Siang hari, Salwa sedang dirundung bingung tak terbendung. Wajahnya sayu tak bersemangat, meratapi cinta yang tak `kan pernah teraih; mengeluhkan cinta yang tak `kan pernah tergapai meski hati terbuai. Bagaimana mungkin Ia bisa mendapat cinta Manna, kalau ternyata Manna sudah mempunyai kekasih. Ia terlanjur cinta, karena harapan dari Manna. Ketika akhirnya dia tahu bahwa keinginannya semu, Ia hanya membisu. Hanya bahasa tangis yang mampu menggambarkan kesedihanya. Semakin lama prahara cinta ini tertahan, semakin lama pula ia hanyut dalam arus derita. Ia tak lagi kuat menyangga. Ia mencoba mengurangi derita dengan mencurahkan pada bait-bait puisi:
TERLANJUR CINTA
Sebelum ku mengenalmu
Hati ini
Laksana sahara
Yang berliput panas
Terik mentari
Aku selalu merasa dahaga
Akan air kasih dan cinta
Sebelum ku mengenalmu
Jiwa ini
Laksana tanah
Yang beriring kering
Tandus tak terurus
Aku selalu merasa haus
Akan hujan kasih dan cinta
Sampai akhirnya
Kau datang ba` oase
Di tengah padang sahara
Yang mengobati
Dahaga jiwa
Yang lama tak bersemi
Sampai akhirnya
Kau datang ba` hujan
Di tengah tanah tandus
Yang menyejukkan
Haus hati
Yang lama tak terpenuhi
Harapan cinta dan kasih
Bertumbuh subur
Menyelimuti hati
Harapan cinta dan kasih
Berkembang pesat
Mendekap jiwa
Namun,
Betapa merana
Jiwaku
Ketika ku tahu
Bahwa kamu hanyalah
Fatamorgana
Yang mampu kulihat
Tapi tak kan tergapai
Namun,
Betapa sengsara
Hatiku
Ketika ku mengerti
Bahwa kamu
Hanyalah comberan
Yang mampu ku rasakan
Tapi tak kan menyuburkan
Ingin ku membencimu
Tapi hati ini
Terlanjur cinta
Ingin ku menghapusmu
Tapi jiwa ini
Terlanjur cinta
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !