Satu
tahun lalu(Januari 2014), ketika belanja buku di Gramedia Expo Surabaya, ada
buku menarik yang ditulis oleh Deassy M. Destiani. Judulnya: “bukan Untuk
dibaca THE MOST INSPIRING STORY”. Buku ini berisi tentang cerita-cerita yang
inspiratif, baik ditulis sendiri oleh penulis, atau dari sumber-sumber lain
yang dimasukkan di dalamnya. Waktu itu aku sempat bergumam dalam hati: “Kalau
bukan untuk dibaca, buat apa ditulis?" Itu kalau dimaknai secara denotatif. Jika
maksudnya adalah konotatif, maka yang aku pahami dari judul tersebut ialah
merangsang minat dan daya tarik pembaca. Sebab, judul yang disertai kata ‘bukan’
akan lebih membuat penasaran, daripada sekadar ‘untuk dibaca’.
Menurut
subyektivitas pendapatku, jika ingin membuat judul yang lebih membuat penasaran
orang untuk membaca, sekalian saja diberi judul: “Jangan Dibaca!”. Karena nilai
‘kata larangan’, jauh lebih memiliki daya tarik tinggi daripada sekadar kata ‘bukan’.
Supaya lebih memahaminya, ada baiknya flash back(kilas balik) ke cerita
Adam dan Hawa ketika pertama kali di ‘Surga Ujian’. Sebelum resmi menempatinya,
Allah sudah memberikan rambu-rambu, baik perintah maupun larangan. Berikut
petikan terjemah dari ayat-ayat yang terkait dengannya: “dan Kami berfirman:
"Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang
yang zalim”(Qs.
Al-Baqarah: 35).
Masih
dalam konten yang sama, Al-Qur`an menceritakan: “(dan Allah berfirman):
"Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta
makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua
Termasuk orang-orang yang zalim."(Qs. AL-A`rāf: 19). Coba anda perhatikan
baik-baik kalimat yang bergaris bawah. Apa yang lebih membuat tertarik Adam dan
Hawa ketika ketika menerima rambu-rambu dari Allah subhānahu wa ta`āla, ‘kata perintah’ atau ‘kata
larangan’? Ternyata, keduanya –setelah mendapat rayuan Iblis- lebih tergiur
pada yang dilarang daripada yang diperintahkan sampai pada kisah turun ke Bumi.
Yang
menjadi permasalahan di sini sebenarnya bukan masalah Adam dan Hawa diturunkan
ke bumi disebabkan memakan pohon
larangan (karena sejak awal memang diciptakan untuk menjadi khalifah di
bumi. Lihat: Qs. Al-Baqarah: 30). Tetapi dari kisah tersebut, seakan-akan
Al-Qur`an memberi informasi makna tersirat bahwa: yang dilarang meskipun
sedikit, selalu lebih menarik perhatian daripada yang diperintah meskipun jauh
lebih banyak dan nikmat. Itulah mengapa ayat-ayat yang berkaitan dengan
larangan, jauh lebih sedikit daripada yang berkaitan dengan yang diperintah,
karena yang dilarang selalu membuat orang penasaran untuk mengetahuinya.
Dari
kisah tersebut, seolah Al-Qur`an menunjukkan karakter dasar manusia yang selalu
penasaran, terpikat atau tertarik terhadap hal-hal yang dilarang. Semakin
dilarang, maka semakin banyak dilanggar. Anda bisa membuktikannya sendiri. Di
Indonesia saja misalnya, larangan-larangan yang bersumber dari undang-undang
yang sudah disepakati, lebih banyak dilanggar apa dipatuhi? Ternyata fakta
lapangan membuktikan bahwa: banyak sekali larangan-larangan yang dilanggar, termasuk
pejabat yang sedang bertanggung jawab melaksanakan tugas.
Karena sejak awal karakter
manusia seperti itu, maka ada tantangan tersendiri bagi da`i untuk mengajak
orang menuju kebaikan dengan metode sebaik, semenarik, dan seindah mungkin,
sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad shallallāhu `alaihi wasallam. Bila tidak demikian, maka da`i
–maaf sebelumnya- hanya menjadi ‘perpanjangan tangan’ dari Iblis yang
menggelincirkan manusia ke dalam larangan. Bukti konkrit bahwa ‘larangan’
selalu membuat orang tertarik, ialah anda telah membaca tulisan ini. Padahal
judunya sudah jelas: “Jangan Dibaca!”.
Tersenyumku sebelum menuliskan komentar ini.. dasar si "jangan" buat penasaran. :-)
BalasHapuskenapa Pak Hariyono? Anda jadi korban ya heheh
BalasHapusيا صاح ما أحلى ما لك من ابتسام
BalasHapusفقد نور الأُولى وإن ذُرِئَ خلف اللثام
وتجاذبت في الحديث عنه عذارى الأنام
فآسف أن تتركهن يهتفن قلبك وأنت تنام
mantap pak abid
BalasHapus