Di
berbagai kuliahnya, ada yang menarik dari statemen Dr. Zainuddin Muhammad Zaid,
Dosen Hadits di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya terkait masalah dakwah.
Beliau sering menandaskan pentingnya dakwah pemberdayaan sebagai manivestasi
dari dakwah Nabi Muhammad shallallāhu
`alaihi wasallam. Dakwah pemberdayaan adalah dakwah yang dilakukan dengan
cara lembut dan bijaksana. Bukan seperti yang sedang terjadi dewasa ini, ketika
dakwah merasa diri paling benar, serta menyalah-nyalahkan orang yang tidak
sepaham dengannya.
Ciri khas dari
dakwah yang ini menggambarkan corak dakwah yang bersifat memberdayakan dan
mengembangkan umat, bukan menghukumi atau memaki-maki orang yang salah. Bila
terjadi kesalahan pada komunikan dakwah, maka dilaukan dialog dengan pendekatan
persuasif. Orang yang salah diberi kesempatan terlebih dahulu menyampaikan
unek-uneknya, kemudian da`i mengikuti cara berpikirnya, dengan cara itu secara
tidak sadar komunikan dakwah bisa menyadari kesalahannya tanpa harus
disalah-salahkan.
Paling
tidak ada dua contoh yang dijadikan landasan beliau dalam mengaffirmasi dakwah
pemberdayaan ini. Pertama, kisah orang Arab badui yang kencing di
masjid, sebagaimana hadits berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
أَنَّ أَعْرَابِيًّا بَالَ فِي الْمَسْجِدِ فَقَامُوا إِلَيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُزْرِمُوهُ ثُمَّ دَعَا بِدَلْوٍ مِنْ مَاءٍ
فَصُبَّ عَلَيْهِ
Bersumber dari
Anas bin Malik: (suatu saat) ada orang Arab gunung (badui) kencing di masjid
lalu (para sahabat yang ada di masjid) berdiri (untuk mencegahnya).(melihat
sikap mereka) lalu Rasulullah shallallāhu
`alaihi wasallam bersabda: “Jangan kamu potong dia (biarkan sampai selesai)”.
(setelah selesai) kemudian belia meminta setimba air kemudian disiramkan pada
(tempat yang dikencingi)nya.(Hr. Bukhari). Bersumber dari sahabat yang sama,
imam Muslim dalam Shahihnya mernambahkan: “(Setelah kencing di masjid), orang
Arab badui tersebut dipanggil. Lalu beliau berkata padanya: : “Sesungguhnya
masjid ini tidak pantas untuk dikencingi atau untuk buang kotoran. Masjid
hanyalah tempat untuk berdzikir pada Allah azza wajalla, shalat, membaca
al-Qur`an”(Hr. Muslim).
Sedangkan
dalam riwayat Abu Dawud lebih jelas dikatakan: (ketika para sahabat mau segera
mencegah orang Arab badui kencing) beliau bersabda: “Sesungguhnya kalian diutus
untuk mempermudah, bukan mempersulit. Siramkan seember air di atas (tempat yang
dikencingi)nya”(Hr. Abu Daud). Dari hadit tersebut, Rasullah memberikan contoh
dakwah pemberdayaan. Ia tidak langsung menyalahkan orang yang kencing di
masjid(lantaran tidak tahu Islam), kemudian setelah selesai baru beliau
ingatkan dengan cara lembut dan memikat hati.
Kedua, contoh
yang baerkaitan dengan sahabat yang sedang menkonsultasikan kelahiran anaknya
yang sama sekali tidak mirip dengan diri dan istrinya, sebagaimana hadits
berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ إِنَّ امْرَأَتِي
وَلَدَتْ غُلاَمًا أَسْوَدَ وَإِنِّي أَنْكَرْتُهُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم هَلْ لَكَ مِنْ إِبِلٍ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَمَا أَلْوَانُهَا قَالَ
حُمْرٌ قَالَ هَلْ فِيهَا مِنْ أَوْرَقَ قَالَ إِنَّ فِيهَا لَوُرْقًا قَالَ فَأَنَّى
تُرَى ذَلِكَ جَاءَهَا قَالَ يَا رَسُولَ اللهِ عِرْقٌ نَزَعَهَا قَالَ وَلَعَلَّ هَذَا
عِرْقٌ نَزَعَهُ وَلَمْ يُرَخِّصْ لَهُ فِي الاِنْتِفَاءِ مِنْهُ.
Bersumber dari
Abu Hurairah Ra., bahwasanya Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam
pernah kedatangan seorang arab badui dan berujar; ‘Wahai Rasululloh, istriku
melahirkan bayi hitam.’ Nabi bertanya; “Apakah kamu punya unta?” ‘ya’
jawabnya. Nabi bertanya lagi: “Apa warnanya?” ‘Merah’ Jawabnya. Nabi
bertanya lagi: “apakah disana ada warna kecoklat-coklatan?” ‘ya’
jawabnya. Nabi bertanya lagi; “darimana warna itu ada?” ‘pendapat saya,
warna itu diturunkan karena akar keturunan.’ Nabi bersabda: “warna anakmu
bisa jadi juga karena akar keturunan.”
Lihat
bagaimana beliau tidak langsung memberikan penjelasan sepihak, tapi beliau
mengajaknya dialog interaktif terlebih hingga ia sendiri mengetahui letak
kesalahannya dan bisa menerima kebenaran secara lega. Dakwah-dakwah dengan
model seperti ini sangat dibutuhkan di segala zaman, terutama zaman ini yang
diwarnai dengan banyaknya pertikaian dan pertengkaran antarsesama Muslim.
Seyogyanya setiap kali berdakwah, harus meneladani Nabi yang menerapkan firman
Allah: “Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik”(Qs. An-Nahl: 125).
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !