Malam
selepas shalat Tarawih, Sarikhuluk beserta teman jagongannya
menyempatkan tadarus Qur`an, tapi dengan caranya sendiri. Sarikhuluk
menjelaskan: namanya tadaarus itu ya melibatkan orang lebih dari satu,
karena kalau melihat timbangan ilmu Sharaf, menunjukkan musyaarakah(bersekutu
antara dua pihak). Dalam sudut pandang ini kata Sarikhuluk menilai kebanyakan tadarus
yang ada di desanya terhitung benar. Tapi di sisi lain yang membuat Sarikhuluk
prihatin ialah penyempitan makna tadaarus. Kebanyakan masyarakat hanya
memaknainya sekadar membaca Al-Qur`an
dan saling menyimak. Padahal tadaarus adalah kegiatan untuk saling
mencari dars(pelajaran). Bagaimana mungkin manusia bisa mengambil
pelajaran, kalau hanya sekadar dibaca. Mau tak mau namanya tadaarus biar
tidak menyimpang jauh dari artinya harus didekati dengan olah pikir dan akal,
supaya kita bisa mengambil pelajaran dari Al-Qur`an. Sarikhuluk bertanya pada
teman-temennya: “mungkinkah kita bisa mengambil pelajaran dari Al-Qur`an kalau
kita hanya membacanya saja, tanpa melibatkan akal dan pikiran kita?”. Paijo
menjawab: “tapi kan tetap ada manfaatnya secara spritual dan psikologis?”. “Iya
memang, tapi apa kita bisa paham dan mengambil pelajaran jika cuman membacanya,
pelajaran ini ranahnya akal dan pikir, tanpa itu maka mustahil akan mengambil
pelajaran”(tambah Sarikhuluk). “Jadi maksudmu kita sekarang tadarus
Al-Quran dengan model baru ala kamu?”(tanya Paimen). “Ya tepat sekali. Aku
pikir kalau membaca perhuruf Al-Qur`an pahalanya begitu besar, apalagi
mengambil pelajaran dan mengamalkannya”(lanjut Sarikhuluk).
“Oke
saiki(sekarang) tak serahkan pada kalian saja, enaknya bahas
apa”(tawaran Sarikhuluk pada teman-temannya). “Anu saja kita bahas tema:
Dajjal. Dari dulu aku pingin tahu, opo bener dajjal ada”(Ushul Brudin). “Gimana
teman-teman setuju ga?”(tanya Sarikhuluk). “Setujuuuuuuuuuuu”(jawab mereka
serentak). “Kalau setuju, tak kasih dasaran dulu, biar kita benar-benar ndarus Qur`an sebagaimana metode tadi. Dajjal nek secara tegas iku
ga ada. Tapi meksi ga ada bukan berarti secara implisit ga ada. Sebab
sebagaimana arti secara bahasa yaitu: banyak dusta, secara tersurat ada disebut
dalam AL-Qur`an. Sebagian ulama` onok yang nyebut dajjal tersirat dalam
surat Al-An`am ayat 158. Kalau di hadist sangat banyak sekali. Tapi supoyo
kalian tidak sekedar membaca sejarahnya, saiki kalian tak ajak mikir
lebih kontekstual. Ayo tema dajjal iki dikaitkan dengan kebanyakan media
yang sekarang ini lagi berkembang”. “Maksudnya gimana Luk. Aku ndak
ngerti”(timpal Paidi). “Gini lho rek, tak kasih dasaran secara global
mengenai dajjal, kemudian nanti kita kaitkan dengan kondisi media di sekitar
kita saat ini”. “Oke kalau gitu, mana dasaran yang kamu jelaskan”(pinta
Margimen). “Dajjal iku artine secara bahasa: kakean mbujuk(banyak bohong)
menipu. Pintar memutar balikkan fakta(surga bisa dibalik jadi neraka, neraka
bisa dibalik jani surga di hadapan semua orang). Motone(matanya) cuman
satu yang berfungsi. Di kepalanya ada tanda kaf fa ra alias kafir, dan
hanya bisa dilihat oleh orang mukmin. Memiliki kecepatan yang luar biasa. Semua
bumi didatanginya kecuali Makkah dan Madinah. Dajjal akan diikuti orang Yahudi
dari Asbahan. Dajjal merupakan fitnah terbesar sepanjang sejarah
manusia. Nabi selalu memperingatkan akan kedatangannya. Makanya saking
besarnya fitnahnya, sampai-sampai dalam shalat ada doa khusus untuk meminta
perlindungan darinya. Nah iki mau cuman dasaran saja. Masalah dajjal iku
ono opo ga secara biologis, itu jangan terlalu diperdebatkan. Pokoke
kalau iman ya harus yakin kalau dajjal benar-benar ada”(papar Sarikhuluk).
“Terus
sekarang kalau dibandingkan dengan kebanyakan media sekarang ini gimana
Luk?(tanya Paidi)”. “Coba renungkan bareng-bareng, kebanyakan media kita saat
ini sangat mirip dengan sifat-sifat dajjal yang tak gambarkan tadi. Kebanyakan
media, baik elektronik maupun cetak itu berisi kebohongan-kebohongan. Ironisnya
kebanyakan orang seolah tersihir menikmati kebohongan-kebohongan itu.
Iklan-iklan media di TV kebanyakan mengajak orang kepada yang bukan dirinya. TV
menjadi tuntunan, agama menjadi tontonan. Orientasi media kebanyakan hanya
satu: dunia oriented. Yang menang ialah yang punya modal besar. Peran
media sangat besar dalam membalikkan fakta. Yang benar jadi salah, yang salah
jadi benar. Sekarang ini kan abad informasi, siapa saja yang menguasai media,
maka berpeluang besar menggiring opini masyarakat. Dibanding dengan dajjal
tadi, media sama memiliki kecepatan yang luar biasa. Kalau dulu komunikasi
jarak jauh dibutuhkan waktu sekian lama, sekarang hanya beberapa detik sudah
bisa komunikasi. Ada tanda kaf fa ra juga di kebanyakan media, dan itu
hanya bisa dilihat oleh orang yang beriman. Kafir asala artinya menutupi, kamu
lihat media kebanyakan menutup-nutupi sesuatu yang seharusnya tak boleh
ditutupi. Dajjal akan mendatangi semua dunia, demikian juga media, hampir
ditiap wilayah media pasti masuk walau masih sangat sederhana. Dan agen-agen
besar media di dunia ini kebanyakan melayani misi Yahudi. Nek kalian
pingin selamat dari fitnahnya yo pertebal iman, ojo gumunan lan gampang
melok(jangan gampang kaget dan ikut-ikutan), tetap kritis, terus gunakan
media sebatas keperluan. Kalau tidak kalian pasti ikut mereka. Soale memang
menggiurkan godaane. Lha kajian-kajian semacam ini salah satu
upaya agar kita tidak ikut-ikutan pada kebanyakan ‘media dajjal’. Yang penting
sekarang bukan mempermasalahkan kapan datang dajjal. Sejauh mana yang lebih
penting persiapan kita menghadapinya di
tengah-tengak lingkungan yang kebanyakan dipenuhi dengan kebanyakan ‘media
dajjal’(Sarikhuluk menjelaskan dengan sangat serius dan semangat. Tapi tanpa
dinyana teman-temannya ada yang tidur dan ada yang mengalihkan perhatiannya ke
TV, hand pone dan lain sebagainya) Jangkrek arek-arek iki belum
sampai setengah jam sudah terkena ‘media dajjal’(tegur Sarikhuluk dengan sangat
kesal).
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !