Home » » JANGAN DIBACA!

JANGAN DIBACA!

Written By Amoe Hirata on Senin, 12 Januari 2015 | 06.07

            Satu tahun lalu(Januari 2014), ketika belanja buku di Gramedia Expo Surabaya, ada buku menarik yang ditulis oleh Deassy M. Destiani. Judulnya: “bukan Untuk dibaca THE MOST INSPIRING STORY”. Buku ini berisi tentang cerita-cerita yang inspiratif, baik ditulis sendiri oleh penulis, atau dari sumber-sumber lain yang dimasukkan di dalamnya. Waktu itu aku sempat bergumam dalam hati: “Kalau bukan untuk dibaca, buat apa ditulis?" Itu kalau dimaknai secara denotatif. Jika maksudnya adalah konotatif, maka yang aku pahami dari judul tersebut ialah merangsang minat dan daya tarik pembaca. Sebab, judul yang disertai kata ‘bukan’ akan lebih membuat penasaran, daripada sekadar ‘untuk dibaca’.
            Menurut subyektivitas pendapatku, jika ingin membuat judul yang lebih membuat penasaran orang untuk membaca, sekalian saja diberi judul: “Jangan Dibaca!”. Karena nilai ‘kata larangan’, jauh lebih memiliki daya tarik tinggi daripada sekadar kata ‘bukan’. Supaya lebih memahaminya, ada baiknya flash back(kilas balik) ke cerita Adam dan Hawa ketika pertama kali di ‘Surga Ujian’. Sebelum resmi menempatinya, Allah sudah memberikan rambu-rambu, baik perintah maupun larangan. Berikut petikan terjemah dari ayat-ayat yang terkait dengannya:dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim”(Qs. Al-Baqarah: 35).
            Masih dalam konten yang sama, Al-Qur`an menceritakan: “(dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua Termasuk orang-orang yang zalim."(Qs. AL-A`rāf: 19). Coba anda perhatikan baik-baik kalimat yang bergaris bawah. Apa yang lebih membuat tertarik Adam dan Hawa ketika ketika menerima rambu-rambu dari Allah subhānahu wa ta`āla, ‘kata perintah’ atau ‘kata larangan’? Ternyata, keduanya –setelah mendapat rayuan Iblis- lebih tergiur pada yang dilarang daripada yang diperintahkan sampai pada kisah turun ke Bumi.
            Yang menjadi permasalahan di sini sebenarnya bukan masalah Adam dan Hawa diturunkan ke bumi disebabkan memakan pohon  larangan (karena sejak awal memang diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi. Lihat: Qs. Al-Baqarah: 30). Tetapi dari kisah tersebut, seakan-akan Al-Qur`an memberi informasi makna tersirat bahwa: yang dilarang meskipun sedikit, selalu lebih menarik perhatian daripada yang diperintah meskipun jauh lebih banyak dan nikmat. Itulah mengapa ayat-ayat yang berkaitan dengan larangan, jauh lebih sedikit daripada yang berkaitan dengan yang diperintah, karena yang dilarang selalu membuat orang penasaran untuk mengetahuinya.
            Dari kisah tersebut, seolah Al-Qur`an menunjukkan karakter dasar manusia yang selalu penasaran, terpikat atau tertarik terhadap hal-hal yang dilarang. Semakin dilarang, maka semakin banyak dilanggar. Anda bisa membuktikannya sendiri. Di Indonesia saja misalnya, larangan-larangan yang bersumber dari undang-undang yang sudah disepakati, lebih banyak dilanggar apa dipatuhi? Ternyata fakta lapangan membuktikan bahwa: banyak sekali larangan-larangan yang dilanggar, termasuk pejabat yang sedang bertanggung jawab melaksanakan tugas.
Karena sejak awal karakter manusia seperti itu, maka ada tantangan tersendiri bagi da`i untuk mengajak orang menuju kebaikan dengan metode sebaik, semenarik, dan seindah mungkin, sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad shallallāhu `alaihi wasallam. Bila tidak demikian, maka da`i –maaf sebelumnya- hanya menjadi ‘perpanjangan tangan’ dari Iblis yang menggelincirkan manusia ke dalam larangan. Bukti konkrit bahwa ‘larangan’ selalu membuat orang tertarik, ialah anda telah membaca tulisan ini. Padahal judunya sudah jelas: “Jangan Dibaca!”.
Share this article :

4 komentar:

  1. Tersenyumku sebelum menuliskan komentar ini.. dasar si "jangan" buat penasaran. :-)

    BalasHapus
  2. kenapa Pak Hariyono? Anda jadi korban ya heheh

    BalasHapus
  3. يا صاح ما أحلى ما لك من ابتسام
    فقد نور الأُولى وإن ذُرِئَ خلف اللثام
    وتجاذبت في الحديث عنه عذارى الأنام
    فآسف أن تتركهن يهتفن قلبك وأنت تنام

    BalasHapus

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan