“Dalam
hidup, kalian paling tidak harus lolos dari beberapa tingkatan kelas berikut: ‘Eman,
Iman, Amin, Aman dan Uman’. Kelas Eman, adalah kelas yang masih paling rendah,
yaitu orang yang hidupnya terlalu disibukkan oleh dunia. Dunia diletakkan di
hati, sehingga susah dikeluarkan dengan tangan. Kalau meminjam bahasa Kanjeng
Nabi, orang seperti ini sudah terjangkit penyakit kronis, yaitu wahn(cinta
dunia dan takut mati). Tingkat selanjutnya, yaitu Kelas Iman. Kelas ini
sudah naik satu tingkat karena, hidupnya memiliki sandaran dan orientasi yang
jelas, yaitu dunia-akhirat. Meskipun ia mengurus dunia, tapi tidak terperdaya
olehnya. Sebagaimana Imam Ali, dunia hanya diletakkan di tangan, bukan di hati.”
Nasihat Sarikhuluk sebelum meninggalkan MPPJ(Majlis Paguyuban Petani Jumeneng).
Ia
melanjutlan: “Tingkatan selanjutnya, ialah Kelas Amin. Amin ini, berasal dari
bahasa Arab ‘amīn’
yang berarti orang yang amanah, atau bisa juga ‘āmīn’
yang berarti doa untuk dikabulkan.” “Maksudnya apa Cak?” tanya Paimo. “Maksudnya,
kalau kalian benar-benar beriman, pasti kalian akan amanah. Diberi tanggung
jawab tidak akan disiasiakan. Di zaman ini terlalu banyak orang yang mengaku
iman, tapi tidak amanah. Bukan sekadar amanah, tapi ia harus membangun hubungan
yang intensiv dengan Allah. Ia senantiasa ‘menyapa-Nya’, berdoa, dan
melibatkan-Nya pada setiap keputusan. Tanpa Tuhan, apalah arti usaha manusia.” Demikian
jelasnya. “Lalu apa yang dimaksud dengan ‘Amin’ Cak?” tukas Paidin.
“Kelas
selanjutnya ialah Kelas Aman. Kalau iman dan amin benar-benar tegak, maka sudah
bisa dipastikan akan lahir rasa aman di berbagai sektor kehidupan. Mau apa dan
bagaimana pun sudah tidak khawatir. Rasa aman ini adalah nikmat yang begitu
besar. Kalian coba nanti malam tadārus
surat Quraiys, di situ Allah menyebutkan ada dua nikmat asasi yang
menggambarkan kata ‘aman’, yaitu terjaminnya kebutuhan pangan, dan terciptanya
stabilitas keamanan. Semua itu bisa ditempuh jika memiliki iman yang tangguh,
dan berbuah akhlak amanah yang sembada.” Lanjut Sarikhuluk.
“Terus ‘Kelas
Uman’ iku(itu: red java) maknanya apa Cak” tanya Bu Sainem. “Itu kelas
pamungkas. Aku istilahkan dengan nama, ‘kelas output bin hasil. Orang
yang sudah tidak terbuah dengan dunia, memiliki iman tinggi, amanah di
kehidupannya, menciptakan rasa aman di lingkungannya, jangan khawatir, ia pasti
‘UMAN’(dapet atau kebagian). Tuhan Maha Kaya, Dia tidak akan menyia-nyiakan
hambanya” pungkas Sarikhuluk. Setelah memberikan wejangan, akhirnya Sarikhuluk
pamit, untuk pergi menghadiri ‘orasi ilmiah kebudayaan’ di gedung putih Ronggo
Lawe, berjarak 30 meter dari desa Jumeneng.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !