Bu Syafa tak kuasa menahan air mata, saat membaca
surat yang disimpan oleh mendiang putrinya, Fazah Zakiyah. Gadis yang dikenal shalihah, hafal al-Qur`an,
cantik, periang, berprestasi, rendah hati itu sudah dipanggil Sang Pencipta.
Banyak sekali kenangan yang indah bersamanya. Gadis seusianya yang begitu taat
beragama, sangat jarang dijumpai di zaman yang serba mendewakan materi. Ia
tidak menyangka, anak semata wayangnya dipanggil begitu cepat. Dalam hati ia
hanya bisa berdoa: “semoga engkau bisa bertemu dengan calon suamimu di surga”.
Berikut ini
adalah isi suratnya:
Dari : Fazah Zakiyah
Untuk : Calon suami yang masih rahasia
Bismillāhirrahmānirrahīm
Assalamu`alaikum Wr. Wb
Senandung cinta senantiasa ku persembahkan kepada Sang Pencipta.
Dialah yang menganugerahkanku pembendaharaan cinta, hingga aku sanggup menjaga
diri dari angkara. Tak lupa ku haturkan shalawat rindu kepada Sang Pembaru,
pemilik energi cinta, yang mengubah kegelapan menjadi cahaya; murka menjadi
rela; benci menjadi cinta.
Wahai calon suamiku
Izinkanlah aku menulis beberapa bait surat cinta yang selama ini tersimpan
dalam relung hati. Siapa pun dirimu, aku yakin bahwa engkau adalah kado terbaik
yang digariskan Allah dalam takdir cintaku. Di sini aku berusaha menjaga diri,
agar tak tercemari penyakit hati. Menantimu dalam kesucian, diterangi lentera
cinta Maha Penyayang.
Sebagai perempuan, aku memang tak sempurna. Tapi aku bertekad,
menjadikanmu suami bermartabat. Seorang suami yang menjadi teladan bagi istri. Seorang
suami yang mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segala. Seorang suami yang
menuntunku ke ‘pintu surga’. Seorang suami yang menjadi sosok gagah, yang
menjadi ayah bagi anak shalih-shalihah.
Wahai calon suamiku
Sejauh ini, alhamdulillah aku masih dianugerahi energi dari Maha
Pemberi untuk senantiasa menjaga diri. Aku harap kau di sana diberi kekuatan untuk menjaga diri. Memang semua ini berat. Di
saat teman-taman sebayaku, dengan bangga mengumbar aurat, bergaul bebas,
berfoya-foya, bersenang-senang tanpa batas agama, aku masih mampu menahan diri.
Kadang mereka mencercaku sebagai perempuan sok suci, maryam modern,
tapi aku tak menanggapi. Bukankah Sang Maha Pemilik Kasih dan Sayang menegur hambanya
untuk berkata Salam (keselamatan) pada mereka yang dianggap jahil. Setiap hari
aku berdoa semoga engkau baik-baik saja di sana. Menjalani titah Sang Pencipta
untuk menjadi mujahid dakwah.
Wahai calon suamiku
Kelak ketika aku berada
dalam pangkuanmu, jadikanlah aku seperti ibunda Khadijah, yang mampu memberi
ketenangan batin, di saat suami sedang prihatin. Jadikanlah aku seperti ibunda
Aisyah yang menjadi qurrata a`yun (penyejuk hati) pada setiap derap langkah
cintamu. Di sini aku berusaha menjadi Maryam, yang senantiasa menjaga kesucian
diri.
Bila takdir ilahi
mempertemukan kita dalam sebuah jalinan cinta, aku berharap kamu cinta pertama
dan yang terakhir. Akan ku ukir selalu, namamu dalam lembaran hatiku. Sekarang
aku berusaha mempersiapkan hari yang bahagia itu. Aku harap kamu baik-baik di
sana. Menjaga diri dengan irama cinta Sang Maha Penyayang.
Wahai calon suamiku
Di akhir bait ini kan kutulis bait puisi sebagai tanda cinta yang
kan kujaga hingga tiba saatnya:
Sebenarnya cinta
Demikian membuncah
Membakar jiwa
Sedang ku tersadar
Bahwa Kau belum halal
Untukku
Sejatinya cinta
Demikian menggelora
Mengobar hati
Sedang ku teringat
Bahwa Kau belum halal
Bagiku
Ku mencoba bersabar
Menunggu
Hingga cinta sejati
Halal menghampiri
Ku mencoba bersabar
Menanti
Hingga cinta murni
Halal mendekati
Sangat ku berharap
Bahwa itu
Adalah
Cinta-Mu
Demikian surat cintaku. Aku harap Allah mencatatnya dalam lembaran
lauhil mahfudh yang nantinya akan kau baca ketika takdir cinta memperjumpakan
kita.
Wassalamu`alaikum
Wr. Wb
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !