadilah apa yang disampaikan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam. Dimulailah pertempuran laut. Pada akhirnya, Cyprus bisa ditaklukkan. Ekspedisi militer perdana dalam bidang maritim ini menuai kesuksesan gemilang, yang diikuti oleh kemenangan-kemenangan berikutnya seperti pertempuran Dzātu al-Shawāri dan lain sebagainya.
            Dengan penguasaan wilayah maritim ini, kelak peradaban Islam bisa terjaga keseimbangannya dengan baik. Bukan saja menguasai bidang darat tapi juga laut. Sebagai contoh dari mereka yang berperan besar dalam bidang maritim ialah Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair (yang menyebrangi lautan untuk membebaskan Andalusia), Khairuddi Barbarossa (yang dituduh oleh kalangan Barat sebagai ‘Bajak Laut’ pada abad-16). Padahal dia menjadi pengaman laut. Ide cemerlang Mu`awiyah ini merupakan tonggak dari terbangunnya peradaban besar Islam. Apa yang dilakukan oleh Mu`awiyah sebenarnya bukan saja terfokus pada pentingnya kekuatan militer laut, lebih dari itu ialah bahwa dalam sebuah peradaban, yang dikelolah bukan hanya daratan, tapi juga lautan. Bukankah wilayah laut lebih luas dari wilayah darat? Orang yang bisa mengelolah laut dengan sebaik-baiknya maka dialah nanti yang akan menjadi peradaban besar. Nusantara dulu menonjol  kekuasaannya karena menguasai dunia maritim, lalu menjadi mundur ketika fokusnya berubah hanya pada sektor agraris. Karena itulah –sekali lagi- bila peradaban mau bangkit, maka kedua sektor itu harus dibangun sebaik-baiknya, sebagai unsur penting dari peradaban. Wallahu a`lam bi al-Shawāb. 
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan