Home » » Hari Kiamat Nasional

Hari Kiamat Nasional

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 17 Mei 2014 | 14.27


            Malam semakin larut.  Sarikhuluk - Sang PENYET(Pemuda Nyeleneh Tenan)- berniatan gabung dengan teman-teman yang sedang  jaga desa di poskamling. Malam itu terlihat lebih ramai dan tak seperti biasanya. Seakan-akan ada acara serius sedang  berlangsung. Setelah Sarikhuluk mendekat ternyata teman-temannya sedang mengadakan diskusi kecil-kecilan. Diantara temannya yang ikut ialah: Paijo, Paimen, Parman, Parno(yang biasa disingkat P3P), ada juga Karman, Bejo dan Si Lugu Margono. Tema yang diangkat ialah tentang: Hari Kebangkitan Nasional.
            Sesampainya di LTDB(Lokasi Tempat Diskusi Berlangsung) dengan sengiran khasnya Sarikhuluk menyapa teman-temannya. “Hei Assalamualaikum semuanya”. “Wa`alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakaatuh”. “Ngomong-ngomong ada apa nih?”. “Ooo gini Luk, kami sedang mengadakan diskusi kecil-kecilan temanya: Hari Kebangkitan Nasional. Kan sekarang tanggal 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional yang bertepatan dengan lahirnya organisasi Budhi Utomo sebagai tonggak kebangkitan nasional”.
            “Kalau aku boleh mengusulkan, aku lebih sreg dengan judul: Hari Kiamat Nasional”. “Lho...lho...lho...ngawur kamu Luk emang negara ini mau hancur apa pake kiamat segala”(Sanggah Parman, yang memimpin diskusi). Margono menyahuti: “Lha  iya aku setuju banget Luk. Negara ini sudah berumur lebih dari setengah abad tapi kok mabni alas sukuun aliasa ga maju dan ga mundur.Yang berkembang di sana-sini malah perpecahan, kekacauan, korupsi, prostitusi, dan banyak hal lain yang bisa merusak kebangkitan nasional bangsa ini. Tonton saja yang dipajang media setiap hari, isinya mesti ada kekacauan demi kekacauan”.
            Sarikhluk mencoba menjelaskan, “ Pertimbanganku memakai kata kiamat bukan berarti ngawur dan tak diperhitungkan. Seingatku dulu waktu ngaji dilanggarnya Yai Satuman, kata “kiamat” itu berasal dari bahasa Arab”Qooma yaquumu qiyaaman” artinya berdiri. Lha namanya kebangkitan itu kan hari keberdirian, ketegakan seseorang dari situasi duduk jumudnya, sehingga mengalami perubahan yang lebih baik. Makanya aku lebih sreg menggunakan kata itu. Kalau kemudian kata kiamat di Indonesia pasti identik dengan kata kehancuran dan kebinasaan karena menganggap dunia telah hancur binasa ya oke oke saja silahkan. Bagiku kiamat yang ada di al-Qur`an itu meskipun secara wadak mengandung makna kehancuran alam, namun pada hakikatnya itu merupakan proses yang secara ilahiyah berarti kebangkitan supra dahsyat untuk menuju kehidupan yang lebih hakiki dan sejati. Aku ga mau mendikotomi, misah-masahno ini dunia, ini akhirat wong semua kembali pada-Nya kok”.
            “Lantas solusi apa Luk, yang kamu tawarkan di kala kebangkitan nasional ini semakin tergerus oleh berbagai kepentingan dan tendensi”(Tukas Bejo). “Lha kamu ini lucu Jo, awak-awakan kan cuman orang biasa, siapa yang mau mandang kita? Sebrilian apapun kita ga bakal didengan apalagi melbu tive. Jadi ga usah memusingkan diri kesitu, terlalu adoh(jauh). Aku menggunakan kata Hari Kiamat Nasional itu sebenarnya sedikit usaha psikologis naratif sekaligus normatif untuk menghibur diri dan kalian semua agar tetap semangat tetap ada harapan di tengah kondisi Nasional yang semakan edan ga ketulungan”. “Adoh adoh Luk...luk...ngocak (ngomong)apa sampen dassar sok ilmiah, puyeng tang cetak(pusing kepala)”(timpal Karman, pendatang asal Sumenep, Madura).
            “Gini ya konco-konco sekalian yang budiman. Jangan terlalu bingung dengan kata kebangkitan atau apalah istilahnya berkaitan dengan bangsa dan nasionalisme kita. Kita ga akan dibebani hal yang di luar kemampuan kita kok. Kita mau ada kebangkitan nasional tapi diri kita terjajah oleh budaya asing dan kita menikmati; kita mau ada perubahan mendasar tapi diri kita diam-diam menyimpan kepentingan individu untuk gantian melakukan korupsi; kita mau ada perubahan-perubahan yang signifikan tapi ga gelem(ga mau) bangkit-bangkit dari kemalasan, kecerobohan, keegoisan, keserakahan yang bersemayam pada diri kita sendiri. Jangan mengharap kebangkitan bila atimu(hatimu) masih ditumbuhsuburi gejala dan sifat semacam itu. Orang kalah dan tak bangkit itu biasanya di samping sistem yang rusak juga karena hatinya sudah kalah dan terjajah. Makanya walaupun Kebangkitan Nasional ga bangkit-bangkit hati kita harus tetap bangkit. Dengan kata Hari Kiamat Nasional, mudah-mudahan Allah turun tangan membangkitkan, membangunkan anak-anak bangsa yang terus-menerus asyik dalam tidur panjangnya”. Sarikhuluk ngomong dengan penuh semangat dan sok ilmiah. Tapi di luar kesadarannya yang ada di siskamling hanya P3P sedang terlelap tidur, sedang yang lain ada yang pulang juga ada yang ronda. Kuluk berkata: “Diancuk ngomong panjang-panjang malah ga diperhatikan. Gitu mau menginginkan kebangkitan nasional, wong sebenarnya awake suka tidur, dak serius dan suka dininabobokkan orang, makanya rada susah kita mau bangkit. Wes ah moleh wae(pulang saja). Allaohumma kiamatno wongsoku, kiamatno wongsoku, supaya kebangkitan kami bukan kebangkitan semu yang malah manipu, kami sudah tak mampu menanggung kenyenyakan tidur nasional”. Aaamiiin. “Lho wes Shubuh ternyata”.
           


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan