Peradaban –sebagaimana yang dinyatakan oleh
Pemikir Besar Muslim berkebangsaan Al-Jazair, Malik bin Nabi- memiliki tiga unsur penting
yaitu: Tanah, waktu, dan manusia. Karena itulah untuk membangun peradaban
gemilang, ketiga unsur itu harus dipenuhi. Tanah (bumi) adalah tempat untuk
membangun peradaban, waktu adalah bagian penting yang merupakan masa
terbentangnya proses pembentukan peradaban, sedangkan manusia adalah sebagai ‘aktor
peradaban’ atau ‘subyek peradaban’. Dalam sejarah Islam misalnya, ketiga unsur
itu terpenuhi ketika peradabannya berada pada puncak kejayaan. Dari ketiga
unsur itu, pada tulisan ini akan dipaparkan lebih khusus mengenai unsur
tanah(bumi) bagi terciptanya peradaban. Kalau kita berbicara unsur tersebut,
maka bukan berarti wilayah peradaban hanya di daratan, namun juga laut sebagai
bagian dari unsurnya. Dalam sejarah Islam basis kekuatan darat sejak zaman
Rasul sudah dibina dengan sangat baik, namun kekuatan maritim baru bisa
dibangun sejak masa Utsman bin Affan. Siapakah tokoh yang mencetuskan ide
pembangunan kekuatan maritim?
Tokoh tersebut bernama
Mu`awiyah bin Sufyan, yang membuat keputusan fenomenal untuk perang melalui
jalur laut. Ialah pertama kali yang mengusulkan untuk mendirikan armada
angkatan laut. Ia berencana untuk bertempur dengan tentara Romawi yang telah berabad-abad
menguasai Laut Tengah (Mediterania). Karena selama ini dengan sangat leluasa
orang Bizantium Romawi melakukan kejahatan di laut, namun tidak ada yang bisa
mengatasinya. Pada zaman Umar –meskipun telah melibatkan Amru bin Ash untuk
membujuknya- ide ini ditolak mentah-mentah selama kepemimpinannya . Pada
zaman Utsman, ide ini juga disampaikan padanya. Akhirnya diterima, namun beliau
memerintahkan agar tidak memaksa siapapun untuk mengikuti angkatan ini, kecuali
yang mau saja. Dimulailah pembangunan kekuatan maritim oleh Mu`awiyah. Kapal
diperbanyak, tentara disiapkan sedemikian rupa untuk siap-siap melakukan
ekspedisi militer perdana menuju Cyprus yang mengikut Bizantium Romawi.
Diangkatlah Abdullah bin
Qais sebagai panglima perang yang dilengkapi dengan pasukan yang diiringi
sahabat seperti Abu Dardā`,
Abu Dzar al-Ghifāri, Ubādah bin Shāmit, dan
masuk dalam rombongan juga, Ummu Harām binti Milhān (istri Ubādah bin Shāmit). Mulailah mereka bergerak menuju Cyprus, dan terwujudlah apa yang
sudah lama diprediksi oleh Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam
yang disampaikan pada Ummu Harām
yang intinya akan ada dari umatku yang berperang di jalan Allah ta`āla melalui jalur laut. Kemudian Ummu Harām, memohon agar dijadikan bagian dari rombongan tersebut. Terjadilah
apa yang disampaikan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam. Dimulailah
pertempuran laut. Pada akhirnya, Cyprus bisa ditaklukkan. Ekspedisi militer perdana
dalam bidang maritim ini menuai kesuksesan gemilang, yang diikuti oleh
kemenangan-kemenangan berikutnya seperti pertempuran Dzātu al-Shawāri dan lain sebagainya.
Dengan penguasaan
wilayah maritim ini, kelak peradaban Islam bisa terjaga keseimbangannya dengan
baik. Bukan saja menguasai bidang darat tapi juga laut. Sebagai contoh dari
mereka yang berperan besar dalam bidang maritim ialah Thariq bin Ziyad, Musa
bin Nushair (yang menyebrangi lautan untuk membebaskan Andalusia), Khairuddi
Barbarossa (yang dituduh oleh kalangan Barat sebagai ‘Bajak Laut’ pada abad-16).
Padahal dia menjadi pengaman laut. Ide cemerlang Mu`awiyah ini merupakan
tonggak dari terbangunnya peradaban besar Islam. Apa yang dilakukan oleh Mu`awiyah
sebenarnya bukan saja terfokus pada pentingnya kekuatan militer laut, lebih
dari itu ialah bahwa dalam sebuah peradaban, yang dikelolah bukan hanya
daratan, tapi juga lautan. Bukankah wilayah laut lebih luas dari wilayah darat?
Orang yang bisa mengelolah laut dengan sebaik-baiknya maka dialah nanti yang
akan menjadi peradaban besar. Nusantara dulu menonjol kekuasaannya karena menguasai dunia maritim,
lalu menjadi mundur ketika fokusnya berubah hanya pada sektor agraris. Karena
itulah –sekali lagi- bila peradaban mau bangkit, maka kedua sektor itu harus
dibangun sebaik-baiknya, sebagai unsur penting dari peradaban. Wallahu a`lam
bi al-Shawāb.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !