Home » » Momentum Ditinggal Orang Tersayang

Momentum Ditinggal Orang Tersayang

Written By Amoe Hirata on Selasa, 06 Januari 2015 | 18.07

            
       Di pagi buta, selepas shalat Shubuh, Aisyah mengurung diri di kamar. Ia duduk memangku al-Qur`an, sembari membacanya perlahan-lahan. Setelah selesai membaca, ia pandangi fhoto mendiang orang tua, yang baru kemaren dipanggil Sang Pencipta. Dalam kondisi seperti itu, hatinya bergumam pilu: “Abah, air mata ini sudah mulai mengering, namun kesedihan masih mingiring. Kenangan bersamamu tak gampang lekang, meski di sampingku banyak orang. Duka dan lara semakin menyelimuti jiwa, sedang raga tak bergeming ba` batu bata. Setiap kali aku berusaha menenangkan diri, sungguh rekaman kasih tentang dirimu tak pernah pergi. Ketika berdiri, bayangmu seolah menari-nari. Ketika aku duduk, tersirat wajahmu yang sedang menunduk. Ketika aku berbaring, tersirat memori penting. Saat kau berusaha sekuat tenaga, berjuang agar aku tak hidup sengsara. Saat keringat dan peluhmu bercucuran, demi kesuksesas sekolahku yang engkau dambakan. Saat kesenangan pribadi dikorbankan, agar aku sukses menjalani ujian. Semua itu pasti susah aku ganti, karena kasihmu tak pernah mati. Tidak mungkin aku melupakanmu, karena ‘bunga nilai’ yang kamu ajarkan tak pernah layu. Di tempat peristirahatanmu, aku doakan engkau selalu dalam ‘selimut rahmat-Nya’. Di sini aku berusaha sekuat tenaga, menjadi anak shalihah yang selalu berbakti pada orang tua”.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan