Home »
Kolom
» Menjemput 'Momentum Kemenangan'
Menjemput 'Momentum Kemenangan'
Kemenangan
selalu meminta pengorbanan yang luar biasa dari penginginnya. Kemenangan selalu
dilatari oleh keberhasilan ‘pengingin kemenangan’ dalam melampaui nafsu
sesaatnya. Ia memiliki pandangan jauh ke depan melebihi orang-orang pada
zamannya. Antusias, ambisi, kekuatan, kecerdasan, pengalaman, kecepatan, ilmu
dan kepribadian ‘pengingin kemenangan' begitu menonjol dan malampaui
orang-orang di sekelilingnya. Lebih jauh dari itu kalau ditilik secara
mendalam, ternyata di balik suksesnya para ‘pengingin kemenangan’ bukan semata
terletak pada ambisi besarnya untuk meraih kemenangan, tapi karena ia bisa
mempertemukan antara kelebihan yang dimiliki dengan takdir kemenangannya yang
disebut ‘momentum kemenangan’. ‘Momentum Kemenangan’ merupakan saat di mana
‘pengingin kemenangan’ mampu mengawinkan segenap potensi yang dimiliki dengan
takdi Tuhan. Ia sudah habis-habisan mengerahkan segenap potensinya untuk
menemukan ‘momentum kemenangan’. Yang diperlukan oleh mereka ialah semangat
pembelajaran tida henti. Belajar sedemekian rupa tanpa mengenal lelah dan
lesuh. Sedapat mungkin ia membuat warna dalam hidupnya supaya tidak dililit
oleh kondisi futur yang dapat merusak ‘selera kemenangan’.
‘Pengingin
Kemenangan” begitu memiliki power(kekuatan) ekstra; speed(kecepatan)
prima dalam bertindak dan mengambil keputusan; memiliki timing(ketepatan
waktu dan akurasi yang tepat). Ketiga hal tadi oleh para ‘pengingin kemenangan’
dipadukan sedemekian indah, cantik dan sungguh-sungguh hingga menjumpai titik
klimaks dari ‘momentum kemenangan’. Ini berlaku bagi orang muslim maupun non
muslim. Hanya yang membedakan antara muslim dan non muslim ialah bahwa kalau
muslim, kemenangan hanyalah sarana untuk menuju tujuan yang lebih hakiki dan
abadi berupa keridhaan Allah di dunia dan Akhirat, tapi kalau non muslim
kemenangan merupakan tujuan utama dan dibolehkan dengan cara apa saja. Di
antara ‘pengingin kemenangan’ terbaik yang pernah dimiliki umat Islam ialah
Sultan Mehmed II (Muhammad al-Fatih) yang mampu menjemput bisyarah (kabar
gembira) Nabi untuk memenangkan Konstantinopel yang menjadi fokus para pemimpin
Islam berabad-abad. Dengan potensi yang luar biasa itu, serta niat yang pas,
akhirnya ia menemukan momentum kemenangannya menuju ridha Tuhannya. Umat Islam
sekarang ini berada pada titik nadhir kelangkaan pemimpin sekaliber Mehmed
al-Fatih. Kapan kiranya umat Islam menjemput momentum kemenangan lagi?
Jawabannya pada diri anda masing-masing.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !