Home » » Politisasi Sejarah Dakwah

Politisasi Sejarah Dakwah

Written By Amoe Hirata on Kamis, 15 Januari 2015 | 08.31

Pada setiap perkumpulan manusia (pasti) ada dua sistem. Pertama sistem yang berkaitan dengan akidah (teologi). Kedua: Sistem yang berkaitan dengan kekuasaan. Umat Islam saat ini tertinggal dari umat-umat yang lain dalam hal sistem kekuasaan, akan tetapi umat Islam masih tetap unggul atas umat-umat yang lain dari hal sistem akidah (teologi). Hanya saja pemimpin-pemimpin kalangan islamis pada segenap penjuru dunia, tenggelam dalam konflik bersama bangsa lain pada sektor yang berkaitan dengan sistem kekuasaan di mana tidak dan tak akan kembali pada mereka sesuatu apapun melainkan kekalahan, kemunduran dan (pertumpahan) darah. Andai saja mereka menyingkir dari konflik yang tak produktif ini, kemudian (mengerahkan segenap tenaganya untuk) berdakwah pada bangsa-bangsa lain dalam bidang akidah (teologi) maka mereka tak akan menyaksikan sejarah mereka saat ini yang dipenuhi dengan kemunduran dan kekalahan, (kemudian) benar-benar berubah menuju sejarah kemenangan”. 
Demikian salah satu kalimat kunci buku yang ditulis oleh Wahidudin Khan yang merupakan ulama muslim dan pemikir dari India. Wahidudin Khan lahir di India pada tanggal 10 Oktober 1925. Ia merupakan Pemikir Muslim India kontemporer. Beliau memiliki pemikiran brilian yang berusaha mengharmonikan sistem salafi dengan sistem ilmiah dan filosofis. Dengan metode ini, ia berusaha berdialog dengan orang-orang atheis dan skular pada sejumlah besar dari karangannya. Karangannya memiliki keistimewaan sebagai berikut: menggabungkan antara kesederhanaan dan kedalaman sehingga (senantiasa) relevan dengan berbagai macam pembaca. Ia sangat terkesan dengan pemikiran Abu A`la Al-Maududi dan Abu Hasan An-Nadawi. 
Beliau memiliki karangan[1] yang banyak diantaranya yang berbahasa Inggris: Religion and Science. God Arises: Evidence of God in Nature & Science. In Search of God. Islam and Modern Challenges. The Way to Find God. The Quran, an abiding wonder. The Moral Vision : Islamic Ethics for Success in Life. Women Between Islam and Western Society. A Treasury Of The Qur'an. The Prophet Muhammad : A Simple Guide to His Life. ISLAM: THE VOICE OF HUMAN NATURE. Islam and the Modern Man. ISLAM: CREATOR OF THE MODERN AGE. Islam As It Is. A Treasury Of The Qur'an. Ada juga yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab diantaranya: al-Islam Yatahadda. Ad-Din Fi Muwaajahati al-`Ilmi. Hikmah ad-Din. Tajdid `Ulumu ad-Din. Al-Muslimun baina al-Maadhi wa al-Hadhir wa al-Mustaqbal. Khawathir wa al-`Ibar. dan buku yang sedang diresensi saat ini: Tarikhu ad-Dakwah Ila al-Islam.
            Buku ini membahas tentang: Sejarah dakwah Islam. Perlindungan melalui cara dakwah. Kesaksian sejarah. Pengakuan. Rencana kemanusiaan dan pengaturan ketuhanan. Kata yang menundukkan. Hijrah ke Habasyah. Islamnya Umar bin Khathab. Islamnya kabilah Yatsrib. Tersebarnya Islam di Madinah. Hijrah ke Madinah. Luasnya penyebaran Islam pasca perdamaian Hudaibiyah. Dakwah adalah kekuatan yang tak kan sirna dan terkalahkan. Perkembangan Islam di luar jazirah Arab. Islamnya penduduk Turki dan Saljuk. Islamnya Mongol dan Tartar. Dakwah merupakan kekuatan ba` mata air yang tak pernah kering. Islam di kepulauan Melayu. Dakwah Islam pada abad 20. Epilog.
Di awal pembahasan penulis menuturkan: “umat Islam yang menisbahkan diri pada Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam maka konsekuensinya harus mengemban tugas Muhammad sebagai Nabi yaitu: Menjalankan tugas dakwah kepada Allah. Dakwah adalah tugas terpenting para Nabi dan Rasul. Nabi memang telah terputus, namun tugasnya akan senantiasa bersambung dan berjalan selama umat masih ada. Karena itulah tidak akan mungkin eksistensinya sebagai umat terwujud dengan tugas-tugas lain melainkan tugas Nabi. 
Tugas Nabi ialah mengantarkan risalah (pesan) Allah pada hamba-hamba-Nya. Inti dakwah Nabi ialah: Menyampaikan ilmu rabbani yang terpelihara dalam bentuk Al-Qur`an dan As-Sunnah kepada seluruh manusia supaya tidak ada kesempatan bagi satupun manusia ketika di akhirat untuk membuat alasan bahwa dakwah belum sampai padanya. Dengan demikian dakwah merupakan kewajiban inti umat. Akan tetapi dewasa ini kewajiban inti ini lebih banya dikesampingkan. Orang muslim pada umumnya sibuk dengan isu nasionalisme dan kesukuannya sehingga tugas dakwah termarjinalkan bahkan terdinding”.
Jarang sekali –kalau tidak boleh dikatakan tidak ada- buku secara khusus yang membahas tema sejarah dakwah Islam. Pasca masa khulafairasyidin orientasi kepenulisan cendrung pada hal-hal yang bersifat perang dan jihad. Bab jihad mesti bisa dijumpai pada setiap karangan Fiqih, namun tema khusus tentang sejarah dakwah tidak ada padahal dakwah adalah tugas inti umat Islam. Ini terasa sangat aneh memang. Malah yang menulis tema khusus mengenai hal ini adalah orientalis yang bernama Arnold dalam bukunya yang berjudul: Sejarah Dakwah Islam.
Kewajiban hakiki yang dibebankan pada pundak umat Islam ialah bangkit menyampaikan risalah Islam kepada umat yang bukan Islam. Kebanyakan umat Islam sibuk pada urusan membela diri (mengurusi masalah keamanan internal) sehingga tugas dakwah tak tersentuh bahkan terabaikan.  Hilangnya pemahaman tugas dakwah yang benar mengantar mereka pada kekeliruan anggapan berupa: usaha pembalaan internal dikategorikan sebagai dakwah Islam. Pemikiran semacam ini sama sekali tak ada hubungannya dengan Islam. Dari sudut pandang Al-Qur`an misalnya: perlindungan umat itu bergantung pada sejauh mana umat menjalankan dakwah, bukan sebaliknya. Perbedaan yang mencolok antara sejarah umat Islam masa lalu dan sekarang ialah terletak pada: Pada sejarah umat Islam masa awal tugas dakwah dijadika faktor dan acuan sebagai terjaminnya perlindungan umat. Sedangkan pada masa sejara modern sebaliknya perlindungan (keamananan internal dulu) diprioritaskan baru kemudian dakwah.
Dengan menjalankan dakwah Islamiah secara benar maka Allah pasti akan melindungu umat Islam/ Salah satu bentuk perlindungan Allah bermacam-macam:
I. Adakalanya komunikan dakwah menerima dengan baik, adakalanya justru menentang dan ingkar, dalam kondisi terakhir dakwah pasti dimenangkan(sebagaimana yang terjadi pada Nabi Hud dan Luth).
II. Dakwah Islam laksana gema fitrah manusia. Ketika dakwah disampaikan, sama halnya kita mengetuk pintu hati manusia. Biasanya ketika fitrah disentuh secara otomatis akan menyambut dengan baik. Kalaupun tak menerima secara formal, paling tidak ia akan menyarankan pada orang lain bahwa dakwah fitrah ini layak untuk dibantu dan ditolong. Seperti yang terjadi pada kisah Yusuf `alaihissalaam.
Secara normatif, Al-Qur`an membicarakan masalah ini: perlindungan akan didapat ketika tugas dakwah benar-benar dilaksanakan(Al-Maidah: 67). Jadi manusia akan dilindungi Allah ketika benar-benar menjalankan dakwah. Ketika yang terjadi sekarang pada umat Islam justru sebaliknya maka berarti mereka belum benar-benar menjalankan dakwah Islam secara benar atau bahkan sama sekali mengabaikannya. Jadi yang dijadikan fokis ialah dakwah pada Allah, adapun mengenai bahaya dan tantangan maka disikapi dengan menunggu dan sabar.
Supaya tidak rancu dalam memahami pengertian dakwah maka perlu ditekankan di sini bahwa yang dimaksud dengan kata ‘dakwah’ ialah menyebarkan Islam di kalangan non Islam. Dengan kata lain: menyampaikan risalah (pesan) Allah pada orang yang sama sekali belum menerima Islam. Kata ‘dakwah’, ‘tabligh’ maknanya hanya demikian. Adapun kata yang digunakan untuk sesama muslim ialah: tadzkir(peringatan), ishlah(pendamaian, perbaikan), tawaashi bi al-haq wa bi as-shabri(saling berwashiat pada kebenaran dan kesabaran), al-amru bi al-ma`ruf wa an-nahyu `ani al-munkar(menyuruh pada yang ma`ruf dan melarang pada yang mungkar), dan lain sebagainya. Bisa saja kata ‘dakwah` dan ‘tabligh’ dipakai untuk kalangan muslim tapi itupun hanya sebagai majaz(kiasan), tapi pada intinya makna dakwah ialah untuk non muslim.
Contoh sejarah dari Al-Qur`an: Kisah orang mukmin yang menyembunyikan keimanannya. Ketika sudah terpepet akhirnya ia menyampaikan kebenaran agama Musa hingga pada akhirnya ia dilindungi oleh Allah dari makar Fir`aun(Q.s. Ghafir: 38-45). Jaminan perlindungan dari Allah bagi orang yang berdakwah itu pasti. Cuman terlaksana tidaknya bergantung pada sejauh mana kita menjalankan dakwah dengan sebenar-benarnya. Jika berdakwah diiringi dengan hal-hal lain selain dakwak meski dinamakan dakwah ilallah maka jangan harap akan mendapat perlindungan dari Allah.
Dalam sejarah kita ketahui bahwa orang kafir dengan sekuat tenaga menghalangi dakwah Nabi. Diantara cara yang digunakan ialah: menawan, membunuh dan mengusir. Tapi rencana mereka sama sekali gagal. Karena takdir dan rencana Allah berkata lain. Dengan sangat halus melalui para dai, Islam bisa memikat hati orang-orang sekitar hingga menyebar luas. Di sini kita bisa menilai bahwa sejatinya dakwah Islam memiliki kekuatan/potensi taskhiri(daya pikat, pesona yang bisa meluluhkan dan menaklukkan hati).
Dalam perjalanan sirah nabawiyah daya pikat (tarik) ini bisa kita jumpai diantaranya pada kisah: Thufail bin ` `Amru Ad-Dausi. Kisah Ja`far bin Abi Thalib yang mewakili kaum muslimin sebagai jubir di depan Najasyi, dengan dakwah secara benar dan jujur pada akhirnya ia dan para sahabat lain terselamatkan. Berkat dakwah Nabi Umar masuk Islam sehingga Umat Islam yang sebelumnya ditindas, kemudian bisa lebih aman. Umar masuk Islam karena terpesona dengan dakwah adiknya Fathimah, ketika Umar membaca surat Thaha. Suwaid bin As-Shamit terpikat dengan dakwah Rasulullah ketika haji ke Makkah. Abu Al-Hasir Anas bin Rafi`(dari suku `Aus) juga demikian. Usaid bin Khudhair dan Sa`ad bin Mu`adz terkesima dengan dakwah Mush`ab bin `Umair lalu masuk Islam. Dakwah pula yang mempermudah jalan Rasul hijrah ke Madinah. Setelah Shulhu Hudaibiyah dakwah Islam semakin tersebar luas.
Yang membuat perkembangan Islam sedemikian pesat ialah kekuatannya dalam bidang dakwah, bukan politik. Pada hakekatnya kekuatan politik tidak mampu sama seakali mencapai sesuatu sebagaimana capaian dakwah. Seandainya kekuatan politik mampu mengubah manusia pada agama yang tak dipeluk, maka India, Pakistan dan Bangladhes niscaya menjadi agama Kristen.
III. Komunikan dakwah menyambut baik dan mengimani dakwah, bahkan siap untuk memperjuangkannya.
            Pada intinya menurut penulis bahwa ketika umat Islam fokus untuk menjalankan dakwah pada Allah maka peluang untuk mendapat perlindungan dari Allah lebih besar daripada menyibukkan diri pada hal-hal yang bukan inti seperti politik dan gerakan lainnya. Perjuangan Islam melalui ranah politik selalu mengalami kegagalan karena politik mengandung semacam konflik kepentingan sedangkan dakwah itu harus ikhlas karena Allah sebagaimana para Nabi. Ketika dakwah berisi kepentingan pribadi dan kelompok maka kemungkinan untuk diterima oleh komunikan dakwah sangatlah kecil.
            Dengan bahasa lugas dan sederhana penulis mencoba menyampaikan betapa orientasi dakwah Islam yang benar sudah sedemikan tertutupi, terdinding atau bahkan lenyap sama sekali. Ini diakibatkan ketika umat Islam sibuk pada hal-hal yang bukan dari inti Islam, seperti politik dan kekuasaan. Sejarah membuktikan, ketika fokus umat pada kekuasaan dan politik maka malah menimbulkan konflik baik internal maupun eksternal.
Akhirnya buku ini cocok dibaca bagi para aktifis dakwah Islam, atau setiap muslim yang ingin mengetahui lebih jauh bagaimana hakikat sejarah dakwah Islam serta seberapa jauh kaum muslim mengalami penyimpangan dari tugas utama yang harus dikerjakan sebagai penerus tugas Nabi. Secara umum penulis buku ini terhitung sukses dalam menyampaikan idenya, namun di sisi lain perlu pembahasan yang lebih rinci dan mendalam mengenai epistimologi dakwah Islam dan aspek-aspeknya di samping itu butuh pembahasan-pembahasan yang lebih aplikatif untuk mengatahu aspek apa saja yang diperbolehkan pada ranah politik dan apa saja yang tak dibolehkan sehingga akan mendapat kesimpulan yang lebih arif dan obyektif.

Judul Buku                  :  تَارِيْخُ الدَّعْوَةِ إِلَى الإِسْلاَمِ [Tarikh ad-Dakwah Ila al-Islaam].
Arti Judul                    : Sejarah Dakwah Islam
Kategori                      : Sejarah
Pengarang                   : Wahidudin Khan
Penerbit                       : Ar-Risaalah li al-I`laam al-Dauli
Alamat Penerbit           : Jl. Syaikh Muhammad Nadi No. 7 Makram `Abid, Madinah Nashr, Kairo, Mesir.
Edisi Cetakan              : Cetekan Pertama
Tahun Terbit               : 1992 M / 1413 H.
Tebal Buku                 : 73 Halaman
Harga Buku                 : -



[1] . http://ar.wikipedia.org/wiki/وحيد_الدين_خان
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan