Home » » Membaca Gambar

Membaca Gambar

Written By Amoe Hirata on Rabu, 07 Januari 2015 | 21.30

            Supaya mudah untuk memahami judul di atas, perlu dijelaskan terlebih dahulu dasar-dasar penting sebagai tonggak pemahaman. Ide ini lahir dari obrolan ringan bersama Abdi Dalem. Setelah ditelaah, ternyata ada dasarnya dalam al-Qur`an. Dalam bahasa al-Qur`ān, salah satu nama Allah subhānahu  wa ta`āla, ialah “al-Mushawwir(Qs. al-Hasyr: 24)”. Fi`ilnya, ‘shawwara’, mashdarnya, ‘tashwīr’ yang kesemuanya diderivasi dari kata, ‘shūratun’ berarti gambar atau lukisan. Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa Allah ‘Maha Melukis atau Menggambar’ tentunya dengan bentuk yang tidak sama dengan makhluk-makhluknya(Qs. al-Syūra: 11). Lukisan Allah (baca: segala yang diciptakan-Nya berikut fenomena, simbol dan gejala alam) pastinya sudah pasti keindahannya. Namun apakah ‘lukisan-Nya’ berhenti pada sekadar keindahan, tanpa memiliki kandungan makna yang perlu dibaca dan digali? Dari sisi inilah tulisan ini bertolak. Bahwa membaca gambar adalah bagian penting dalam mengarungi kehidupan.
            Secara normatif, membaca gambar ini dianjurkan berangkat dari wahyu yang pertama kali diturunkan pada Nabi, yaitu: iqra` bismi Rabbikalladzi khalaq(bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan(Qs. al-`Alaq: 1). Pada ayat ini ada perintah untuk membaca dengan nama Tuhan. Salah satu nama Tuhan yang dicantumkan al-Qur`ān terkait dengan tema pembicaraan pada tulisan ini ialah “al-Mushawwir”. Bukankah Allahlah yang telah melukis bentuk manusia dengan sebaik-baik bentuk(Qs. Ghāfir: 64, dan al-Taghābun: 3). Ini berarti bahwa salah satu obyek bacaan yang perlu dibaca ialah gambar.  Gambar manusia secara khusus dan alam pada umumnya berikut gejala-gejalanya.
Berbeda dengan cara pembacaan tulisan di buku, membaca gambar terhitung lebih sulit. Paling tidak bisa dijelaskan dengan beberapa perkara berikut: Pertama, membaca buku lebih mudah karena huruf dan maknanya bisa diukur. Bila ada kesulitan dalam memahaminya, tinggal membuka kamus atau tanya langsung kepada penulisnya. Adapun membaca gambar, tidak jelas ukurannya. Huruf-huruf dan makna yang terkandung sangat halus dan tidak bisa langsung diserap. Kedua, tulisannya di buku bersifat statis dan tetap, sehingga tidak begitu sulit. Sedangkan gambar sifatnya dinamis dan tergantung sejauh mana dasa serap pembaca dalam menggali maknanya. Ketiga, membaca buku ibarat berlayar di sungai, sedangkan membaca gambar ibarat berlayar di samudera, sehingga lebih banyak kemungkinan dan kaya warna. Keempat, membaca tulisan sudah diajarkan di sekolah sejak kecil. Sedangkan di sekolah untuk gambar hanya diajarkan cara menggambar, bukan membaca gambar. Kelima, membaca gambar dibutuhkan intuisi yang kuat, sedangkan baca buku tidak terlalu dituntut.
            Sebagai contoh, Allah berfirman:  Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”(Qs. Ali Imrān: 190). (Gambaran) Langit dan bumi yang begitu indah dengan segenap keteraturannya, sebenarnya menyimpan tanda-tanda yang hanya bisa dibaca oleh orang yang berakal. Bagi orang awam, segala ciptaan Allah akan lewat saja tanpa mampu membaca makna yang terkandung di dalamnya, tapi bagi orang yang berakal, gejala yang ada mampu dibaca dengan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan surplus keimanan, dan kesadaran. Ironisnya, pada zaman modern, yang banyak mempraktikannya ialah ilmuan-ilmuan Barat yang notabene beragama non-Islam. Sehingga banyak menemukan temuan-temuan ilmiah yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Semua bermula dari membaca gambar.
            Sekarang –sebelum lebih jauh membaca gambar alam-, kita mencoba membaca gambar diri sendiri. Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan diukur dengan ukuran yang sangat pas. Jika kita mampu membaca ‘gambar manusia’ mestinya keimanan kita pada Pencipta akan bertambah tinggi. Tidak mungkin keindahan berhenti pada keindahan. Dia menciptakan manusia dengan tujuan yang jelas. Allah sendiri Maha Yang Melukis Keindahan, kenapa kita sebagai manusia suka membuat sesuatu yang bisa merusak keindahan. Kita seyogyanya mampu membaca gambaran diri, meliputi karakter, dan segala potensi yang telah diciptakan-Nya dari awal. Mengetahui gambaran diri secara jelas, tentunya akan mempermudah kita dalam menggapai tujuan. Demikian tulisan perdana terkait tentang, ‘membaca gambar’ semoga bisa dilanjutkan pada tulisan berikutnya dengan pemaknaan yang lebih mendalam dan contoh yang lebih konkrit dari pengalaman yang didapatkan.


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan